in

8 Keadaan yang Bikin Mental Kamu Down Ketika Kreatif

Menerapkan “kenali musuhmu” di Art of War ketika merasa mental kamu sedang down.

(Credit: natalypaint)

Dalam pekerjaan dan bisnis kreatif, dulu saya sering “down” secara mental, namun penilaian itu datang karena saya belum berpikir dan bertindak di posisi musuh saya.

Musuh saya bukan orang. Musuh sebenarnya adalah penilaian yang datang dari pikiran, tempat kita memahami dan menyunting realitas.

Saya mendaftar keadaan yang dianggap down secara mental, namun sebenarnya bisa kita ubah menjadi kekuatan dalam bertindak.

Percaya-Diri Turun Drastis

Percaya-diri datangnya dari diri. Bisa berasal dari penilaian terhadap diri, yang terlalu singkat. Singkatnya, merasa tidak-percaya diri itu penilaian pikiran. Lihat dulu, keadaannya seperti apa.

Panik seperti ini, justru ciri seorang pro.

“Kita kendalikan tindakan sendiri, tetapi konsekuensi dari tindakan itu dikendalikan oleh prinsip,” kata Stephen R. Covey.

Merasa nggak pede itu ciri kamu punya prinsip dan menyadarinya. Hanya perlu atasi rasa percaya diri itu.

Rahasia Membangun Percaya Diri

  • Ketahui apa yang sedang kamu hadapi. Ini berlaku untuk semua keadaan. Kamu percaya-diri menghadapi ujian jika belajar dan banyak berlatih; Kamu berani datang bawa hadiah kalau gadis yang kamu suka, selama ini menunggu kejutan berupa hadiah.
  • Sudah pernah. Biasanya membangun percaya-diri. Belum pernah berpidato, wajar tidak percaya-diri.

Percaya-diri tidak menentukan hasil. Penentu hasil terbaik adalah strayegi, taktik, sering berlatih, dan bertindak menyelesaikan masalah. Percaya-diri justru terbentuk dari situ.

Semua Rasanya Hancur

Merasa semuanya hancur? Wajar sekali. Orang bertemu jalan buntu, tanpa solusi, begitu banyak masalah dan tanggungan.

Orang lain tidak melihat itu. “Setiap orang menghadapi peperangan yang tidak ia perlihatkan kepada orang lain..”.

Kehancuran dari dalam adalah kesadaran mental untuk beradaptasi.

Untuk atasi perasaan hancur, bangkitkan “persona”.

“Persona” artinya “topeng”. Ketika membuat bisnis, kita mentarget pembeli seperti apa yang akan konsumsi produk atau layanan kita. Gambaran pembeli inilah yang disebut “persona”.

Ingat, semua orang memiliki 2 macam diri: yang “sekarang” dan yang “saya inginkan..”.

Iklan disukai orang kalau berhasil menyingkap “diri yang saya inginkan”.

Kalau sekarang kamu merasa hancur, kamu ingin bagaimana?

Sadari, ada diri kamu yang lain, yang sangat tegar menghadapi masalah ini.

Mempertanyakan Arah dan Tujuan

” Mempertanyakan” tidak sama dengan “meragukan”. Mempertanyakan itu sikap kritis, memeriksa, menguji, membayangkan apa yang terjadi di masa depan.

Kita sering mendapatlan tujuan dan gambaran ideal, dari pengaruh eksternal. Tidak heran kalau orang ingin piknik karena membayangkan tempat lain yang bisa mengobati bosan terhadap rutinitas. *) Spoiler: Piknik Tidak Bisa Segarkan Pikiranmu.

Orang tidak diajari mempertanyakan cara kita menyukai sesuatu, cara kita berpikir. Pikiran, sesungguhnya mirip kotak tempat kita menyimpan banyak mainan. Kita menyunting realitas dengan pikiran.

