SEMARANG (jatengtoday.com) – Film layar lebar berjudul Sang Prawira sedang syuting di Semarang. Film besutan sutradara Ponti Gea ini melibatkan Ganjar Pranowo menjadi salah satu pemeran.
Dalam film yang akan diputar di bioskop pada Oktober 2019 mendatang, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo berperan menjadi dosen Akademi Kepolisian (Akpol) dengan pangkat Kombes.
Dalam film yang dibintangi 95 persen anggota Polda Sumatera Utara dan bintang Anggika Bolsterli itu, Ganjar berperan sebagai dosen Akpol dan mengajar mata kuliah Pancasila di tingkat IV.
“Bapak saya itu dulu mengharapkan ada anaknya yang menjadi polisi. Harapan itu ditujukan kepada saya. Kalau jadi polisi angkatan 90, mungkin sekarang berpangkat Kombes atau bintang satu. Akhirnya saya menjadi polisi, tapi di film,” gurau Ganjar.
Dalam adegan film, Ganjar mengajar di ruang kelas dan mengenakan seragam dinas kepolisian. Ia menjelaskan tentang syarat sebuah negara besar itu memiliki energi, pangan, mineral, laut dan rakyat yang banyak.
“Tidak banyak negara yang seperti itu. Coba, sebutkan negara besar itu mana saja,” kata Ganjar kepada taruna dan taruni.
Tiga taruna yang berasal dari Medan (Horas), Sunda (Johanes) dan Jawa menjawab tiga nama negara. India, Brasil dan Indonesia.
“Ya, Indonesia. Negeri ini akan makmur dan maju di masa depan. Dan di pundak kalian semua, negeri ini akan berkembang,” tandas Ganjar.
Usai syuting, gubernur berambut putih itu meminta kepada para taruna dan taruni untuk tidak pernah melakukan pelanggaran terhadap aturan.
Sementara itu, sutradara Sang Prawira Ponti Gea mengatakan, film yang rencananya berdurasi 100 menit itu bercerita tentang perjalanan seorang anak desa dari pinggiran Danau Toba yang bercita-cita jadi polisi. Dirinya juga mengajak Bripka Herman Hadi Basuki, operator PLD Sub Bagian Humas Polres Purworejo atau yang dikenal dengan Pak Bhabin Herman dalam akun Polisi Motret di akun Youtube.
Ponti menambahkan, film itu menyuguhkan pergulatan sebuah keluarga di mana antara istri dan suami tidak sepaham dalam merancang masa depan anaknya ketika duduk di bangku SMA.
Si Ibu, kata Ponti, ingin menuruti kemauan anaknya jadi polisi sementara si bapak lebih condong anaknya bekerja di luar negeri agar dapat menolong keuangan keluarga yang selama ini tergolong miskin.
Ide cerita film lahir dari para pejabat Utama Polda Sumut yang didukung Wakapolda Sumut Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto kemudian diperkaya oleh Kapoldasu Irjen Pol Agus Andrianto, terutama tentang sosok seorang polisi yang berani dan tangguh serta muatan pesan moral pedagogis (strategi pembelajaran) kepada masyarakat.
Film layar lebar ini selain menampilkan profesionalisme polisi dlm menjalankan tugas, juga memperkenalkan berbagai kultur masyarakat dan destinasi wisata serta membangun rasa nasionalisme.
Lokasi syuting mengambil 130 titik dan tersebar di beberapa daerah seperti Karo, Simalungun, Tobasa, humbahas Tanjung Balai, Sibolga, Nias, Medan, Semarang (Akpol) dan Jakarta (Mabes Polri). (*)
editor: ricky fitriyanto