in

Meski Dianjurkan Pulang, Santri Ponpes Dafa Wajib Ngaji Posonan via Daring

SEMARANG (jatengtoday.com) – Suasana di Perumahan Bank Niaga, Kota Semarang kini tampak sepi semenjak ada pandemi Covid-19. Padahal, dulu gang-gang di kawasan tersebut kerap dipenuhi ratusan santri yang berlalu-lalang.

Perumahan tersebut berlokasi tak jauh dari kampus UIN Walisongo Semarang. Di dalamnya terdapat Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Falah (Dafa) Besongo.

Orang dari luar barangkali tidak akan mengira kalau di situ terdapat lembaga pendidikan non formal. Pasalnya, Ponpes Dafa tak memiliki gedung bertingkat seperti pada umumnya, melainkan melebur dengan rumah-rumah warga.

Tercatat ada enam asrama yang terletak berpencar. Empat di antaranya asrama santri putri sementara sisanya asrama santri putra. Total dihuni sekitar 300 santri.

Semua santri di Ponpes Dafa berstatus mahasiswa. Kebetulan pengasuhnya juga merupakan Rektor UIN Walisongo. Namanya Prof Dr KH Imam Taufiq, MAg, para santri kerap menyapanya dengan Abah Imam.

Menurut Abah Imam, mayoritas santri sekarang ini sedang pulang kampung. “Yang masih stay di pondok paling tinggal 30-an santri. Sejak bulan Maret lalu,” jelasnya saat ditemui, Rabu (6/5/2020) siang.

Menurutnya, sejak ada surat edaran pemerintah mengenai anjuran untuk mengurangi potensi penyebaran Covid-19, Ponpes Dafa mempersilakan para santri untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Meskipun tidak dipungkiri masih ada yang memilih tetap tinggal di pondok. Namun semua santri ini diwajibkan mematuhi protokol kesehatan yang ketat. Mulai dari membatasi jam keluar pondok hingga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

“Tidak mungkin kami suruh pulang semua. Santri-santri itu ada yang rumahnya jauh, ada yang memang sengaja tidak pulang karena ingin ngaji di pondok. Ngalap berkah pondok dan kiai,” ujar Abah Imam.

Ngaji Posonan Online

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap bulan Ramadan Ponpes Dafa mengadakan “Ngaji Posonan” atau pengajian bulan puasa. Bedanya, tak banyak santri yang ikut mengaji secara tatap muka.

Abah Imam selaku Pengasuh Ponpes Dafa mendesain Ngaji Posonan dengan sistem daring atau online. Disiarkan langsung melalui channel Youtube dan life streaming Instagram milik pondok.

Tujuannya supaya santri yang sedang ada di rumah tetap bisa mengikuti agenda ngaji. Sistem ini juga memungkinkan masyarakat umum untuk turut mengaksesnya.

“Jadi meskipun santri banyak yang pulang, ngaji tidak terkendala, semua tetap wajib ngaji dari rumah. Itu kami kontrol,” ungkapnya.

Sistem ngaji seperti ini, katanya, sudah biasa dilakukan santri Ponpes Dafa. Pasalnya, pondok tersebut sudah memberlakukan pengajian online sebelum ada agenda Ngaji Posonan.

“Sebelum puasa mereka yang di rumah juga masih wajib menjalankan aturan pondok. Setoran hapalan Al-Qur’an, ngaji kitab sama kiai, sama membuat rekaman video,” paparnya.

3 Kitab Ulama Nusantara

Abah Imam menjelaskan, selama bulan puasa ini agenda Ponpes Dafa difokuskan untuk mengaji kitab-kitab ulama nusantara. “Kami ingin membuat tagline ‘Posonan bersama Kiai-kiai Nusantara’,” ujar Guru Besar Ilmu Tafsir itu.

Dalam sehari Ngaji Posonan digelar tiga kali. Pertama selepas salat Subuh, ngaji kitab Nailul Masarat fi Taskhihi Dalail Khairat tentang salawat karya KH Ahmad Basyir, ulama adal Kabupaten Kudus. Abah Imam sendiri yang membaca kitabnya.

Kedua, menjelang buka puasa, ngaji kitab Faidhul Hija tentang luapan nalar karya KH Ahmad Sahal Mahfudh, ulama asal Pati. Ngaji kitab ini diampu oleh Ustad Ahmad Tajudin Arafat.

Terakhir, setelah salat tarawih, ngaji kitab Tanqihul Qoul tentang hadis-hadis Nabi dan perkataan Sahabat Nabi, karya Syekh Nawawi Al Bantani, ulama asal Banten, Indonesia. Ngaji ini diampu oleh Ustad Karis Lusdiyanto.

