SEMARANG (jatengtoday.com) – Kawasan Kota Lama Semarang kembali menjadi lokasi syuting film. Kali ini film berjudul “The East Indies” karya sutradara Jim Taihuttu dari Belanda. Film itu garapan kolaborasi antara PT Shantika Alternatif Komunikatama (Salto) Films Jakarta dengan New Amsterdam Films Company Belanda.
Location Manager, Agus Santoso mengatakan, “The East Indies” merupakan film cerita dengan setting peristiwa pasca perang dunia II (1946). Di dalamnya, menceritakan tentang para serdadu Belanda (Johan, dkk.) yang dikirim untuk berperang merebut kembali Hindia Belanda dari tangan para pejuang nasionalis.
Namun, di tengah perjalanan tugasnya, lanjutnya, Jihan (tokoh film) menganggap cara-cara yang dilakukan oleh komandannya dalam menghadapi pejuang nasionalis sangatlah tidak biasa. “Banyak yang dihukum mati tanpa pengadilan atas nama Sang Ratu,” cerita Agus, Kamis (28/2/2019).
Hal tersebut, imbuhnya, mengubah secara drastis cara pandang Johan dan kawan-kawannya hingga akhirnya mereka dicap sebagai pembelot. Dan hal itu memaksa mereka untuk berjuang bertahan hidup dari buruan sang komandan.
Pengurus Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L), Kusri mengatakan, sesuai izin yang masuk, syuting film “The East Indies” memang dilaksanakan di sejumlah lokasi, salah satunya di Kota Lama Semarang.
Ada pun titik lokasinya yakni di Jalan Kepodang, Jalan Letjen Suprapto, Jalan Kedasih, Jalan Garuda, Jalan Branjangan, dan Jalan Perkutut.
Salto Films merupakan perusahaan film dari Jakarta yang sudah berdiri sejak 1998. Sejak didirikan, fokus perusahaan ini adalah memproduksi film-film berkualitas garapan
para sutradara visioner, serta sutradara muda berbakat Indonesia.
Agus Santoso dari rumah produksi menjelaskan, sejauh ini Salto Films telah memproduksi film-film Indonesia peraih banyak penghargaan. Antara lain Sang Penari (2011), yang memenangkan Film Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Aktris Utama Terbaik di Festival Film Indonesia 2011.
“Film ini juga menjadi wakil resmi Indonesia
untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik di ajang Academy Awards 2012,” ujarnya.
Selain itu, pernah juga menggarap film The Photograph karya Nan Achnas, salah satu sutradara perempuan terbaik Indonesia, yang memenangkan Special Jury Prize dan Ecumenical Jury Award di Karlovy Vary International Film Festival 2008.
Ada pula film-film lainnya, seperti Pasir Berbisik (2001), Banyu Biru (2005), dan Garuda di Dadaku (2009). (*)
editor : ricky fitriyanto