SEMARANG (jatengtoday.com) – Merespons kondisi Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) di Kota Semarang yang terdampak pandemi Covid-19, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, FX Bambang Suranggono menyatakan pihaknya akan terus melakukan pendampingan terhadap UMKM agar tetap bisa bertahan.
Ia menyebut saat ini sedang mengembangkan sejumlah upaya inovasi dalam rangka mendorong UMKM di Kota Semarang agar tetap mampu berkembang. UMKM akan mendapat empat pelayanan dari pemerintah dengan cara mengurus perizinan UMKM. Salah satunya pelayanan dalam bidang pembiayaan, pihaknya menyarankan pelaku UMKM untuk bisa memanfaatkan fasilitas program Kredit Wibawa tersebut.
“Hingga bulan ini kurang lebih Rp 11 miliar terserap oleh UMKM,” kata Bambang, Sabtu (4/7/2020).
Dikatakannya, menurut hasil pemetaan, dari data 17 ribu UMKM yang berizin di Kota Semarang, terdapat sebanyak 1.538 UMKM yang menyatakan merasa terdampak. “Artinya yang betul-betul menyampaikan terdampak kurang lebih 10 persen. Semua lini sebetulnya terdampak, bukan hanya UMKM. Karena dampak pandemi ini multi effect. Nah, dari 1.538 UMKM ini menyampaikan ada yang betul-betul tidak bisa melanjutkan usahanya semula,” katanya.
Dia menceritakan, ada UMKM konveksi, karena tidak bisa melanjutkan usahanya semula, kemudian berubah menjadi pembuat masker. Hal tersebut menjadi salah satu inovasi dari pelaku itu sendiri menyiasati di tengah situasi pandemi.
“Kemarin ada kegiatan dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jateng, tercatat beberapa UMKM di Kota Semarang membuat total 97.626 masker. Jadi, masker dibuat dan dibeli oleh Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jateng, kemudian dibagikan kembali ke masyarakat,” ujarnya.
Terkait bantuan modal UMKM, di Kota Semarang memfasilitasi dengan Program Kredit Wibawa. “Dulunya, ini merupakan dana bergulir. Setelah dieveluasi pada 2017 silam, dana bergulir ini nilai edukasi dinilai kurang. Karena merasa kalau dana bergulir adalah dana pemerintah, disiplin mengembalikan dari kawan-kawan kurang bagus. Maka lewat Kredit Wibawa dengan menggandeng bank pelaksana ini menjadi lebih tertib,” katanya.
“Hingga saat ini, kurang lebih 1.800 UMKM turut menikmati Kredit Wibawa ini,” katanya.
Jumlah tersebut, menurutnya, memang belum besar apabila dibanding dengan jumlah UMKM yang berizin yakni 17 ribu UMKM. “Tapi minimal, bagi UMKM yang bergerak usahanya, Kredit Wibawa ini bisa menjadi alternatif bantuan modal yang mudah dan murah. Murah karena setahun bunganya hanya 3 persen, mudahnya tidak pakai agunan,” katanya.
Mengenai besaran pinjaman modal maksimal Rp 50 juta. “Tapi memang dilihat track record-nya juga, kalau belum pernah pinjam banyak misalnya diberikan Rp 5 juta tanpa agunan. Syarat sesuai ketentuannya, paling tidak usaha berizin dan telah berjalan riil selama dua tahun,” katanya.
Ia mendorong agar UMKM mengurus Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK). “Begitu punya IUMK, mereka berhak mendapatkan empat layanan dari Dinas Koperasi dan UMKM, pendampingan, pendidikan pelatihan, pemasaran dan pembiayaan murah dan mudah tersebut,” katanya. (*)
editor : tri wuryono