in

Meriahnya Kirab Budaya Sambut Kedatangan Patung Dewa Obat di Pecinan Semarang

Patung Dewa Obat diarak mengelilingi kelenteng di Semarang.

Masyarakat tampak berdesakan menyaksikan arak-arakan patung dewa di kawasan Pecinan Semarang. (baihaqi/jatengtoday.com)

SEMARANG (jatengtoday.com) — Masyarakat tumpah ruah melihat puncak perayaan hari kedatangan Kimsin (patung) Dewa Po Sing Tay Te atau Dewa Obat di Kota Semarang, Rabu (1/6/2022).

Acara berlangsung meriah karena ada kirab budaya. Terlihat sekelompok orang memikul tandu yang berisi patung Dewa Obat dan pengawalnya. Ada juga kelompok lain mulai dari grup Liong, pasukan yang membawa bendera, hingga pasukan kuda.

Perayaan ini dimulai dengan arak-arakan pukul 05.00 dari Klenteng Tay Kak Sie menuju Pantai Marina dengan mengendarai mobil. Kemudian siang hari kembali ke kawasan Pecinan Semarang mengelilingi klenteng-klenteng.

Setiap sampai di depan klenteng dilangsungkan ritual, masing-masing kelompok akan mengitari halaman klenteng. Grup liong pun tampak meliak-liuk mengikuti bunyi tambur.

Arak-arakan diakhiri di titik awal pemberangkatan, yakni di Klenteng Tay Kak Sie pada sore hari.

Kepala Dishub Kota Semarang Endro P Martanto mewakili Wali Kota mengatakan, perayaan hari kedatangan Kimsin Dewa Obat merupakan tradisi yang harus dihargai dan terus dijaga.

Menurutnya, Kota Semarang sangat beragam mulai dari agama, suku, ras, hingga budayanya. Namun, katanya, yang lebih penting dari keberagaman itu adalah bagaimana menjaga kerukunan dengan baik.

“Titipan dari bapak wali kota agar kerukunan seperti ini bisa terjaga dengan baik,” ujarnya saat memberi sambutan di klenteng.

Grup liong atraksi di depan klenteng pada acara menyambut kedatangan patung Dewa Obat. (baihaqi/jatengtoday.com)


Sebelumnya, Ketua Yayasan Kelenteng Tay Kak Sie, Tanto Hermawan menjelaskan, perayaan ini untuk memperingati kejadian 162 tahun yang lalu, di mana saat itu Kota Semarang dilanda wabah penyakit yang berkepanjangan.

Ketika itu, beberapa warga Tionghoa meminta bantuan ke saudara atau leluhur yang berada di China. Kemudian dibawakanlah Kimsin YS Poo Seng Tay Tee yang sudah didoakan.

Rombongan pembawa kimsin menempuh perjalanan kapal laut selama 25 hari dan tiba di dermaga Boom Lama Semarang pada tanggal 1 bulan 5 penanggalan Imlek.

Setibanya di Semarang, Kimsin YS Poo Seng Tay Tee dibawa kirab mengelilingi kota dan berangsur-angsur wabah penyakit menghilang.

Maka, kata Tanto, setiap tahun pada penanggalan Imlek 1 bulan 5 diadakan kirab budaya dengan membawa Kimsin YS. Poo Seng Tay Tee menuju pantai dan mengelilingi Kota Semarang. (*)

editor : tri wuryono