Gagal di dunia menulis, biasanya lebih banyak bukan karena faktor kemampuan teknis. Menulis itu pembentukan mental. Kalau mau berhasil menulis, bentuk mental kamu.
Faktor ini jarang dibicarakan di dunia penulisan. Lebih banyak tips tentang cara menyusun kalimat, mengatasi writer’s block, tetapi melupakan bagaimana memperkuat mental manusia (penulisnya).
Berikut ini, metode latihan dari para penulis terkenal yang bisa kamu terapkan:
Kenali dan Kalahkan “Resistance”
Steven Pressfield, dalam buku War of Art
Kebanyakan orang, gagal menjadi kreatif karena “resistance”. Perlawanan. Hambatan. Mereka gagal sebelum memulai, karena tidak melakukan apa-apa. Belum apa-apa sudah terblokir, maunya berhenti.
“Resistance” terjadi ketika pikiranmu membenarkan kemalasanmu. Suara dalam kepala, berkata, “Tidak usah. Ini sulit. Nanti saja. Kamu benar, kamu perlu istirahat dan tidak usah pikirkan itu. Kamu tidak akan bisa. Orang lain lebih hebat dari kamu. Nikmati harimu.”.
Kamu ragu, atau mendengar ragu seperti “kebenaran”, karena dirimu belum pernah melihat dirimu lakukan apa yang kamu inginkan.
Ini tidak perlu latihan, tidak perlu solusi panjang. Lakukan!
Benar, kamu hanya perlu “lakukan”. Tanpa rasionalisasi. Jadi, menulis itu tindakan. Kalau kamu tidak memulai “sekarang”, kamu tidak bertindak menulis. Kamu tidak layak dihargai diri-sendiri kalau suara dirimu untuk menulis kreatif kamu biarkan tidak terjadi.
Dengarkan “Suara” Tulisan Kamu
Ursula K. Le Guin, dalam buku Steering the Craft
Perhatikan suara tulisan kamu. Tidak bisa kembangkan tulisan, kalau kamu tidak tahu seperti apa suara tulisan kamu.
“Suara bahasa adalah tempat semua dimulai. Apa [tulisan ini] terdengar enak? Elemen dasar bahasa adalah fisik: kata yang berisik, suara keheningan, yang membuat ritme menandai hubungan mereka. Arti dan keindahan tulisan, bergantung pada bunyi dan ritme ini.
Sebagian besar anak-anak menikmati suara bahasa, demi bahasa itu sendiri. Mereka berkutat dalam pengulangan dan bebunyian kata yang indah, derak onomatopoeia; mereka jatuh cinta kepada musik atau kata-kata yang mengesankan dan salah-tempat ketika memakainya.. Kesadaran tentang seperti apa tulisanmu sendiri, itu skill penting bagi penulis.”
Bagaimana saya melatih suara bahasa ini?
“Saya ingin kamu menulis untuk kesenangan — bermain. Dengarkan suara dan ritme kalimat yang kamu tulis dan mainkan, seperti anak kecil bermain.
Ini bukan -menulis bebas-, lebih mirip mengendalikan relaksasi: kamu dorong kata-kata itu sendiri — bunyi, ketukan, gema, untuk menuntunmu saat ini, lupakan semua nasihat bagus yang bilang bahwa gaya yang keren itu tidak terlihat, seni yang baik menyembunyikan seni. Tunjukkan. Gunakan seluruh orkestra yang ditawarkan bahasa.
Tulislah untuk anak-anak. Tulis untuk nenek moyang kamu. Gunakan suara narasi apapun yang kamu suka. Bersenang-senanglah, lepaskan, mainkan, ulangi, ciptakan, nikmati rasanya bebas.”
Latihan menulis versi Le Guin, mungkin tentang bermain dengan bahasa, mengembangka suara, hilangkan tekanan untuk menulis yang spektakuler. Eksperimen sendiri dengan kalimatmu, rileks, dan bebas.
Selalu Rileks
Jack Hart, dalam buku Storycraft
Hart redaktu pelaksana the Oregonian, media terbesar di Pacific Northwest dan memandu beberapa artikel pemenang Pulitzer, untuk diterbitkan.
“Rahasia pamungkas untuk membiarkan suara kamu terdengar di halaman adalah dengan bersantai dan menjadi diri sendiri. Menulis itu stres..”
Periksa keteganganmu sendiri.