“Tiga kitab tersebut ditulis oleh orang Indonesia semua, ulama nusantara. Isinya kontekstual dengan kultur negara kita. Inilah yang menjadi khas dibanding kitab-kitab karya ulama Timur Tengah,” tegas Abah Imam.

Bekali Keterampilan

Sebagai Ponpes salaf, kegiatan mengaji memang tidak bisa dilepaskan dari Ponpes Dafa. Abah Imam mengamini bahwa Ponpes sejatinya bertujuan menata akhlakul karimah para santri.

Menurutnya, membangun bangsa dibutuhkan akhlak yang kuat sebagai pondasi. Akhlak itu salah satunya dilakukan melalui latihan. “Berinteraksi selama 24 jam sehari itu ada tradisinya, jamaah, nderes quran, ngaji kitab, dan lain-lain,” ucapnya.

Setelah akhlakul karimah baru pengetahuan. Pengetahuan yang diajarkan di Ponpes Dafa barangkali tak jauh berbeda dengan ponpes-ponpes lain. Namun, di Ponpes Dafa juga menempa santri dengan bekal keterampilan.

Setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu pesantren ini memiliki berbagai kegiatan keterampilan. Mulai dari membuat masakan berbagai daerah, menyulam, membuat manik-manik, hingga sablon kaos atau baju.

“Itu kami dorong terus. Kecuali masa seperti sekarang ini, santri-santri pada pulang, tentu kegiatan keterampilan ditiadakan dulu,” imbuhnya.

Bahkan, kata dia, Ponpes Dafa juga membekali keterampilan berbasis teknologi rumah tangga. Seperti pembuatan shampo dan pengharum ruangan. “Jadi selain kami bekali ilmu juga keterampilan,” tegas Abah Imam.

Manfaat keterampilan ini sangat positif, apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti ini.

Dia mencontohkan dengan keterampilan membuat hand sanitizer. “Itu santri sendiri langsung membuat. Dulu tahap pertama kami membuat 10 liter. Kita sebarkan gratis. Berikutnya kami buat lagi 5 liter dan seterusnya,” tandasnya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto 

 

Baihaqi Annizar

in

Meski Dianjurkan Pulang, Santri Ponpes Dafa Wajib Ngaji Posonan via Daring

SEMARANG (jatengtoday.com) – Suasana di Perumahan Bank Niaga, Kota Semarang kini tampak sepi semenjak ada pandemi Covid-19. Padahal, dulu gang-gang di kawasan tersebut kerap dipenuhi ratusan santri yang berlalu-lalang.

Perumahan tersebut berlokasi tak jauh dari kampus UIN Walisongo Semarang. Di dalamnya terdapat Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Falah (Dafa) Besongo.

Orang dari luar barangkali tidak akan mengira kalau di situ terdapat lembaga pendidikan non formal. Pasalnya, Ponpes Dafa tak memiliki gedung bertingkat seperti pada umumnya, melainkan melebur dengan rumah-rumah warga.

Tercatat ada enam asrama yang terletak berpencar. Empat di antaranya asrama santri putri sementara sisanya asrama santri putra. Total dihuni sekitar 300 santri.

Semua santri di Ponpes Dafa berstatus mahasiswa. Kebetulan pengasuhnya juga merupakan Rektor UIN Walisongo. Namanya Prof Dr KH Imam Taufiq, MAg, para santri kerap menyapanya dengan Abah Imam.

Menurut Abah Imam, mayoritas santri sekarang ini sedang pulang kampung. “Yang masih stay di pondok paling tinggal 30-an santri. Sejak bulan Maret lalu,” jelasnya saat ditemui, Rabu (6/5/2020) siang.

Menurutnya, sejak ada surat edaran pemerintah mengenai anjuran untuk mengurangi potensi penyebaran Covid-19, Ponpes Dafa mempersilakan para santri untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Meskipun tidak dipungkiri masih ada yang memilih tetap tinggal di pondok. Namun semua santri ini diwajibkan mematuhi protokol kesehatan yang ketat. Mulai dari membatasi jam keluar pondok hingga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

“Tidak mungkin kami suruh pulang semua. Santri-santri itu ada yang rumahnya jauh, ada yang memang sengaja tidak pulang karena ingin ngaji di pondok. Ngalap berkah pondok dan kiai,” ujar Abah Imam.