Saya pernah mempertanyakan arah dan tujuan saya.Mengapa saya harus mengikuti pola orang lain dengan menempuh kuliah? Mengapa saya harus bekerja dengan profesi yang fixed, seperti orang lain? Ternyata, saya tidak suka kedua hal itu. Ada yang lebih berharga: potensi dan waktu saya.

Mayoritas orang menentang apa yang saya pilih. Saya memutuskan untuk tidak kuliah.
Ada deretan masalah panjang. Tidak perlu protes dengan sistem pendidikan, karena sampai 100 tahun yang namanya sistem akan seperti itu. Saya mempertanyakan arah, “Apa yang akan terjadi pada dunia saya, 5-10 tahun mendatang?”.

Saya mempertanyakan tujuan, “Jika untuk masa depan, mengapa saya tidak dalami skill yang akan menguasai masa depan saya?”.

Akhirnya, saya memilih untuk keluar dari kuliah, justru agar saya bisa eksplorasi sedalam dan seluas yang saya suka. Umur produktif, energi tinggi, dan semangat belajar, akan tersalurkan justru kalau saya tidak kuliah.

Saya harus baca buku lebih banyak daripada seorang doktor. Saya harus menjadi “pro”. Keputusan mempertanyakan tujuan ini, tentu saja mengalami guncangan.

Seandainya saya tidak mempertanyakan arah dan tujuan, tentu saya tidak menjalani hidup yang saya pilih sendiri.

Dengan cara sama, kita perlu bertanya, “Apakah cara saya bekerja sebenarnya sejalan dengan suara batin saya? Seperti apa 5 tahun mendatang?”.

Menghadapi Sepi dan Sunyi

” Sepi” terjadi ketika kamu merasa sendirian di tengah orang banyak. “Sunyi” terjadi ketika -mendengar- banyak percakapan dari pikiran sendiri, ketika tidak ada orang lain.

Sepi dan sunyi kembali kepada kesadaran diri.

Sunyi yang tidak terawat, bisa menjadi hukuman mental, seperti dalam novel-novel Dostoevsky. Sunyi menjadi pintu keluar untuk berlari ke media sosial. Banyak orang takut hadapi seoi dan sunyi karena tidak menyelami pikiran sendiri.

Merasa sendiri, sekalipun di tengah orang banyak. Apa salahnya? Semua orang kreatif mengalami itu.

Yang penting, jaga koneksi. Jangan teralienasi. Dikucilkan itu tidak masalah. Merasa terkucil, itulah yang masalah.

Pikiran yang selalu “menulis”, mengajak mengamati diri sendiri, bukan mengagumi apa yang di luar diri. Dari sanalah “perbincangan” dengan diri sendiri itu datang.

Merasa sendiri berasal dari pikiran untuk merenung, mencatat, dan meresapi apa yang terjadi.

Menjadi Pembosan

Sangat mudah bosan. Tetapi, bosan pada apa?

Kalau bosan dengan orang lain, tinggalkan orang itu. Jangan masuk ke hubungan toxic. Kamu bebas mempertanyakan tujuan dan realitas, sekalipun 5 juta orang anggap itu wajar. Kamu pantas bosan pada metode yang sedang kamu tempuh.

Mengapa tidak coba cara lain?

Pikiran manusia tidak dirancang untuk “sukses”; kita berpikir untuk “bertahan-hidup” (survive).

Bosan dalam pekerjaan, hanya masalah kecil. Bosan bisa membuatmu lebih kreatif. Bosan terhadap loop (pengulangan), rutinitas, dan pekerjaan sehari-hari mengajakmu piknik, namun piknik tidak menyelesaikan pekerjaanmu. Ingin piknik datang dari dunia luar yang memberimu tujuan instan, menjanjikan penyegaran.

Yang perlu kamu lakukan adalah mengubah pekerjaan dan hidupmu, dunia sekitarmu, agar sekeliling tidak menyiksamu.

Dan temukan dunia baru, metode baru, jaringan baru, agar kamu melampaui dirimu yang sekarang.

