GROBOGAN (jatengtoday.com) – Situasi pandemi secara kejam memporak-porandakan hampir seluruh lini kehidupan. Tidak hanya dibutuhkan daya tahan tubuh, tetapi masyarakat juga dituntut memiliki daya tahan hidup dalam situasi ekonomi sulit. Berbagai cara bisa dilakukan untuk menggali potensi yang bisa dikembangkan.
Salah satunya para santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hidayah, Karangrayung, Grobogan, Jawa Tengah. Di sela menimba ilmu agama, mereka mengasah kemampuan dalam bidang otomotif dan perbengkelan melalui Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) di ponpes tersebut.
Kemampuannya dalam bidang otomotif tersebut tidak hanya sekadar teori, namun telah teruji karena diterjunkan langsung untuk memberikan pelayanan masyarakat berupa servis gratis. Tentu saja, mereka diharapkan menjadi generasi produktif di tengah situasi pandemi maupun pengembangan bisnis otomotif di kemudian hari.
“Saya sedang servis motor, laker dan pengapiannya lemah nih. Servisannya bagus sekali, pelayanan ramah dan gratis. Kami merasa nyaman menyerviskan motor di sini. Servis gratis ini dikerjakan oleh santri Ponpes Al Hidayah. Mereka sangat kreatif,” ungkap salah satu warga, Hasan Gufron, Sabtu (25/7/2020).
Salah satu santri, Ikwan Irwansyah, mengatakan servis gratis yang diberikan oleh para santri Ponpes Al Hidayah ini dilakukan sejak awal pendemi pada Maret lalu. “Setiap hari pasti ada masyarakat yang datang untuk servis. Yang digratiskan hanya jasa servisnya, sedangkan untuk onderdil beli,” katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah, Karangrayung, Grobogan, Jawa Tengah, Achmad Zakki Iqbal, mengatakan Balai Latihan Kerja Komunitas merupakan program Pondok Pesantren Al Hidayah yang disupport Kementerian Tenaga Kerja.
“Kami latih mereka dalam bidang otomotif. Setelah dilatih, kemudian mereka diterjunkan di tengah masyarakat dalam bentuk memberikan pelayanan servis gratis. Terutama kondisi-kondisi motor warga yang dalam kondisi kurang baik diberikan servis, berapa pun dan kepada siapa pun,” katanya.
Respons Positif
Lebih lanjut, BLKK tersebut didirikan pada 2019 silam. “Setelah selesai pelatihan, ternyata ada pandemi. Pelayanan servis gratis ini dimulai Maret dengan cara terjun ke desa-desa. Respons masyarakat sangat luar biasa. Setidaknya bisa meringankan beban di tengah masa pandemi ini,” katanya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Peningkatan Latihan Kerja (BBPLK) Kementerian Ketenagakerjaan Semarang, Edi Susanto, mengatakan lembaga pelatihan kerja berbasis pondok pesantren menjadi upaya menyiapkan generasi produktif.
“Pelatihan kerja perlu dilakukan, tentunya dengan protokol kesehatan. Dari pelatihan tersebut, output-nya kelak bisa menjadi generasi produktif. Ini juga dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia atau calon tenaga kerja, baik di bidang otomotif maupun bidang yang lain,” katanya.
185 BLK Komunitas
Lebih lanjut, kata Edi, BBPLK Semarang hingga saat ini membina sebanyak 185 BLK Komunitas. Salah satunya di wilayah Timur yakni Grobogan, Barat di Pekalongan, dan Selatan di Cilacap.
“Masing-masing komunitas dibantu pelatihan-pelatihan. Setiap BLKK rata-rata memiliki sebanyak dua kelas, masing-masing kelas 16 orang. Hingga 2020 ini, peserta di BLK Komunitas kurang lebih 5.901 orang. Terbagi dari berbagai kejuruan, mulai otomotif, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), kejuruan menjahit, maupun kejuruan las. Ini dilaksanakan serentak,” terang dia.
Diharapkan, di tengah masa pandemi ini tetap bisa menyiapkan sumber daya manusia (SDM) melalui balai pelatihan kerja seperti ini. “Sehingga mereka tetap produktif dan aman. Tentunya diharapkan membawa manfaat bagi masyarakat. Kegiatan bakti sosial berupa servis gratis ini suatu hal yang luar biasa sekali. Masyarakat langsung bisa memanfaatkan keahlian dari hasil pelatihan,” ujarnya. (*)
editor : tri wuryono