SEMARANG (jatengtoday.com) – Kekhawatiran terjadinyabbanjir di Kota Semarang masih terngiang seiring dengan datangnya musim penghujan. Apalagi beberapa proyek perbaikan drainase atau saluran air belum rampung, seperti yang sedang dilakukan di kawasan Simpang Lima Semarang.
Pantauan di sepanjang Jalan KH Ahmad Dahlan, perbaikan masih dalam tahap pengerukan dan pemasangan gorong-gorong. Sebagian lagi sudah memasuki tahap finishing.
Sejumlah pengendara kendaraan dan pejalan kaki terpaksa harus bersabar atas dampak perbaikan itu. Sebab, sebagian badan jalan tidak bisa difungsikan secara maksimal.
Salah satu warga Kelurahan Brumbungan, Kecamatan Semarang Tengah, Riyanti (32) menyayangkan langkah Pemerintah Kota Semarang yang belum membereskan proyek-proyek drainase.
“Ya harusnya proyeknya dikerjain lebih awal ya, supaya selesainya juga lebih cepat. Soalnya ini musim hujan udah mulai, kemarin aja hujannya gede banget,” ujarnya sat ditemui, Minggu (15/12/2019).
Hal senada juga dikatakan Suwardi (43). Menurutnya, dari dulu hingga sekarang Kota Semarang belum benar-benar bisa mengatasi persoalan banjir. Terbukti, hampir setiap tahun, di beberapa titik masih ada yang dilanda banjir.
“Tahun kemarin kan sini (daerah Simpang Lima) juga banjir. Airnya sampai selutut. Emang kalau hujannya berjam-jam biasanya drainasenya nggak bisa nampung,” bebernya.
Suwardi berharap agar pengerjaan drainase di Kota Semarang, termasuk di kawasan Simpang Lima bisa dikebut dan selesai sebelum puncak musim penghujan tahun ini datang.
Dari tahun ke tahun Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang selalu memprioritaskan pembangunan drainase. Berdasarkan pemetaan, sejumlah titik memang terjadi sumbatan yang mengakibatkan terjadinya genangan air saat musim hujan.
Tahun lalu, mantan Kepala DPU Iswar Aminudin sempat menargetkan program pengendalian banjir seperti normalisasi Sungai BKT, Kali Sringin, Kali Tenggang, serta perbaikan drainase atau normalisasi saluran sekunder bisa selesai tahun 2019 ini.
Sehingga, target Kota Semarang bebas banjir bisa terealisasi. Namun, bagaimana hasilnya sampai sekarang? (*)
editor : ricky fitriyanto