SEMARANG (jatengtoday.com) – Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengirimkan surat edaran kepada Bupati/Wali Kota untuk ikut terlibat dalam menstabilkan harga cabai. Melalui surat edaran bernomor 520/0000579 tersebut, Ganjar meminta para kepala daerah untuk memerintahkan PNS membeli cabai langsung dari petani.
Seperti diketahui, harga cabai merah kriting di tingkat petani Jateng anjlok pada musim panen tahun ini. Yaitu di angka Rp 7 ribu-Rp 9 ribu per kilogram. Padahal di pasaran, harga cabai mencapai Rp 20 ribu per kilogram.
Peran para tengkulak membuat harga cabai di Jateng anjlok. Untuk mengantisipasi hal itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo melakukan gerakan memborong cabai sebanyak 10 ton dari petani dan mewajibkan PNS di lingkungan Pemprov untuk membeli cabai dari petani itu seharga Rp 18.000 perkilogram.
“Dari informasi yang saya dapat, bahwa harga cabai akan terus mengalami fluktuasi hingga beberapa minggu ke depan. Padahal, saat ini panen cabai di tingkat petani baru 50 persen, artinya masih ada 50 persen cabai yang siap panen dan harus diintervensi mengingat harganya di tingkat petani yang sangat rendah,” kata Ganjar usai rapat koordinasi tentang perekonomian di ruang rapat Gubernur Jateng, Senin (14/1/2019).
Pemprov Jateng lanjut dia sudah melakukan gerakan cepat dengan membeli cabai langsung dari petani sebanyak 10 ton dengan harga Rp 18.000 perkilogram. Ganjar ingin, gerakan tersebut juga dilakukan di 35 Kabupaten/Kota di Jateng
“Saya meminta agar kendalinya tidak terlalu jauh di Provinsi, saya kirimkan surat edaran ke Bupati/Wali Kota. Isinya memerintahkan mereka untuk menjaga sensitivitas harga cabai dengan cara memantau dan melakukan intervensi harga,” tegasnya.
“Saya rasa semua butuh cabai, ayo gerakkan membeli cabai langsung dari petani dengan harga yang pantas. Kalau satu orang PNS membantu sekilo saja, itu sudah sangat luar biasa,” terangnya.
Apalagi lanjut Ganjar, PNS di lingkungan Pemprov Jateng dan Kabupaten/Kota di Jateng ini sangatlah banyak.
Selain jangka pendek, pihaknya lanjut Ganjar juga akan terus mencari solusi jangka panjang agar kejadian harga anjlok saat panen tidak kembali terjadi. Pihaknya sudah membentuk tim untuk melakukan deteksi dari hulu sampai hilir guna menemukan titik kesenjangan permasalahan. (*)
editor : ricky fitriyanto