SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebuah film layar lebar berjudul “Omah Sinder” saat ini sedang proses penggarapan. Film ini merupakan film horor yang digarap secara mandiri oleh para sineas muda di Kota Semarang.
Mereka melawan arus film horor pada umumnya di Indonesia yang cenderung hanya menebarkan ketakutan. Sedangkan film ini membawa misi edukasi dengan mengangkat kisah nyata serta khas kearifan lokalnya.
Sutradara Film “Omah Sinder” Ibnu Rusyd mengatakan, ini merupakan film horor perdana yang digarap dengan konsep berbeda. “Tidak seperti film horor seperti pada umumnya yang hanya membangun ketakutan. Film ini berusaha mengubah mindset masyarakat terkait film horor. Ada nilai edukasi kepada masyarakat,” kata Ibnu usai audiensi bersama anggota Komisi 1 DPR RI, Dede Indra Permana di Semarang, Sabtu (1/2/2020).
Dikatakannya, berbagai tahapan penggarapan yang dilakukan mulai dari riset, wawancara, penulisan naskah, casting, pemilihan setting, reading dan lain-lain telah dilakukan. “Soft launching dilakukan Februari 2020 mendatang, kemudian dimulai syuting bulan Maret. Hampir keseluruhan lokasi syuting di Kota Semarang dan sekitarnya,” katanya.
Film ini menjadi tantangan baru agar menginspirasi para sineas muda untuk terus berinovasi kreatif dalam perfilman. Ia tertantang bagaimana agar film lokal mampu bersaing dan memiliki kualitas dalam perfilman.
“Kami mengangkat kearifan lokal. Termasuk mengangkat cerita lokal, juga membangkitkan potensi pariwisata Kota Semarang,” terang dia.
Dia menjelaskan, film ini mengangkat sebuah kisah nyata perjalanan seorang Sinder, istilah jabatan seorang mandor di perkebunan kopi. “Kami mengangkat cerita ini memang karena belum ada yang mengangkat. Kami sengaja memilih tema yang antimainstream, tidak booming, viral dan seterusnya. Bagaimana mengangkat tema yang lain daripada lainnya,” katanya.
Anggota Komisi 1 DPR RI, Dede Indra Permana, mengapresiasi kreativitas para sineas muda di Kota Semarang tersebut. “Saya sangat mendukung kreativitas teman-teman. Saya siap menjembatani baik di tingkat lokal maupun nasional, lembaga sensor film, hingga perfilman nasional,” katanya.
Menurut dia, setiap daerah pasti ingin potensi daerahnya diangkat. Produk lokal, kuliner, dan lain-lain, bisa diangkat melalui film. “Kalau kreativitas anak muda ini memang layak, kami akan komunikasikan dengan dunia perfilman nasional,” katanya.
Perkembangan dunia film perlu digeliatkan dengan memanfaatkan potensi kreativitas anak muda. Diperlukan peran pemerintah dalam memberi perhatian terhadap dunia film.
“Memang secara spesifik, sejauh ini tidak ada pelatihan tentang perfilman bagi para sineas di daerah. Namun pada prinsipnya, kami di Komisi 1 akan mensupport potensi-potensi yang ada,” katanya.
Sementara salah satu pemeran utama dalam film Omah Sinder, Tega Bosten mengaku pertama kali menjadi pemeran film layar lebar. Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri untuk bisa menuntaskan sebagai pemeran seorang tokoh dalam film tersebut. “Pokoknya ceritanya bakal seru banget. Ini sangat spesial,” katanya. (*)
editor : tri wuryono