SEMARANG (jatengtoday.com) – Jaringan Kyai Santri Nasional (JKSN) Jateng melakukan tasyakuran atas kemenangan Capres dan Cawapres nomor 01, Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin. Hal itu didasarkan pada hasil quick count dari berbagai lembaga survei yang kredibel.
Ketua JKSN Jateng, Agus Sofwan Hadi mengungkapkan, rata-rata kemenangan paslon 01 mencapai angka 54 persen. “Itu dari lembaga-lembaga survei yang kredibel dan terdaftar di KPU serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis,” ujarnya dalam Konferensi Pers di Hotel Fovere Semarang, Senin (22/4/2019).
Menurutnya, kenduri kemenangan ini tak lebih dari sekadar bentuk syukur. Sebab, selama ini JKSN Jateng sebagai relawan sudah berusaha dan berharap besar atas kemenangan paslon Jokowi-Ma’ruf. “Kami yakin, hasil resmi dari KPU besok tidak akan jauh-jauh dari hasil quick count,” imbuh Agus.
Selain itu, ia menjelaskan, kemenangan di wilayah Jateng pada pemilu kali ini bisa dikatakan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Menurut Agus, pada Pilpres 2014, perolehan suara Jokowi hanya sekitar 65 persen, sedangkan kali ini mencapai kisaran 77 persen. Sehingga ada peningkatan sekitar 12 persen.
“Capaian ini tentu saja bukan semata peran dari JKSN, karena relawan selain JKSN juga ada banyak. Tapi kami yakin, kontribusi dari unsur nahdliyin, kyai dan santri, di Jateng ini cukup signifikan,” jelas Agus.
Meskipun begitu, relawan JKSN akan tetap menunggu dan menghormati sepenuhnya hasil resmi dari KPU selaku penyelenggara sah dalam gelaran pesta demokrasi ini.
Pasca pemilu ini, kata Agus, wadah JKSN akan tetap ada. Namun tentu saja bukan lagi menyukseskan kemenangan Jokowi-Ma’ruf. Melainkan lebih pada mengawal program-program yang telah dijanjikan selama masa kampanye.
Sementara itu, KH Hanif Ismail menambahkan keprihatinannya atas munculnya kubu muslim antara pendukung 01 dan 02. “Melihat adanya gap umat Islam di Jateng ini, tentunya kyai dan santri akan turut berperan menyelesaikannya,” ungkap Hanif.
Menurut dia, kyai dan santri mempunyai kultur yang unik, berbeda dengan peran masyarakat yang lain. Peran kyai ini, ujar Hanif, tak hanya sebagai pendidik dan pembimbing, melainkan juga peran sebagai orang yang selalu melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.
“Peran ini akan kami tampilkan ketika masyarakat masih ada kesan perbedaan-perbedaan yang menjurus pada perpecahan. Kita sebagai kyai pasti akan berusaha menyadarkan bahwa pemilu sudah selesai, dan kita harus bersama-sama membangun Indonesia ke depan dengan presiden yang terpilih,” tandasnya.
Ada pun santri sendiri, imbuhnya, dengan kekhususan karakternya, akan selalu patuh terhadap apa yang disampaikan kyai. Dengan adanya fenomena ini, ia menjamin bahwa santri bersama kyainya akan turut meredam berbagai konflik yang timbul.
“Peran JKSN ini, walaupun pemilu sudah usai, akan selalu memerankan di dalam menjadikan Jateng lebih kondusif lagi, dan bisa tentram, aman, damai. Sehingga tak hanya pemerintah pusat yang akan berjalan baik, tetapi juga wilayah Jateng ini,” tandas Hanif. (*)
editor : ricky fitriyanto