Apakah Salah Jika..

Merasa yang kamu lakukan ini salah.

Tentukan dulu: apanya yang salah? Bagian mana? Kalau penilaian salah itu datang dari orang lain, abaikan dulu, jika dia tidak memperbaiki apapun.

“Salah” bisa datang setelah pengujian. Jika belum teruji, “salah” tidak bisa ikut bicara. Kalau hasilnya, sebaiknya jangan lihat apa-apa dari hasil melulu. Prosesnya bagaimana? Tahapan apa sekarang?

“Salah” itu bagian dari perjalanan. “Salah” tidak untuk membuatmu berhenti. Tidak ada yang langsung bagus.

Saya bisa melihat tulisan-tulisan saya sebagai “theme”, semacam park view, ketika sudah melampaui 400+ tulisan. Sebelumnya, apa saja ingin saya tulis. Dalam setiap publish tulisan, saya selalu merasa ada yang salah (entah typo, lupa ngasih subheading, dll.) tetapi saya tidak pernah anggap itu sebagai cacat-produk. Merasa bersalah, akan membuatmu berhenti.

Yang menyalahkanmu adalah masa lalu (ketika kemarin..) tetapi masa depan tidak menyalahkan kamu. Asalkan kamu terus bertindak. Jangan berhenti.

Terlalu Banyak Gangguan

Merasa ada banyak gangguan (distractions).

“Sepertinya, dunia tidak ingin saya kreatif,” mungkin kamu berkata begitu.

Sebentar, benarkah itu gangguan? Kendala?

Mungkin itu peluang yang belum kamu hitung. Konversi gangguan itu menjadi inspirasi.

Cara menghitung peluang baru, sangat mudah: tanyakan kepada diri-sendiri, “Sudahkah orang lain memikirkan ini? Jika sudah, bisakah saya berikan penyelesaian yang lebih baik?”.

Saya sering terganggu. Sedang menyelesaikan Puzzle Storm (dalam 3 menit saya bisa selesaikan 16 teka-teki catur di Lichess), orang mengajak saya berkomentar tentang channel YouTube mereka. Sedang membaca buku, orang mengajukan pertanyaan yang amat sangat pemula (menurut saya).

Saya balik keadaan itu. Apa yang terjadi kalau saya pakai gangguan itu sebagai “inspirasi”?

Gangguan itu soal fokus, masih kalah kalau kita punya taktik mengatasi gangguan. Ini kemampuan baru yang dibutuhkan ketika Android selalu muncul notifikasi, ketika pekerjaan sering kena interupsi dari orang lain.

Saya sering ubah gangguan itu menjadi pertanyaan, agar bisa saya tuliskan.

Saya “menjual” cara saya menyelesaikan masalah, dengan menulis. Mereka yang bikin masalah.

Keputusan Sadar

Merasa banyak hal kecil yang menuntut keputusan penting. Ini tentang kesadaran lagi.

Yang penting, kamu punya prioritas.

“Prioritas” adalah kata yang langka di zaman penuh overload informasi. Prioritas berarti mengetahui mana yang penting, mana yang mendesak, dan tahu mana yang harus dapat perhatian utama.

Jika semua hal kamu anggap penting, kamu tidak punya prioritas.

Tanpa prioritas, kamu tidak bekerja secara pintar. Kamu tenggelam dalam kesibukan. Kamu sibuk menutup iklan, berkelit dari ajakan jalan-jalan, menyepi karena di kamar kos kawan-kawanmu mendengarkan musik tanpa headset ketika kamu sedang baca buku, dst.

Prioritas ditentukan, tidak terjadi dengan sendirinya. Kamu mengabaikan duniamu kemarin, untuk tujuan lebih besar.


Setelah mengenal diri sendiri, musuh manapun tidak bisa kalahkan dirimu. Tenang, mental kamu tidak sedang down. Kamu berada di keadaan yang tepat. Kamu sedang naik ke level berikutnya. [dm]

2 Comments