SEMARANG (jatengtoday.com) – Para pecinta pusaka Tosan Aji dari 15 kota berkumpul untuk memamerkan koleksinya dalam Pameran dan Bursa Tosan Aji di Pendopo Balai Kota Semarang, Selasa (16/10/2018). Kurang lebih 500 benda berbagai jenis yang menghiasi etalase didominasi pusaka kuno.
Pusaka tersebut dipercaya merupakan peninggalan masa kerajaan dengan era berbeda-beda. Bahkan paling tua diperkirakan berusia 1.000 tahun.
“Ada pusaka era Kabuddhan, Kerajaan Singosari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Pajang, dan Kerajaan Padjajaran. Paling tua adalah pusaka era Kabuddhan dan Singosari. Usianya kira-kira 1.000 tahun,” kata Ketua Panitia Pameran dan Bursa Tosan Aji Semarang, Imam Santoso.
Pameran tersebut mengangkat tema “Menguak Tabir Misteri Tosan Aji dalam Pergulatan Millenial”. Tujuan kami mengadakan pameran untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang Tosan Aji,” katanya.
Peserta Pameran Tosan Aji datang dari 15 kota, diantaranya Surabaya, Yogyakarta, Malang, Solo, Pekalongan, Batang, Ambarawa, dan lain-lain. “Peserta dari luar kota ada 20 orang, sedangkan dari Paguyuban Tosan Aji Kota Semarang 10 orang. Totalnya kurang lebih 500 pusaka kuno,” katanya.
Lebih lanjut dijelaskannya, Tosan Aji sendiri meliputi banyak pusaka kuno. “Tidak hanya keris, tapi juga ada pusaka kancip untuk membelah, kemiri untuk pengolahan tembakau, pedang, mata panah, kapak, kudi, dan masih banyak sekali. Semuanya benda kuno,” katanya.
Dari sekian benda pusaka, lanjutnya, paling muda adalah pusaka “Kamardikan”. “Pusaka Kamardikan yakni pusaka yang dibuat mulai era kemerdekaan 1945. Maka semua pusaka yang dibuat setelah era kemerdekaan dikategorikan sebagai Tosan Aji Kamardikan,” terangnya.
Mengapa tema pameran kali ini menguak tabir misteri dalam pergulatan milenial? Imam menjelaskan seringkali masyarakat canggung untuk bertanya mengenai seluk beluk Tosan Aji.
“Kami berusaha mengenalkan kepada masyarakat. Terutama generasi muda di era sekarang mengenai apa Tosan Aji tersebut. Masyarakat yang tadinya takut bertanya, sekarang bisa bertanya secara langsung. Kami membuka luas untuk edukasi mengenai Tosan Aji,” bebernya.
Tidak semua Tosan Aji diperjualbelikan, bahkan setiap pusaka memiliki nilai historis yang tidak bisa diukur menggunakan uang. “Kami mencintai Tosan Aji, dari mencintai kemudian mengoleksi. Bahkan ada yang tidak mau menjual pusaka tersebut,” katanya.
Salah satu pengunjung, Heri (45) mengaku penasaran untuk melihat berbagai macam pusaka kuno. “Pusaka memiliki sejarah panjang, usianya jauh lebih tua dari pemiliknya. Bagi saya, ini menjadi pengetahuan yang unik,” katanya. (*)