Untuk melihat, apakah suatu kelompok atau perusahaan memiliki “kode budaya” unik, sebenarnya mudah. Lihat, apakah perilaku, bahasa, dan cara mereka menyelesaikan masalah, terutama dalam berkomunikasi, memiliki “perbedaan” dari kelompok lain? Jika sama, kemungkinan besar, mereka tidak punya “kode budaya”.
Ada perusahaan yang menyelesaikan pekerjaan sebagai “persaingan”, ada juga yang menganggapnya sebagai “kerja sama”. Ada perusahaan yang menerapkan “kode budaya”: dilarang membantah apa kata pimpinan, tetapi ada juga yang semua suara dianggap setara ketika terjadi brainstormin. Ada perusahaan yang melarang menyalakan Android selama jam kantor, tetapi ada juga perusahaan yang ketika seorang pegawainya datang terlambat, justru diberi kesempatan bercerita singkat mengapa ia terlambat. Tanpa memiliki “kode budaya”, suatu kelompok atau perusahaan akan terasa “hampa”. Tidak ada kerinduan dan kenyamanan bekerja di situ.
Bagaimana “kode budaya” yang ada di kelompok atau perusahaan kamu?
“Budaya kelompok adalah salah satu kekuatan paling kuat di planet ini,” kata Daniel Coyle di Culture Code. Dalam buku ini, Daniel menyingkap misteri di balik kekuatan bisnis perusahaan.
Menurut Studi Harvard: 200+ perusahaan dengan laba bersih 765% dalam 10 tahun. Mereka memiliki kode budaya. Benar, itu rahasia ilmiah mereka. Berita baiknya, kita bisa terapkan gagasan Daniel Coyle di kelompok atau perusahaan kamu.
Culture Code berbicara tentang..
Bagaimana cara berbagi cerita menarik dari budaya berkinerja terbaik dunia. Bagaimana menciptakan kepercayaan dan kepemilikan.
Budaya adalah seperangkat hubungan hidup yang bekerja menuju tujuan bersama. Bukan “siapa kamu”, melainkan “apa yang kamu lakukan”.

Info Buku
Judul: Culture Code: The Secrets of Highly Successful Groups
Penulis: Daniel Coyle
Edisi: Audio CD, unabridged
Tanggal Terbit: January 30, 2018
Penerbit : Random House Audio
Bahasa : English
ISBN-10 : 0525492461
ISBN-13 : 978-0525492467
Amazon Link: https://amzn.to/2EhD5bw
Daniel Coyle memberikan resep ampuh untuk menciptakan “kode budaya” di perusahaan, yang bisa kamu terapkan.
3 Kemampuan untuk Membangun Budaya
“Ketiga kemampuan ini bekerja sama dari bawah ke atas, pertama membangun hubungan kelompok dan kemudian menyalurkannya ke dalam tindakan.”- Kode Budaya, halaman xix.
Buku ini dibagi menjadi 3 bagian yang menjelaskan 3 keterampilan utama untuk menciptakan budaya yang kuat:
1
Ciptakan Keamanan
Kohesi terjadi bukan ketika anggota grup lebih pintar, tetapi ketika mereka terhubung secara aman. Kalau sudah “tidak berani bicara” dan sangat takut pada pimpinan, “keamanan” justru tidak terjadi.
Pemimpin yang disukai, justru sosok yang “rentan”. “Keamanan” dalam perusahaan tercipta dalam bentuk hubungan dan komunikasi.
Tidak ada kompilasi anggota grup yang lebih pintar, tetapi kompilasi tampil bagus dengan sinyal yang jelas dan stabil. Keamanan itu soal hubungan dan komunikasi.
Dengarkan dengan baik. Sorot kesalahan atau kegagalan kamu. Sering berterima kasih. Pastikan semua orang bisa bersuara. Rangkul kesenangan bersama.
2
Bagikan Kerentanan
Mengapa justru perlu membagikan kerentanan?
[Riset] Dalam menciptakan kerja sama, kerentanan bukanlah risiko melainkan persyaratan psikologis. Kerentanan datang sebelum kepercayaan. Pastikan pemimpin itu rentan terlebih dahulu dan sering rentan.
Pemimpin, yang lebih sering terlihat di publik, yang “rentan”, justru membuat publik lebih ingin terlibat. Bukan pencitraan yang penuh tembok tebal dan tinggi.
Komunikasikan harapan. Kirim yang negatif secara langsung. Terus terang. Bukan kejujuran-brutal. Sejajarkan bahasa dengan tindakan.
3
Tetapkan Tujuan
Perusahaan ada karena ingin membuat perbedaan dan unik. Hanya terjadi jika setiap anggota berkontribusi pada perbedaan itu. Bekerja adalah mengulang tujuan, tidak pernah bergeser.
Kelompok yang sukses tahu, “mengapa” perusahaan mereka ada.
Individu tahu bagaimana mereka berkontribusi pada perbedaan itu. Mereka curahkan upaya untuk mengulangi tujuan tanpa batas.
Beri nama dan ranking prioritas kamu. Pakai slogan. Ukur apa yang benar-benar penting Fokus pada pengaturan perilaku
Kamu Tidak Dapat Mengelola Apa yang Tidak Dapat Kamu Ukur
Pastikan rencana, perkembangan, dan kemajuan kamu semuanya dapat terukur.
“Tantangan utama untuk membangun rasa tujuan yang jelas adalah bahwa dunia ini penuh dengan kebisingan, gangguan, dan tujuan alternatif yang tak ada habisnya.”- The Culture Code, hlm. 232
Ukur apa yang penting, dalam menciptakan tujuan.
Tony Hsieh menciptakan budaya menyampaikan kebahagiaan (bukan sepatu). Tony mengganti penghitungan jumlah panggilan per jam menjadi “Personal Emotional Connections” (PECs). Tujuan: menciptakan ikatan di luar percakapan tentang produk.
Presisi bukanlah tujuan. Menciptakan kesadaran dan keselarasan dengan tujuan mereka, kemudian mengarahkan perilaku mereka ke arah misi mereka adalah tujuannya.
Perusahaan paling sukses akan memiliki budaya “memberikan kesehatan” (bukan obat-obatan). Perwakilan perusahaan tidak akan diukur berdasarkan jumlah panggilan ke dokter, melainkan pada Koneksi yang Berfokus pada Pasien (Patient-Focused Connection / PFC). Ini akan menciptakan ikatan di sekitar kepentingan terbaik pasien.
Dengarkan Kisah Ini..
“Bagaimana beberapa kalimat yang sederhana dan terus terang dapat membuat perbedaan dalam perilaku kelompok.”- Kode Budaya, hlm. 177
Chicago, 1986, ada 6 orang mati karena menelan Tylenol dan sianida. Menjadi berita terluas di AS setelah peristiwa pembunuhan Kennedy. Tylenol memperbaiki produknya dengan mengeluarkan $100 juta untuk menunjukkan bahwa Tylenol bertanggung jawab terhadap kesehatan publik. Tylenol menyatakan kembali komitmen perusahaan kepada publik. Mereka menjadi organisasi keselamatan publik. Keuntungan mereka perlahan kembali lagi.
Bangun budaya di perusahaan kamu, agar bisnis lebih kuat. [dm]