Kabar wafatnya Prof Azyumardi Azra saat berkunjung di Malaysia pada Minggu (18/9/2022), masih membuat berbagai kalangan merasa kehilangan. Prof Azyumardi sepanjang hidupnya dikenal sebagai tokoh cendikiawan yang cerdas, tegas dan tidak segan mengkritik pemerintah. Mantan Rektor UIN Jakarta ini saat tutup usia menjabat sebagai Ketua Dewan Pers.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sasmito Madrim mengaku kaget, sedih dan sangat kehilangan atas kabar tersebut. “Belum ada setahun, ketika teman-teman AJI pada 14 Desember 2021 berkunjung ke rumah Prof Azyumardi untuk memohon kesediaan beliau menjadi Ketua Dewan Pers. Membawa amanat dari para konstituen Dewan Pers. Kami gembira sekali, akhirnya saat Prof Azyumardi terpilih menjadi Ketua Dewan Pers,” kenangnya.
Menurut Sasmito, Prof Azyumardi salah satu tokoh senior yang berani, pintar dan sangat kritis. “Kepakaran Prof Azyumardi cukup menguatkan posisi tawar generasi muda di mata pemerintah,” katanya.
Belum genap satu tahun, menjabat sebagai, kepemimpinan Prof Azyumardi di Dewan Pers menorehkan sejumlah prestasi dan kenanganan yang tidak terlupakan. Terkait Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP), pemerintah dan DPR akhirnya mau mengunggah draf resmi RKUHP setelah didesak Dewan Pers dan koalisi masyarakat sipil.
BACA JUGA: AJI Tuntut 19 Pasal RKUHP Bermasalah Dicabut
“Beliau selalu hadir dalam beberapa kegiatan Dewan Pers. Belum pernah rasanya saya melihat semangat yang begitu besar seperti Prof Azyumardi dalam advokasi-advokasi nasional. Bahkan dua foto ini membuktikan Prof Azyumardi hadir dalam dua kegiatan advokasi RKUHP pada hari yang sama. Itupun sebelumnya harus menghadiri pertemuan lain,” kata Sasmito sembari menunjukkan foto.
Sebagai Ketua Dewan Pers, kata Sasmito, pernyataan-pernyataan Prof Azyumardi selalu tegas dan tidak bersayap saat mengkritik pemerintah. “Itu selalu disampaikan ketika di Dewan Pers. Prof Azyumardi merasa yakin bahwa pemerintah tidak akan mengganggap dirinya membenci pemerintah. Ia bisa berdiri di tengah untuk bangsa yang lebih sehat,” katanya.
Selain itu, Prof Azyumardi mampu menjembatani generasi muda dengan pemikir-pemikir senior yang berdiri bersama pemerintah hari ini. “Harus diakui kepakaran Prof Azyumardi cukup menguatkan posisi tawar generasi muda di mata pemerintah,” katanya.
Sebelumnya, Prof Azyumardi mengalami serangan jantung dalam penerbangan ke Kuala Lumpur pada Sabtu (17/9/2022). Dia melawat ke Malaysia dalam rangka memenuhi undangan dari Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) untuk menghadiri Konferensi Internasional Kosmopolitan Islam yang dilaksanakan di Selangor, Malaysia, pada 17 September 2022.
Prof Azyumardi kemudian dirawat di rumah sakit di Malaysia dan ditempatkan di ruang zona merah yang lazim digunakan untuk perawatan pasien Covid-19. Prof Azyumardi meninggal di usia 67 tahun di rumah sakit di Selangor, Malaysia, pada Minggu, pukul 12.30 waktu setempat. Selamat jalan Guru Bangsa! (*)