in

Rimpang Lengkuas, Solusi Alami Atasi Masalah Diare

Dalam bidang pengobatan tradisional, lengkuas telah lama dikenal sebagai ramuan yang efektif untuk mengatasi beragam penyakit. Tanaman ini memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengobati infeksi mikroba, radang, nyeri dada, kudis dan dispepsia dan mengatasi penyakit kritis seperti penyakit ginjal, tumor, dan diabetes.

Lengkuas

Tentang Lengkuas

Lengkuas (alpinia galangan) merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi dan dataran rendah.

Lengkuas memiliki ciri khas berupa daun berbentuk lanset atau bulat panjang dengan ujung yang runcing. Permukaan daunnya memiliki tekstur yang kasar dan berbulu halus. Seluruh batangnya ditutupi pelepah daun, Ketika lengkuas masih muda, tunas-tunas segar muncul dari pangkal batang yang sudah tua. Ukuran batangnya berkisar antara 1 hingga 2 meter.

Bagian tanaman lengkuas yang biasanya dimanfaatkan adalah bagian rimpang atau akar rimpang. Rimpang ini memiliki bentuk menyerupai jari-jari, dengan kulit keras berwarna cokelat tua atau kecokelatan.

Rimpang lengkuas digunakan sebagai bumbu masakan dan juga obat tradisional. Lengkuas banyak ditanam di negara benua Asia, seperti India, Arab, Cina, Sri Lanka, dan Indonesia.

Sangat disayangkan kalau lengkuas hanya dianggap sebagai bumbu masalah. Lengkuas sebenarnya memiliki khasiat ampuh untuk mengobati beragam penyakit. Ini berbeda dari obat-obatan kimia yang memiliki kandungan yang berbahaya bagi tubuh, terutama jika dikonsumsi tanpa arahan dokter atau resep yang tepat. Efek samping yang muncul akibat penggunaan obat-obatan dengan kandungan kimia yang tinggi seringkali menjadi keluhan yang dialami oleh masyarakat.

Kandungan Lengkuas

Lengkuas sendiri memiliki kandungan minyak atsiri sebesar 1%. Kandungan minyak atsiri ini terdiri dari metil sinamat sebanyak 48%, sineol 20-30%, serta Eugenol, Kamfer, Seskuiterpen, galangin, dan zat-zat lainnya. Kandungan senyawa yang melimpah inilah yang memberikan sifat antibakteri pada lengkuas.

Penelitian konservasi hayati mengungkapkan bahwa lengkuas memiliki sifat antibakteri yang kuat, mampu menghambat pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu proses pembentukan membran atau dinding sel. Pada penelitian tersebut, dilakukan uji efektivitas ekstrak rimpang lengkuas sebagai agen antibakteri terhadap bakteri penyebab diare (escherichia coli).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol (CH3OH) dari rimpang lengkuas merah memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri e-coli secara signifikan. Temuan ini memberikan bukti yang kuat bahwa sifat antibakteri yang dimiliki lengkuas dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan untuk berbagai penyakit, terutama yang disebabkan oleh infeksi bakteri seperti diare.

Bicara mengenai penyakit yang disebabkan oleh bakteri, diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri escherichia coli dan staphylococcus aureus yang sampai kini masih menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat.

Gejala klinis yang mengindikasikan seseorang mengalami diare antara lain peningkatan frekuensi buang air besar, feses yang encer, serta kemungkinan adanya lendir dan darah pada feses. Diare dapat berpotensi menyebabkan kematian. Menurut WHO dan UNICEF tercatat bahwa setiap tahun terjadi sekitar 2 miliar kasus diare dan 1,9 juta anak balita meninggal akibat diare di seluruh dunia. Sebagian besar kasus kematian ini terjadi di negara-negara berkembang, terutama di wilayah Afrika dan Asia Tenggara.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, disebutkan bahwa prevalensi diare untuk semua kelompok umur 8%, balita 12,3 %, dan pada bayi, prevalensi diare sebesar 10,6%. Tahun 2020, tercatat persentase kematian akibat diare mencapai 14,5%, sedangkan pada kelompok anak balita (usia 12-59 bulan), tingkat kematian akibat diare sebesar 4,55%.

Data ini menyoroti pentingnya upaya penanggulangan diare sebagai masalah kesehatan masyarakat yang mendesak.

Potensi lengkuas dalam mengatasi infeksi bakteri, terutama diare, memberikan harapan baru dalam penanganan penyakit ini. Sebelum menggunakan rimpang lengkuas sebagai pengobatan untuk mengatasi diare, penting untuk memiliki pengetahuan dan informasi yang akurat guna mencegah terjadinya efek samping atau masalah yang tidak diinginkan akibat penggunaan yang tidak tepat.

Mengolah Rimpang Lengkuas sebagai Obat Diare

Bagaimana mengolah rimpang lengkuas untuk obat diare?

  1. Rimpang lengkuas direbus dengan air menggunakan metode langsung. Dalam proses ini, sebanyak 10 gram rimpang lengkuas direbus dalam 400 mL atau setara dengan 2 gelas air.
  2. Rebusan kemudian dipanaskan hingga mencapai titik didih.
  3. Rebusan rimpang lengkuas kemudian didinginkan dan disaring menggunakan penyaring sebelum dipindahkan ke wadah yang berbeda.
  4. Hasil rebusan rimpang lengkuas ini dapat diberikan kepada penderita diare.

Dan untuk rebusan rimpang lengkuas yang ditujukan untuk anak-anak, biasanya ditambahkan sedikit gula. Hal ini dilakukan untuk menjaga nafsu makan anak balita agar tidak menurun.

Bagi penderita diare dalam kelompok usia balita, disarankan untuk mengonsumsi rebusan rimpang lengkuas selama 4 hari dan diberikan sebanyak 2 sendok makan per harinya. Sedangkan untuk penderita diare dalam semua kelompok usia, direkomendasikan untuk mengonsumsi rebusan rimpang lengkuas sebanyak 1 gelas kecil berukuran 200 ml. Dengan mematuhi takaran yang disarankan, penggunaan rimpang lengkuas sebagai obat diare dapat memberikan manfaat yang maksimal dan membantu memulihkan kondisi kesehatan dengan lebih efektif.

 

Cara kerja Senyawa fenol yang terdapat dalam rimpang lengkuas memiliki peran penting dalam mekanisme pertahanan mikroorganisme penyebab diare. Pada kadar rendah, fenol bekerja dengan merusak membran sel, menyebabkan kebocoran pada sel.

Pada kadar tinggi, fenol dapat berikatan dengan protein seluler dan menyebabkan penipisan membran sel. Efek ini sangat efektif terutama saat bakteri sedang dalam tahap pembelahan, di mana lapisan fosfolipid di sekitar sel menjadi sangat tipis sehingga fenol dapat dengan mudah menembus dan merusak isi sel. Prinsip ini menyebabkan gangguan pada struktur tiga dimensi protein, menjadikannya struktur acak tanpa merusak kerangka kovalen protein.

Meskipun deret asam amino protein tetap utuh setelah mengalami perubahan sifat, aktivitas biologisnya menjadi terganggu sehingga protein tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Fenomena ini menunjukkan pentingnya peran fenol dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara mengganggu fungsi protein sel bakteri.

*) Alief Faiq Nabil. Mahasiswa Prodi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.