SEMARANG (jatengtoday.com) – Sejumlah titik permukiman kumuh masih ada di Kota Semarang. Tidak hanya kumuh, Kota Semarang yang mencanangkan diri sebagai “Smart City” dan “Kota Sehat” ini masih terdapat ribuan warga tidak memiliki Water Closet (WC).
Artinya, di era zaman yang serba digital ini ternyata masih banyak warga “enjoy” Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Banyak warga buang air besar di kakus, drainase maupun sungai. Masyarakat belum sepenuhnya memiliki kesadaran terhadap lingkungan bahwa pola hidup tidak sehat ini sebetulnya sangat membahayakan kesehatan. Hal itu juga dipengaruhi faktor kemiskinan, sehingga untuk sekadar membangun WC secara sehat tak juga terpikirkan.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Semarnag, Ali, mengakui hal tersebut. Namun ini menjadi perhatian Pemkot Semarang bagaimana mengentaskan kemiskinan, agar masyarakat hidup dalam lingkungan yang sehat.
Beberapa tahun ke depan, Pemkot Semarang bakal konsentrasi menangani permasalahan warga BABS tersebut secara bertahap. Ditargetkan Pemkot Semarang bisa bebas dari permasalahan BABS tersebut pada 2020-2021.
Pertama kali yang akan ditangani di Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari Kota Semarang. Di wilayah tersebut tercatat kurang lebih 300 kepala keluarga (KK) belum memiliki jamban. “Kami sudah survey di situ,” kata Ali, Selasa (26/3/2019).
Dikatakannya, pihaknya akan mulai menjalankan program jambanisasi di kelurahan tersebut. Kelurahan Tambakrejo ini menjadi pilot project pengentasan kawasan kumuh, termasuk jambanisasi tersebut. Bahkan tidak sekadar jambanisasi, tapi juga memoles perkampungan kumuh menjadi lebih bersinar.
“Konsep yang akan diterapkan untuk pembangunan wilayah tersebut hampir sama dengan Kampung Pelangi. Nanti rumah-rumah nanti mungkin akan dicat warna-warni, termasuk perbaikan jalan,” katanya.
Di kelurahan tersebut juga terdapat pusat kuliner atau pusat oleh-oleh yang akan dikembangkan. Sebab ini menjadi potensi menarik yang membedakan dengan daerah lain. “Apalagi wilayah ini menjadi jalur utama Semarang Demak. Sehingga ini menjadi pertimbangan yang menguatkan wilayah ini perlu segera dilakukan pembangunan,” katanya.
Menurutnya, kebiasaan sebagian warga di kampung tersebut tidak sehat. Sebab, mereka buang air besar sembarangan yang menyebabkan lingkungan tidak sehat.
“Anggarannya nanti tidak hanya pakai APBD Kota Semarang. Tapi juga akan kami carikan bantuan, baik dari provinsi maupun pemerintah pusat. Selain itu juga akan kami carikan dana CSR seperti di Kampung Pelangi,” katanya.
Ali berharap kampung yang sebelumnya kumuh itu bisa menjadi pusat perhatian karena bersih dan berkilau. “Ada sarana olahraga, ruang terbuka hijau, ketersediaan lampu, sanitasi, tanaman hijau, dan seterusnya. Pemkot Semarang memiliki target 2020-2021 bebas BABS. Tahun ini sudah deklarasi bebas BABS,” ujarnya.
Selain di Kelurahan Tambakrejo, lanjut Ali, pihaknya juga sudah melakukan pembangunan IPAL komunal di beberapa lokasi. Hal itu bisa menjadi solusi masih banyaknya warga tidak memiliki jamban. “Kami akan terus lakukan setiap tahun,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto