in

Menarik Pelanggan Loyal dengan Keunikan

Begini cara menciptakan keunikan agar kamu punya pelanggan loyal.

Saya tidak boleh meminta gula di restoran Jepang ini. Tanpa tulisan “Pembeli adalah raja”, di restoran itu memang tidak terjadi momen kerajaan ketika orang jual-beli. Sekalipun kamu pelanggan dan punya uang.

Restoran Jepang ini punya adat (dan prinsip kesehatan) terkait minuman teh. Mereka merekomendasikan teh herbal yang sudah manis, menjelaskan bahaya gula, dan alasan mengapa mereka menghormati pelanggan dengan memberi “layanan kesehatan” di balik penyajian teh.

Pembeli melihat “mengapa” mereka menjual teh. Bukan sekadar cari untung, namun ada misi agar pelanggan hidup sehat dengan minum teh.

Mereka menjual teh karena sangat suka minum teh, mengerti teh, dan ingin menyebarkan ” nilai” dan kebaikan tradisi minum teh.

Di restoran lain lagi, ada tempat bermain untuk anak, setelah mengamati perilaku anak-anak yang suka disuapi sambil bermain dan jalan-jalan. Anak datang, keluarga datang.

Di restoran yang lainnya lagi, kalau kamu memecahkan piring, kamu tidak perlu membayar biaya piring pecah. Sekalipun sebenarnya bahan piring ini sulit pecah. Tidak ada tulisan “piring pecah, gratis”, namun berkembang cerita, ketika beberapa pelanggan tidak diminta ganti biaya piring pecah.

Di restoran lain, kesukaan ibu saya, ada kolam berisi ikan-ikan yang akan dimasak. Ibu saya suka bercerita, bagaimana ia melihat ikan, memilih, dan meminta koki memasak ikan yang sudah ia pilih, langsung dari kolam tadi.

Tidak ada tulisan “Kami memasak ikan segar dari kolam kami.”.

Yang pernah datang, lebih dari sekali, sudah jarang melihat menu. Mereka langsung datang dan mengulangi pengalaman memilih ikan dan merasa dilayani. Memang, mereka merasa dilayani. Tidak jarang, bagi mereka yang berselera minuman lain, bisa meminta pelayan untuk beli minuman dari luar.

Di restoran kota seberang, orang berhadapan dengan daftar kopi dengan variasi bahan dan cara menyajikan kopi, mereka punya cerita panjang tentang kopi, untuk para pengunjung yang memang datang karena ngopi. Yang datang minum kopi di situ, sebagian besar pemilik warung kopi, atau berbagi cerita tentang rasa kopi di tempat lain.

Mereka tidak bersaing. Justru berbagi “rahasia” bagaimana menjalankan kafe, agar pelanggan datang dk kafe mereka masing-masing.

Kafe yang lain lagi, menerapkan “donasi sehari”. Khusus hari Jum’at, 10% uang penjualan didonasikan untuk mereka yang membutuhkan, terutama yatim-piatu. Orang dari luar kota yang datang ke situ bukan di hari Jum’at, tahu tradisi “donasi sehari”, sengaja tidak meminta kembalian penuh. Kembalian seribu tiga-ribu, tidak mereka minta. Keuntungan di luar keuntungan, yang jumlahnya tidak sedikit. Mereka membawa cerita tentang kafe yang mau ngasih donasi. Orang-orang dari kota lain, rajin mampir ke situ bersama klub mereka.

Di restoran yang lain lagi, orang boleh request lagu yang disajikan dengan live music. Kadang yang datang ikut bernyanyi, atau bermain gitar akustik. Lagunya biasa, namun mereka menyanyikan dengan membawa penggemar mereka sendiri. Rupanya, restoran ini khusus untuk orang-orang yang punya kebiasaan makan sambil bicara panjang lebar dengan mengajak kawan-kawan mereka datang. Boleh rebahan dan main kartu di situ.

Keunikan datang dari alasan “mengapa” kamu harus unik. Pembuat yang tidak suka musik, tidak mengadakan musik dalam layanan mereka. Pembuat yang tidak mengerti bahaya gula di balik teh, tidak akan membuat layanan teh tanpa gula.

Keunikan, yang dirasakan pelanggan, tidak berasal dari “sekadar demi berbeda dari yang lain”. .

Keunikan, membawa cerita yang bisa menyebar dengan cepat. Keunikan selalu “menjual” dan “menang” melampaui hal-hal biasa.

Sebelum kamu menentukan keunikan di balik produk dan layanan kamu, ingat ini:

  • Mulai dengan “mengapa”, seperti kata Simon Sinek.
  • Pastikan itu datang dari dalam, untuk jangka panjang. Jangan karena menyalin taktik orang lain, apalagi asal berbeda.
  • Tidak merugikan bisnis kamu.

Keunikan, menaikkan harga. Keunikan menciptakan pelanggan yang loyal. [dm]