“Perubahan kecepatan itu penting. Penulis santai itu menulis dengan cepat. Terdengar seperti sedang mendengarkan diri mereka sendiri.”
Tulisan yang baik, datang ketika kamu lakukan dengan santai.
Imitasi
Ray Bradbury dalam buku Zen in the Art of Writing
“Imitasi itu wajar dan perlu bagi penulis pemula. Pada tahun-tahun persiapan, seorang penulis harus memilih bidang di mana menurutnya ide-idenya akan berkembang dengan nyaman. Jika sifatnya mirip dengan filosofi Hemingway, memang benar dia akan meniru Hemingway..
Pekerjaan dan imitasi berjalan bersama dalam proses belajar. Hanya ketika peniruan melampaui fungsi alaminya, seseorang mencegahnya menjadi benar-benar kreatif.”
Fase “imitasi” hanyalah batu loncatan untuk menemukan suara kamu sendiri.
“Imitasi” menuntut orang berwawasan luas, rajin membaca, dan menyelami karya orang lain.
Jujur, Hadapi Rasa Takut
Marion Roach, dalam buku the Memoir Project
Tulis dengan jujur, kepada dirimu sendiri.
“Termukan suara tulisanmu terlebih dahulu, lalu rasakan, gunakan untuk ungkapkan siapa kamu kepada publik. secara mendalam..”
Jembatan untuk mendengar siapa “saya”.. terjadi ketika kamu menghadapi ketakutanmu sendiri: Siapa saya ketika menulis? Bagaimana bisa komunikasikan kepada pembaca? Seberapa besar rasa takut yang kamu hadapi untuk mendengarkan dirimu sendiri?
Kita hanya tidak jujur ketika kita sedang takut.
Mulailah menulis, dengan metode Bradbury. Jawab pertanyaan ini: Apa yang -sebenarnya- saya pikirkan tentang dunia? Apa yang saya suka, takut, dan benci?”
Tulisan yang berlandaskan jujur-kepada-diri, membagikan keyakinan terdalam kamu.
Ciptakan Persona
Damon Knight, dalam buku Creating Short Fiction
“Persona” (berarti “topeng”, dari bahasa Yunani). Temukan persona kamu dalam menulis.
Selalu ada 2 diri dalam setiap orang. Diri yang apa adanya (“saya” sekarang) dan diri yang saya ingin menjadi. Persona adalah diri yang kedua.
Kamu ingin menjadi seperti apa? Itulah persona. Kalau kamu malas, ingatlah: kamu nanti ingin dikenang dirimu seperti apa di masa depan?
Ada seorang penulis yang lebih pintar darimu karena ia selalu belajar. Mampu mengendalikan emosi. Memilih menunjukkan suara batin. Tidak pernah menyerah. Orang itu adalah diri kamu sendiri. Citraan imajiner ini disebut persona. Mengangkat dirimu sendiri ke level “fantasi”, yang dibayangkan dirimu sendiri, menjadi cara untuk menemukan kekuatan kamu dalam menulis.
Kamu tidak dalam impostor syndrome. Kamu tidak berpura-pura menjadi orang lain. Itulah dirimu versi lain, yang kamu ciptakan sendiri, dalam bentuk “persona”.
Neil Gaiman, pada tahun 2012, pernah memberikan tips ampuh untuk menulis. “Bagaimana bisa melakukan sesuatu yang sulit?”. Menurut Neil Gaiman, ini bisa diatasi dengan tidak berpura-pura melakukan. Sebaliknya: lakukan namun berpura-pura seperti orang yang bisa.
Masalah kepenulisan, tidak semuanya tentang kemampuan teknis dalam menulis. Lebih banyak, tentang bagaimana mengubah dirimu. Itu artinya: caramu berpikir, bacaanmu, jaringanmu, pekerjaanmu, caramu memperlakukan ide, hidupmu, dst.
Berhentilah memikirkan suaramu. Pikirkan tentang hidup kamu sebagai gantinya. Hampir semua kegagalan dalam menulis, terjadi karena seseorang tidak mengubah kepribadian mereka, tidak memperhatikan pekerjaan mereka, dan tidak punya pandangan baru tentang hidup mereka. Jika ketiga hal itu kamu ubah, menulis itu mudah.
Dan faktor utama yang menentukan adalah terus berlatih, seperti metode yang dilakukan para penulis terkenal itu. [dm]