Pemasaran identik dengan publikasi komersial, namun sebenarnya, pemasaran membangun pengalaman-baik antara brand (merk) dengan konsumen. Tujuannya, mendapatkan perhatian ketika menawarkan “nilai” dari suatu produk atau layanan, agar terjadi penjualan. Pemasaran yang baik, menghasilkan jenis konsumen loyal.
Sebaliknya, jika komunikasi hancur, maka masa depan brand itu bisa hancur.
Perlu komunikasi efektif. Lantas bagaimana caranya?
1
Mulai dari Keinginan Inti
Dalam bisnis, ada “penawaran dan permintaan”. Untuk lakukan penawaran, pahami permintaan. Komunikasi juga demikian.
Langsung tembak sasaran.
Apa keinginan inti dari calon konsumen ini?
Ketahui kebiasaan konsumen, bagaimana biasanya mereka berperilaku dan apa kebutuhan mereka. Dalam bisnis, setiap produk harus punya “nilai” yang kuat.
Produk atau layanan berfungsi untuk mengatasi “masalah” yang dialami orang.
Kita sering jumpai perusahaan merugi karena biaya pemasaran yang tinggi, tidak berhasil membangun branding perusahaan dan meningkatkan penjualan.
Mungkin kamu pernah dengar tentang taktik bakar-uang. Biaya menjadi faktor penting dalam pemasaran produk, namun bukan yang terpenting. Jika ingin pemasaran efektif (kelihatan hasilnya), coba lihat bagaimana cara kamu berkomunikasi.
Jauh lebih baik apabila kita membakar uang untuk mengetahui keinginan inti konsumen daripada mengeluarkan uang jutaan dolar untuk melakukan pemasaran tanpa tahu keinginan inti dari konsumen.
2
Sentuh Keinginan Hati
Lembut dalam perkataan, kuat dalam tindakan. Hati semua orang itu sensitif. Kamu sedang menghadapi seorang manusia, yang perlu dijaga dengan lembut. Jika bisa lembut dan meluluhkan hati, orang akan tertarik pad produk kamu.
Lakukan pemilihan kata yang tepat. Rancang sebelum berkomunikasi. Pilih hanya kata-kata yang tepat untuk sentuh hati seseorang.
Intinya, pemasaran itu menghadapi manusia yang memiliki hati, emosii, bukan sekadar ajakan untuk membeli.
Bisnis menjadi sarana penggelapan atau penipuan jika kamu dengan sengaja memberikan kata-kata indah, tanpa tindakan nyata.
Pada awalnya, konsumen ingin bukti rasional (Benarkah produk ini bagus? Benarkah produk ini recommended?). Setelah itu mereka baru tertarik jika penyampaian kamu menarik (lembut, pakai hati).
Tunjukkan dengan tindakan, bukan sekadar citra produk yang dilebih-lebihkan, tanpa bukti.
3
Menarik, Terutama Secara Visual
Bagaimana menarik perhatian konsumen? Jika tidak berhasil beradaptasi dengan bentuk pemasaran online dan digital, besar kemungkinan bisnis akan ditinggalkan.
Mengikuti tren adalah salah satu hal yang harus dikuasai oleh sebuah bisnis jika ingin bertahan. Membuat konten yang sesuai dengan tren saat ini sangatlah membantu dalam proses komunikasi pemasaran yang efektif.
“Suaramuyang terlalu keras, tidak dapat didengarkan dengan jelas.”
Pemasaran bukan hanya meninggikan suara atau berbicara lebih keras, tetapi juga menyajikan konten yang menarik dan mampu menggerakan hati seseorang yang melihatnya. Walaupun kata-kata penting, namun tanpa dibarengi konten yang menarik maka hal itu jauh dari kata efektif.
Sebagian besar orang tertarik dengan visual. Kebanyakan orang tidak mau membaca, tidak mau berpikir serius, dan tidak mau mendapatkan nasehat panjang atas kesalahan memilih produk yang pernah terjadi.
“Orang tidak ingin membeli bor. Mereka hanya ingin papan yang sudah berlubang.”.
Intinya, kemas menjadi informasi yang instan, yang membuat mereka tidak perlu pusing berpikir.
4
Fokus pada Nilai
“Nilai” adalah manfaat, kegunaan, fungsi, atau alasan suatu produk atau layanan itu ada. “Nilai” yang bagus, tidak sebatas “fungsi”.
Sebuah brand sepatu, melakukan pendekatan bagus, dengan suatu promosi yang mengatakan, bahwa jika ada orang mau beli sepasang sepatu dari merek itu, maka sebagian keuntungannya akan disumbangkan untuk membelikan sepasang sepatu bagi anak sekolah di sebuah negara di Afrika.
Konsumen akhirnya lebih banyak membeli. Mereka merasa telah menyumbang untuk kemanusiaan dan pendidikan, dengan cara memberli sepatu di situ.
Nilai produk dapat ditambah, dibangun, diperbaiki. Inilah alasan “mengapa” produk atau layanan ini ada.
Berikan dan tunjukkan nilai yang kamu punya. Mereka akan punya alasan mengapa memilih produk kamu.
Kebanyakan orang hanya melihat “apa” yang brand ini kerjakan. Mereka hanya melihat penampakan alias visual branding, seperti logo, warna, tagline, dll. Mereka tidak melihat “mengapa” produk atau layanan ini ada.
Baca: Daftar rahasia untuk periksa nilai produk atau layanan kamu. Konsumen pasti senang kalau mereka rasakan produk atau layanan kamu itu unik dibandingkan merek lain. Periksa dengan daftar rahasia ini.
5
Berkelanjutan
Pemasaran itu mirip “janji” (promise). Kamu bilang kalau produk ini bagus, kemudian memberikan apa yang kamu berikan.
Tidak berhenti di situ. Komunikasi dalam pemasaran, yang bagus, berlanjut. Setelah ini, ada layanan purnajual, memberikan kabar tentang produk baru, atau memberikan maintenance jika berupa layanan. Tidak sistem “jual putus”.
Merek besar membangun komunitas, menciptakan konsumen loyal (setia) karena mereka merasakan janji brand yang mereka penuhi. Intinya, pemasaran itu tentang menciptakan pengalaman. Brand (merk) adalah “seluruh pengalaman” yang melibatkan brand dan konsumen.
Sekali ada pengalaman tak-enak, masa depan brand bisa terancam. Sekali komunikasi baik terjalin, dan berkelanjutan, maka brand akan menjadi sosok yang cantik, pengertian, dan mau bersikap lembut ketika sampaikan komunikasi.
Dengan komunikasi berkelanjutan, terjalin hubungan-baik dengan konsumen. Kita menaruh perhatian pada mereka dan minat mereka.
Seringnya, pemasaran perusahaan gagal karena adanya minat yang berubah dari diri seorang konsumen yang tidak diketahui oleh perusahaan. Dengan melakukan komunikasi yang berkelanjutan, kita juga dapat mengantisipasi bila adanya perubahan minat konsumen. [sri.a]
Sri Astari
Content creator, penulis, seseorang yang sedang menata tangga mimpinya.