SEMARANG (jatengtoday.com) – Perseteruan antara Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dengan PDI Perjuangan masih menjadi perbincangan hangat.
Berbagai spekulasi politik pun bermunculan. Pakar teknologi informasi atau information technology (IT) Semarang Solichul Huda menyoroti fenomena penggunaan media sosial (medsos) sebagai sarana pencitraan politisi. Menurutnya pencitraan lewat medsos hampir selalu dilakukan menjelang perhelatan politik. Baik pada Pilkada, Pileg, maupun Pilpres.
“Hampir semua kegiatan politik memang didominasi oleh, ada orang yang mengatakan buzzer dan sebagainya, tapi bahasa saya menyebut penggiat media sosial,” katanya.
Dia menambahkan, tren tersebut mulai muncul pada 2014. Para buzzer inilah yang mengemas isu agar bisa dikonsumsi masyarakat. Tujuannya untuk meng uprade dan membesarkan nama seseorang yang akan dimunculkan.
Namun menurutnya, meskipun Ganjar kerap menjadi perbincangan di medsos, tetapi sebenarnya Gubernur Jateng itu dinilai baru populer di kandang sendiri.
“Pada skala nasional, nama Ganjar di medsos masih kalah dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jabar Ridwan Kamil,” ujar Huda yang juga berprofesi sebagai dosen Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Kamis (27/5/2021).
Kata Huda, dengan tidak diundangnya Ganjar pada acara PDI Perjuangan di Jateng membuat publik bertanya-tanya, kemudian media ramai-ramai menyorotinya sebagai sebuah perseteruan.
Alhasil, pasca kejadian itu, Ganjar Vs Puan tak hanya menjadi perbincangan di medsos tetapi juga di media mainstream. Bahkan menjadi isu seksi. (*)
editor: ricky fitriyanto