Ngaji Posonan Online

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap bulan Ramadan Ponpes Dafa mengadakan “Ngaji Posonan” atau pengajian bulan puasa. Bedanya, tak banyak santri yang ikut mengaji secara tatap muka.

Abah Imam selaku Pengasuh Ponpes Dafa mendesain Ngaji Posonan dengan sistem daring atau online. Disiarkan langsung melalui channel Youtube dan life streaming Instagram milik pondok.

Tujuannya supaya santri yang sedang ada di rumah tetap bisa mengikuti agenda ngaji. Sistem ini juga memungkinkan masyarakat umum untuk turut mengaksesnya.

“Jadi meskipun santri banyak yang pulang, ngaji tidak terkendala, semua tetap wajib ngaji dari rumah. Itu kami kontrol,” ungkapnya.

Sistem ngaji seperti ini, katanya, sudah biasa dilakukan santri Ponpes Dafa. Pasalnya, pondok tersebut sudah memberlakukan pengajian online sebelum ada agenda Ngaji Posonan.

“Sebelum puasa mereka yang di rumah juga masih wajib menjalankan aturan pondok. Setoran hapalan Al-Qur’an, ngaji kitab sama kiai, sama membuat rekaman video,” paparnya.

3 Kitab Ulama Nusantara

Abah Imam menjelaskan, selama bulan puasa ini agenda Ponpes Dafa difokuskan untuk mengaji kitab-kitab ulama nusantara. “Kami ingin membuat tagline ‘Posonan bersama Kiai-kiai Nusantara’,” ujar Guru Besar Ilmu Tafsir itu.

Dalam sehari Ngaji Posonan digelar tiga kali. Pertama selepas salat Subuh, ngaji kitab Nailul Masarat fi Taskhihi Dalail Khairat tentang salawat karya KH Ahmad Basyir, ulama adal Kabupaten Kudus. Abah Imam sendiri yang membaca kitabnya.

Kedua, menjelang buka puasa, ngaji kitab Faidhul Hija tentang luapan nalar karya KH Ahmad Sahal Mahfudh, ulama asal Pati. Ngaji kitab ini diampu oleh Ustad Ahmad Tajudin Arafat.

Terakhir, setelah salat tarawih, ngaji kitab Tanqihul Qoul tentang hadis-hadis Nabi dan perkataan Sahabat Nabi, karya Syekh Nawawi Al Bantani, ulama asal Banten, Indonesia. Ngaji ini diampu oleh Ustad Karis Lusdiyanto.

“Tiga kitab tersebut ditulis oleh orang Indonesia semua, ulama nusantara. Isinya kontekstual dengan kultur negara kita. Inilah yang menjadi khas dibanding kitab-kitab karya ulama Timur Tengah,” tegas Abah Imam.

Bekali Keterampilan

Sebagai Ponpes salaf, kegiatan mengaji memang tidak bisa dilepaskan dari Ponpes Dafa. Abah Imam mengamini bahwa Ponpes sejatinya bertujuan menata akhlakul karimah para santri.

Menurutnya, membangun bangsa dibutuhkan akhlak yang kuat sebagai pondasi. Akhlak itu salah satunya dilakukan melalui latihan. “Berinteraksi selama 24 jam sehari itu ada tradisinya, jamaah, nderes quran, ngaji kitab, dan lain-lain,” ucapnya.

Setelah akhlakul karimah baru pengetahuan. Pengetahuan yang diajarkan di Ponpes Dafa barangkali tak jauh berbeda dengan ponpes-ponpes lain. Namun, di Ponpes Dafa juga menempa santri dengan bekal keterampilan.

Setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu pesantren ini memiliki berbagai kegiatan keterampilan. Mulai dari membuat masakan berbagai daerah, menyulam, membuat manik-manik, hingga sablon kaos atau baju.

“Itu kami dorong terus. Kecuali masa seperti sekarang ini, santri-santri pada pulang, tentu kegiatan keterampilan ditiadakan dulu,” imbuhnya.

Bahkan, kata dia, Ponpes Dafa juga membekali keterampilan berbasis teknologi rumah tangga. Seperti pembuatan shampo dan pengharum ruangan. “Jadi selain kami bekali ilmu juga keterampilan,” tegas Abah Imam.

Manfaat keterampilan ini sangat positif, apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti ini.

Dia mencontohkan dengan keterampilan membuat hand sanitizer. “Itu santri sendiri langsung membuat. Dulu tahap pertama kami membuat 10 liter. Kita sebarkan gratis. Berikutnya kami buat lagi 5 liter dan seterusnya,” tandasnya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto 

 

Baihaqi Annizar