in

Pemerintah Diminta Kaji Ulang Proyek Kereta Cepat Jakarta-Semarang

Tujuan pembangunan proyek kereta cepat adalah untuk mengalihkan pengguna pesawat udara ke moda kereta api.

Pekerja menyelesaikan pengerjaan proyek Tunnel Satu Halim Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 5+500, Jakarta, Kamis (27/1/2022). (antara foto/galih pradipta)

JAKARTA (jatengtoday.com) – Pengamat transportasi Djoko Setijowarno meminta pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk mengkaji ulang rencana proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Semarang.

“Kalau sekarang demand-nya harus dilihat lagi, apakah seperti dulu atau tidak. Karena kondisi sekarang dan dan ke depan sudah berbeda,” kata Djoko, Jumat (11/2/2022).

Dia menjelaskan, proyek kereta cepat Jakarta-Semarang-Surabaya sudah direncanakan sejak lima tahun silam. Pada saat itu rencana pembangunan kereta cepat akan dikerjasamakan dengan Jepang, dengan anggaran Rp70 triliun, namun rencana tersebut tidak mencapai kesepakatan.

Tujuan pembangunan proyek kereta cepat adalah untuk mengalihkan pengguna pesawat udara ke moda kereta api. Ia menyebut trafik penumpang pesawat dari Jakarta menuju ke Jawa Tengah atau Jawa Timur sudah berkurang, sehingga proyek tersebut perlu ditinjau ulang.

Baca Juga: Infografis: Tol Terpanjang Gedebage-Cilacap

“Dulu penerbangan Jakarta-Semarang dan Jakarta-Surabaya sangat tinggi, tetapi sekarang sudah berkurang. Penerbangan di Pulau Jawa sekarang tidak begitu menarik seperti sebelum pandemi,” ujarnya.

Dikatakannya, pergerakan masyarakat menggunakan pesawat udara dari Jakarta, Semarang, atau Surabaya sebagian beralih menggunakan kendaraan pribadi lantaran hadirnya tol trans jawa. Selain itu, waktu tempuh kereta api jarak jauh yang sudah ada saat ini dinilai relatif cukup cepat.

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu juga mengingatkan rencana pemerintah yang akan memindahkan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur sehingga akan berpengaruh pada turunnya pergerakan penumpang.

“Intinya perlu dihitung lagi apakah permintaannya masih tinggi mengingat perubahan pola perjalanan di Pulau Jawa,” katanya. (ant)