in

Membangun Literasi Anak Sejak Dini Melalui Peran Keluarga

Menerapkan teori pembelajaran untuk membangun literasi pada anak sejak dini.

Membangun literasi anak sejak usia dini, dapat dilakukan orang tua, dengan menerapkan beberapa teori pembelajaran. Masa depan anak akan lebih cerah di tengah masyarakat. (Foto: Fly View Production)

American Academic of Family Physician menuturkan bahwa membacakan cerita kepada anak (berusia 6 bulan hingga 5 tahun) dapat meningkatkan kosa kata, rasa penasaran, dan kemampuan mengingat. Literasi yang dikenalkan sejak dini akan menyebabkan anak mengasosiasikan buku dan kegiatan membaca sebagai hal yang positif. Orangtua juga berkesempatan untuk membangun kemampuan anak dalam mendengar secara aktif (active listening). UNESCO juga menyampaikan beberapa manfaat literasi seperti meningkatkan harga diri, meningkatkan partisipan dalam politik dan kebijakan publik, serta dapat berdampak pada kemampuan individu untuk mencapai sesuatu.

Literasi memiliki banyak manfaat, pada sisi lain, literasi di Indonesia sangat menyedihkan. Pada tahun 2019 belakang, organisasi OECD atau Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi menjalankan survei berkaitan dengan tingkat literasi negara-negara di dunia. Hasilnya, tingkat literasi Indonesia berada pada peringkat rendah, yakni 62 dari 70 negara. Hasil survei selaras dengan data UNESCO yang menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% yang berarti hanya 1 dari 1. 000 orang Indonesia yang rajin membaca.

Membaca adalah jendela dunia. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula pengetahuan yang kita dapatkan. Hal ini berlaku untuk siapa saja, tidak terkecuali anak-anak. Di usia emasnya, kebiasaan membaca harus sudah tertanam kuat pada diri mereka.

Ini terjadi pada sosok sukses di publik, Najwa Shibab S.H.,LL.M. , seorang presenter, jurnalis, aktris, feminis, dan aktivis perempuan yang terkenal di Indonesia, yang mengaku suka baca buku sejak kecil. Kemampuan publik speaking yang mumpuni didukung dengan wawasan yang luas di bidangnya merupukan salah satu hasil didikan dari kedua orang tua. Orang tua Najwa Shihab telah memperkenalkan buku sejak dini dari sebelum bisa membaca, membacakan buku sebelum tidur, mengajak ke perpustakaan, dan mengatur jadwal membaca buku. Menjadikan aktivitas membaca buku sampai dewasa merupakan bagian dari habitnya sehari-hari.

Aktivitas membaca berhubungan dengan berpikir kritis dan mudah menyamaikan pendapat, karena semakin banyak membaca, semakin banyak pula perbendaharaan kata, semakin paham seseorang terhadap sesuatu topik yang ingin disampaikan, penyampaian pendapat juga akan semakin percaya diri.

Kebiasaan literasi seperti Najwa Shihab patut ditiru oleh setiap orangtua. Pasalnya, kebiasaan ini akan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan. Berikut adalah beberapa cara untuk menanamkan kebiasaan literasi pada anak sejak dini:

Kebiasaan Literasi Sejak Dini Melalui Pembiasaan dan Contoh

Teori pembiasaan, menurut Wasty Soemanto (2006) adalah “proses pembentukan suatu kebiasaan dengan cara melakukan sesuatu secara berulang-ulang dalam waktu yang lama”. Pembiasaan ini penting dilakukan karena kebiasaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Membacakan buku cerita pada anak setiap hari sebelum tidur. Kegiatan ini jika dilakukan secara rutin dalam jangka panjang dapat membentuk kebiasaan literasi pada anak.

Menyediakan Akses Bacaan di Rumah

Teori Vygotsky menjelaskan bahwa lingkungan berperan penting dalam perkembangan kognitif anak. Lingkungan yang kaya akan stimulasi akan mendorong anak untuk belajar. Bagaimana menerapkan prinsip tersebut? Sediakan rak buku, pojok baca, dan koleksi buku yang beragam dirumah agar anak memiliki akses mudah untuk membaca setiap saat.

