in

Musisi GrindCore Asal Semarang ‘Babat Alas’ 22 Kota di Amerika Serikat

BAND bernama AK//47 sebetulnya bukan pemain baru. Mereka konsisten berada di jalur musik cadas sejak 1999 silam. Lirik-lirik yang misterius menjadi ciri khas, misalnya Kaum LGBT ditangkap, tempat ibadah diserang, komoditas hoax di media sosial serta isu rasisme dalam kepentingan politik. Sebuah luapan emosi dan kemarahan yang bertaburan di atas gelombang distorsi musik grindcore.

Isu lain seperti imigran, chauvinisme, fasisme, homofobia dikemas dalam Bahasa Indonesia, misalnya “Bebas Berkelamin”, “Menggugat Manusia!”, “Lempar Petasan ke Podium”, “Ayat untuk Menyayat”, “Kepada Bunga yang Masih Tumbuh di Beton”, “Botol, Bensin dan Mawar Untukmu” dan lainnya. Adaptasi kemarahan sepanjang lagu ini melaju cepat menyerupai gerinda punk yang cepat dan progresif.

“Kami berjalan 22 hari nonstop, pertunjukan tour di 22 kota di West Coast California. Selain pertunjukan, kami membawa foto dan kamera untuk diproyeksikan menjadi film dokumenter di masa mendatang,” kata pentolan Band AK//47, Garna Raditya, Kamis (3/5).

Tur ini telah berlangsung sejak 20 April hingga 12 Mei 2018. Ini menjadi agendan ‘babas alas’ di negeri Paman Sam. Sekaligus menjadi rangkaian promo album baru bertajuk “Loncati Pagar Berduri” yang akan dirilis oleh Lawless Jakarta Records dan Disaster Records dalam waktu dekat ini. Dalam tur tersebut, juga diramaikan oleh band asal Amerika Serikat, Violent Opposition, unit grind/violence asal Oakland, California. Sekaligus mengumumkan Damian Talmadge (Bass) dan Mark Miller (Drum) sebagai formasi pendamping AK//47.

Dua personel tersebut merupakan pemain pendamping AK//47 selama konser di Amerika Serikat. “Kami menyadari urusan imigrasi menjadi kendala utama untuk personel di Indonesia untuk bisa terbang ke Amerika. Tentu saja biaya penerbangan yang tak terjangkau. Formasi tersebut akan mengawal selama AK//47 berada di AS,” ujar Garna Raditya (Vokal/Gitar) yang telah menikah dan tinggal di AS sejak dua tahun lalu.

Sedangkan Novelino Adam (Bass) dan Yogi Ario (Drum) sebagai personel di Indonesia tetap menjadi gawang di Indonesia. Band AK//47 menerapkan konsep lintas personel dan negara. Memang, sejak kepindahan Garna ke Amerika Serikat pada 2016, AK//47 praktis mengurangi penampilannya di panggung lokal setelah merilis album “Verba Volant, Scripta Manent” yang masuk sebagai album terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia.

Sedangkan, Novelino atau yang akrab disapa Inu, kembali disibukkan dengan bandnya Octopuz dan Olly Oxen. Begitupun dengan Yogi dengan Sergapanmalam dan Yagim Grind. Meski begitu, AK//47 tetap memiliki ruang, beberapa waktu lalu mereka menggelar tur singkat di Semarang, Solo dan Yogyakarta. Sekaligus merampungkan sesi rekaman selama dua minggu yang dipandu oleh Girez sebagai teknisi suara.

Di album terbarunya, menuangkan sebanyak 13 lagu dengan topik-topik distopia dan aneka dekadensi akal sehat dalam masyarakat modern. “Saya sebagai imigran di Amerika Serikat yang dipimpin presiden tamak, membuat kehidupan sebagai minoritas. Tentu saja memberi imbas secara psikologis. Namun di lain sisi justru melahirkan pemikiran-pemikiran kritis,” kata Garna yang juga jurnalis ini.

Untuk menutup rangkaian tur ini, meraka menggandeng band anarcho-grindcore asal Seattle, Resistance Culture. Adapun dalam beberapa bulan ke depan akan melanjutkan tur ke East Coast. (abdul mughis)

editor : ricky fitriyanto

Abdul Mughis