SEMARANG (jatengtoday.com) – Santer berhembus kabar Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Prof Mahfud MD, menjadi salah satu Calon Wakil Presiden RI mendampingi Joko Widodo (Jokowi). Namun Mahfud mengaku tak mau ‘Ge-Er’ (istilah Jawa–gedhe rumangsa, Red) atas desas-desus itu.
Anggota dewan pengarah Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) itu juga mengaku tidak melakukan persiapan apa-apa. “Kan belum ditunjuk (Cawapres). Nanti kalau betul betul Pak Jokowi itu akan bertanya kepada saya. Kalau sekarang saya menjawab ke wartawan kan Ge-Er namanya,” kata Mahfud usai menjadi promotor uji promosi Doktor Ilmu Hukum mantan Komisioner KPU RI, Ida Budhiati di Fakultas Hukum Undip Semarang, Sabtu (21/7/2018).
Dia mengaku tidak tahu menahu soal kabar yang berembus mengenai Cawapres tersebut.
“Cawapres, saya sungguh-sungguh tidak tahu sampai di mana. Saya kira lebih tahu Anda membaca media dan informasi berbagai parpol, istana dan sebagainya. Saya tidak tahu dan tidak pernah secara resmi berbicara tentang cawapres dengan parpol maupun dengan Pak Jokowi. Kita lihat saja perkembangannya, kan tinggal tiga minggu lagi,” katanya.
Ditanya apabila nanti dipilih sebagai Cawapres? “Saya tidak melakukan persiapan apa-apa, karena belum tentu dipilih juga kan. Tetapi semua rakyat Indonesia harus siap menunggu panggilan sejarah, apapun. Tapi secara spesifik untuk cawapres saya tidak melakukan apa-apa. Ya karena itu, belum tentu dipilih juga,” katanya.
Sebelumnya, Mahfud juga sempat ‘sowan’ ke tokoh ulama’ besar di Jawa Tengah, yakni Mbah Maimoen Zubair di Sarang Rembang. Sejumlah pihak membaca hal itu tersirat adanya ‘kunjungan politik‘, yakni meminta doa restu kepada sesepuh NU.
“Sejak sebelum Gus Dur jadi presiden, saya sudah sering ke sana. Waktu Gus Dur jadi presiden, dia bertanya ke Mbah Moen ‘Mahfudz itu bisa nggak diangkat jadi menteri pertahanan’. ‘Oo, bisa itu bagus’. Mbah Moen juga yang merekomendasikan agar Hamzah Haz sebagai Ketua Umum PPP, merekomendasi saya jadi Menhan mewakili unsur NU,” katanya.
Bahkan Mahfud sering berkunjung ke Mbah Moen. “Saya sering ke Mbah Moen enam bulan sekali. Kemarin beliau baru sakit, dan saya kebetulan di luar negeri. Ketika saya mendarat, saya jenguk beliau. Dan beliau sudah sehat. Pikiran Mbah Moen masih cukup jernih,” katanya.
Mengenai cawapres, ia tak mau berspekulasi dengan pernyataan yang belum pasti. “Biar dikembalikan ke mekanisme konstitusi, bahwa penentuan cawapres itu diputuskan oleh parpol pengusung bersama calon presiden yang diusung. Itu saja, siapapun insyaallah yang terbaik. Pesan mbah Moen semua calon yang muncul sebagai cawapres itu orang baik, semua sehingga nanti jangan ada yang tertinggal ketika membangun negara ini ke masa depan. Entah di posisi apa. Begitu pesannya,” katanya.
Ditanya hubungan dengan Jokowi? Mahfud menjelaskan sejauh ini dia intens berkomunikasi dengan Jokowi. “Tetapi tidak dalam rangka Cawapres. Karena saya anggota BPIP itu sering rapat rutin bertemu beliau. Saya sebagai dulu pimpinan ormas Islam Kahmi, sering diundang bersama-sama untuk diskusi dengan Pak Jokowi. Sebagai ahli hukum, saya sering diundang dimintai pendapat. Sebagai tokoh kelompok Cipayung juga sering. Tapi sampai hari ini saya tak pernah bicara soal Pilpres dengan Pak Jokowi. Tidak juga dengan partai-partai. Tidak ada. Tanya aja sama ketua-ketua partai,” katanya. (*)
Editor: Ismu Puruhito