SEMARANG (jatengtoday.com) – PT Angkasa Pura (AP) I berkomitmen mendorong pertumbuhan ekspor komoditas lokal Jawa Tengah ke luar negeri.
Hal itu mengingat saat ini telah memiliki Terminal Kargo baru di Bandara Ahmad Yani Semarang. Di lahan seluas 2.560 meter per segi, Terminal Kargo ini memiliki kapasitas empat kali lipat dibanding Terminal Kargo di bandara lama yang hanya seluas 639 meter persegi.
“Kapasitasnya sekarang bertambah, menjadi 60–70 ribu ton per tahun,” kata Direktur Pemasaran dan Pelayanan AP I Devy Suradji, Kamis (24/1/2019).
Berdasarkan data PT Angkasa Pura, kata dia, saat ini terdapat kenaikan trafik secara signifikan. Pada 2017, pergerakan Kargo Bandara Ahmad Yani Semarang berada di kisaran 17.630 ton. Sedangkan 2018, mengalami kenaikan hingga 23.556 ton.
“Ada pertumbuhan kurang lebih 34 persen, katanya.
Bahkan pertumbuhan tersebut melebihi trafik penumpang pesawat di Bandara Ahmad Yani Semarang. Trafik penumpang pesawat pada 2018 hanya mengalami pertumbuhan 17 persen.
“Berdasarkan jumlah, pada 2017 sebanyak 4,4 juta penumpang, naik menjadi 5,1 juta penumpang pada 2018,” katanya.
Pesatnya pertumbuhan trafik kargo tersebut, lanjutnya, menjadi angin segar untuk bisa mendongkrak ekspor komoditas produk lokal Jawa Tengah ke luar negeri. Sehingga produk-produk lokal berpeluang luas melebarkan sayap ke dunia.
“Tentu, kami berharap akan terus ada peningkatan demand dari eksporter untuk menambah volume ekspor. Sehingga bisa memerluas ke pasar internasional,” katanya.
Devy siap memasilitasi hal tersebut. Baik infrastruktur, maskapai dan ketersediaan slot penerbangan. Peluang pengembangan terbuka luas dibandingkan dulu kapasitas terminal kargo lama overload.
“Ini menjadi momentum baik bagi pelaku usaha untuk mendongkrak pengiriman barang ke luar negeri,” katanya.
Namun demikian, pesatnya permintaan kargo, harus diimbangi dengan menumbuhkan okupansi penumpang. “Ketika trafik kargo ke suatu negara meningkat, maka trafik penumpang juga harus diupayakan naik. Maka dari itu perlu sinergi bersama stakeholder lain,” katanya.
Stakeholder tersebut misalnya pelaku dalam bidang pariwisata. Sinergi itu untuk mendongkrak kedatangan wisatawan asing ke Indonesia terutama Kota Semarang dan Jawa Tengah. Begitupun sebaliknya.
“Ini yang kami rasa perlu duduk bersama dengan aviasi. Tour dan travel juga harus punya cukup peluru untuk jualan pax (penumpang). Itulah perlunya sinergi.
Tidak bisa kami hanya kejar kargo saja, karena antara kargo dan pax harus seimbang,” katanya.
Saat ini, Kargo yang melewati Bandara Ahmad Yani masih didominasi tujuan domestik, yakni Jakarta. Sedangkan untuk tujuan internasional ke Singapura dan Malaysia.
“Banyak potensi di Jawa Tengah. Bahkan bidang pertanian dan perikanan,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto