Editor: Ismu Puruhito
SEMARANG – Ratusan warga Kota Semarang dari berbagai latar belakang berduyun-duyun di halaman Balai Kota Semarang, Rabu (20/9/2017) malam. Sesuai dengan tema ‘Tumpengan Massal dari Rakyat untuk Rakyat’. Sejumlah warga datang dengan membawa beraneka tumpeng untuk disantap bersama-sama.
Sebelumnya, dilakukan Istighosah dan doa penyambutan awal Tahun Baru 1439 Hijriah, dilanjutkan tumpengan massal ‘Kembul Bujono’. Prosesi Kembul Bujono, diawali dengan pemotongan tumpeng oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi didampingi Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Hendi sapaan akrab Hendrar Prihadi kemudian menyerahkan kepada salah satu warga yang hadir dalam kesempatan tersebut. Terpilih salah seorang warga, Achmad Fuad, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kota Semarang (LPMK) Kota Semarang yang dinilai memiliki andil besar dalam kegiatan kemasyarakatan.
“Tahun baru Hijriah memiliki pesan yang patut diteladani, yakni pada saat itu Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah. Ada semangat perbaikan, pembaharuan, pantang menyerah, saat itu Nabi Muhammad SAW rela meninggalkan saudara di Mekah untuk membangun,” kata Hendi.
Maka seluruh warga Kota Semarang perlu memerbarui semangat, berkorban dan pantang menyerah. “Tidak berbicara kepentingan sendiri, tetapi membangun bersama-sama. Membangun Semarang perlu banyak tangan. Bukan hanya pemerintah saja. Bukan hanya got rusak pemerintah, jalan rusak pemerintah, anak nggak bisa sekolah pemerintah, dan seterusnya. Tetapi diperlukan peran serta masyarakat bersama-sama untuk membangun,” katanya.
Bukan berarti pemerintah lepas tangan atas setiap permasalahan, tetapi apabila warga tidak bersama-sama, maka berbicara kemajuan akan sangat membutuhkan waktu sangat lama. “Juga akan disaksikan bersama-sama pergelaran wayang kulit dengan lakon
‘Anoman Aneges’ oleh dalang Ki Anom Dwijo Kangko. Kurang lebih cerita itu menyampaikan bahwa kejahatan dan kebatilan akan berkembang apabila orang baik diam,” terang Hendi.
Maka dari itu, Hendi mengajak masyarakat memerangi kebatilan dan kejahatan yang kerap datang dari mana saja. Misalnya di era sekarang, banyak orang di media sosial menyebatkan fitnah dan berita hoax. “Mari kita buktikan, kita warga Kota Semarang adalah keluarga besar yang siap memerangi kejahatan dan kebatilan,” katanya.
Kebersamaan, lanjut Hendi, dalam prosesi tumpengan massal ini menggunakan istilah ‘Kembul Bujono’. “Ada sebuah moment yang menarik. Tumpeng-tumpeng ini bukan hanya dari pemerintah. Tetapi dari masyarakat Kota Semarang,” katanya.
Kembul Bujono, terang Hendu, hendak menyampaikan pesan bahwa dalam membangun Kota Semarang perlu melepaskan sekat yang ada. Perbedaan warna, keyakinan, agama dan seterusnya, harus tetap menjaga persatuan.
“Tidak kemudian, yang klambi abang dolane hanya sama klambi abang. Konsep Kembul Bujono, adalah membaur tanpa melihat pangkat diri masing-masing. Berkah di tahun baru ini, semoga menjadikan Kota Semarang lebih baik,” katanya. (*)