Memilih Buku Sesuai Usia dan Minat Anak

Teori perkembangan kognitif Piaget menjelaskan bahwa anak belajar sesuai tahapan usianya. Oleh karena itu, buku yang dipilih harus sesuai dengan tahap perkembangan anak. Selain itu, minat baca anak perlu diperhatikan agar anak termotivasi membaca.

Orang tua bisa menjalankan perkembangan kognitif yang ramah literasi, dengan memilihkan buku bergambar dan bersuara untuk balita, buku cerita pendek dan sederhana untuk anak usia TK, serta buku petualangan dan fiksi untuk usia sekolah dasar.

Membaca Interaktif dengan Suara dan Ekspresi

Teori pembelajaran konstruktivistik menekankan interaksi antara anak dan lingkungannya. Interaksi yang terjadi saat membaca bersama anak sangat penting untuk membangun pengetahuan anak.

Orang tua perlu membacakan buku dengan ekspresi dan suara yang menarik, sesekali bertanya jawab tentang isi cerita untuk merangsang imajinasi dan keingintahuan anak.

Membiarkan Anak Memilih Buku Kesukaan

Teori belajar humanistik yang dikemukakan Abraham Maslow menjelaskan bahwa anak akan belajar optimal jika kebutuhan dan minatnya terpenuhi. Membiarkan anak memilih buku kesukaannya sendiri saat ke toko buku atau perpustakaan agar tumbuh motivasi intrinsik dalam dirinya untuk membaca.

Kaitkan Buku dengan Situasi Nyata

Teori pembelajaran kontekstual menjelaskan pentingnya mengaitkan materi belajar dengan situasi dunia nyata anak. Mendiskusikan isi buku dan mengaitkannya dengan pengalaman sehari-hari anak agar pembelajaran lebih bermakna.

Dengan menerapkan berbagai teori dan pendekatan di atas, diharapkan kebiasaan literasi pada anak dapat terbentuk secara optimal sejak usia dini. Kebiasaan literasi ini akan memberikan banyak manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, di antaranya:

  1. Memperkaya kosakata dan kemampuan berbahasa anak. Semakin sering membaca, semakin banyak kosa kata baru yang diperoleh anak. Hal ini tentu saja akan memperkaya perbendaharaan kata dan meningkatkan kemampuan berbahasa anak.
  2. Meningkatkan daya konsentrasi dan fokus anak. Untuk bisa memahami isi bacaan, anak perlu berkonsentrasi penuh. Kebiasaan ini lambat laun akan melatih daya konsentrasi dan fokus anak.
  3. Memperluas wawasan dan pengetahuan umum anak. Buku-buku bacaan, terutama non-fiksi, mengandung banyak informasi dan pengetahuan yang dapat memperluas wawasan anak.
  4. Mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak. Buku-buku fiksi seperti dongeng dan cerita fantasi akan merangsang imajinasi dan kreativitas anak.
  5. Meningkatkan kemampuan literasi dan prestasi akademik. Semakin sering membaca sejak dini, semakin matang kesiapanliterasi anak, yang pada akhirnya berdampak positif pada prestasi akademiknya.
  6. Membentuk kepribadian dan karakter anak. Nilai-nilai dan pesan moral yang terkandung dalam buku bacaan akan membentuk karakter positif pada diri anak.
  7. Menciptakan bonding antara orangtua dan anak. Kegiatan membacakan buku bersama anak dapat menjadi waktu berkualitas untuk menjalin kedekatan.
  8. Menenangkan pikiran dan mengurangi stres pada anak. Aktivitas membaca yang menyenangkan dapat menjadi obat penenang dan pengurang stres alami bagi anak-anak.

Dengan manfaat tersebut, sudah selayaknya kebiasaan membaca ditanamkan pada anak sejak usia dini. Jadikanlah buku sebagai sahabat setia bagi anak dalam mengarungi dunia yang penuh dengan tantangan ini. [ris]

Adinda Riski Amalia, mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid, Pekalongan, jurusan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah. Bercita-cita ingin menjadi staf ahli kementrian pendidikan.