SEMARANG (jatengtoday.com) – Awan berbentuk gelombang tsunami yang muncul di langit Kota Makassar pada awal tahun 2019 membuat heboh. Banyak netizen yang mendokumentasikan gulungan awan berwarna hitam pekat berupa foto dan video.
Menurut staf Prakirawan BMKG Ahmad Yani Semarang, M. Syifa’ul Fuad, awan seperti tsunami itu disebut juga dengan awan cumulonimbus. Menurutnya, fenomena ini dapat membahayakan lalu lintas penerbangan pesawat.
“Awan cumulonimbus bisa jadi ancaman bagi proses penerbangan jika berada pada lintasan pendaratan pesawat. Karena awan jenis ini bisa memicu terbentuknya wind shear dan microburst,” ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (3/1/2019).
Fuad menjelaskan, wind shear merupakan perubahan arah dan kecepatan angin yang terjadi secara tiba-tiba. Sementara microburst adalah angin yang menghempas ke bawah dan turun ke tanah yang menyebabkan perbedaan atau penyimpangan angin yang kuat.
“Microburst mampu menghasilkan angin lebih dari 100 mph dan bisa menyebabkan kerusakan yang signifikan,” tegasnya.
Dia melanjutkan, ketika pesawat dalam posisi terbang, awan ini dapat membahayakan kondisi mesin maupun sistem navigasi di pesawat ketika dilalui.
“Makanya pilot menghindar kalau terdeteksi adanya awan cumulonimbus,” imbuhnya.
Fenomena ini, kata Fuad, merupakan salah satu jenis awan akibat proses konvektif yang tumbuh cukup besar. Di dalam awan cumulonimbus terdapat muatan yang bisa menimbulkan petir. Biasanya disertai hujan deras dan angin kencang.
Dia melanjutkan, awan tersebut terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer. Awan-awan ini dapat terbentuk sendiri, secara berkelompok, atau sepanjang front dingin di garis squall. Menurutnya, fenomena tersebut bisa terjadi di mana saja.
“Awan cumulonimbus bisa terjadi di mana pun, termasuk di Jawa Tengah ini,” tandasnya.
Fuad mengimbau agar masyarakat bisa lebih waspada. Apalagi para awak pesawat, kewaspadaan dan antisipasi harus ditingkatkan jika menemui awan ini.
Dikatakan, awan ini bisa menyebabkan turbulensi yang sangat dahsyat. Bahkan, disinyalir menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata pada 29 Desember 2014 lalu. (*)
editor : ricky fitriyanto