SEMARANG (jatengtoday.com) – Seperti bayi ajaib yang baru lahir, kelompok musik bernama Ruang Musik Rahayu asal Kota Semarang mencuri perhatian di kancah permusikan Indonesia. Kehadirannya cukup mengejutkan dengan warna musik folk indie pop yang unik, fresh dan berbobot.
Ruang Musik Rahayu tampil membawa karya musik sederhana dengan menyajikan romantisme masa silam, kritik sosial, kehidupan masyarakat pinggiran, kisah cinta pembantu rumah tangga, hingga mengulas romantisme permainan anak tradisional yang kian tergilas peradaban zaman.
Berbagai kisah sederhana yang tak terduga dikemas secara dekil dan apik menggunakan khas musik indie folk-pop modern dengan sentuhan nuansa era 1990-an. Lirik-lirik yang cerdas dan menggelitik mengajak pendengar untuk terbang berselancar dalam ruang memori masa silam.
Salah satu single perdana dan video lirik berjudul “Memoria” resmi diluncurkan secara daring pada Rabu (2/3/2019) pukul 21.00, melalui kanal YouTube Ruang Musik Rahayu. Meski ini grup baru, tapi rupanya mereka adalah orang lama yang tidak asing di kancah musik indie Semarang.
Duo tersebut adalah Iyeng Veda—yang juga vokalis band Aimee!!!, dan Dimex Tirta—salah satu founder kelompok musik orkes Serempet Gudal. Ruang Musik Rahayu terlahir sejak 2 Februari 2018. Berawal dari obrolan dua musisi, Iyeng Veda dan Dimex Tirta. Konsepnya Duo Folk Indie Pop.
“Ini karya musik sederhana yang mencuplik kisah keseharian, kritik sosial, kehidupan masyarakat pinggiran, kisah cinta pembantu rumah tangga, hingga mengulas memori romantisme permainan tradisional anak-anak di masa lalu,” kata Manager Ruang Musik Rahayu, Erick Budi Prasetyo, Kamis (3/1/2019).
Dijelaskannya, Ruang Musik Rahayu berupaya membuat musik dengan warna berbeda. Musik yang membawa ingatan pendengar dalam ruang memori ketika dunia anak masih memiliki tanah lapang untuk bermain capung, kupu-kupu, kelereng, layang-layang, dan petak umpet.
“Pendengar berusaha diajak berselancar ke dalam ruang-ruang memori masa silam. Masa-masa indah bagi generasi 90-an yang tidak bisa ditemukan di era sekarang,” beber pria yang juga vokalis Band Tanpa Nada ini.
Memori masa silam tersebut, lanjutnya, kini nyaris punah. Sebab, dunia anak sekarang telah direbut dan dikuasai egoisme layar 10 inci. Kesehariannya, anak-anak menghabiskan waktu untuk memelototi smartphone. “Dunia anak semakin tergilas kereta peradaban zaman yang konon serba kaya teknologi, tapi miskin nilai edukasi,” cetusnya.
Permainan tradisional anak di zaman analog, menurutnya, menjadi tradisi budaya yang harus diselamatkan agar tidak punah. “Permainan zaman analog cenderung lebih mendidik dan menyenangkan, anak-anak bermain dan berinteraksi sosial bersama teman sebaya. Canda tawa yang tidak semu.,” katanya.
Bukan berarti pemikiran itu menempatkan diri sebagai generasi anti teknologi. “Teknologi perlu. Tapi budaya masyarakat kita yang indah itu agar tidak punah terkikis zaman. Kita sebagai generasi muda yang peduli dan menjaga budaya sendiri. Ini tradisi budaya yang Indonesia banget,” katanya.
Tidak hanya single perdana dan video lirik berjudul “Memoria”, Erick juga menjelaskan telah menyiapkan sejumlah lagu yang bakal dirilis selanjutnya. Saat lagu-lagu tersebut sedang proses penggarapan. Isi lagu tersebut tetap berisi materi kisah sederhana yang menginspirasi.
“Kisah keluarga yang melakukan aktivitas harian. Sesederhana seorang ibu menyiapkan sarapan pagi. Sedangkan sang bapak bersiap-siap berangkat bekerja,” katanya.
Video lirik “Memoria” digarap oleh Dime Citra dan Febrian dengan melibatkan actor Bisma dan Krisna. Sedangkan mixing dan mastering dipercayakan pada sentuhan tangan dingin Antok S Riyanto di perusahaan rekaman 4WD Music Studio Semarang. (*)
editor : ricky fitriyanto