Desa Gempolan – Mahasiswa Universitas Sebelas Maret berinovasi mengolah jahe dan kulit durian, menjadikan limbah bernilai ekonomi.
Di tengah kekayaan hasil hutan bukan kayu yang dimiliki Desa Gempolan, sebuah inovasi menarik lahir dari tangan-tangan kreatif mahasiswa MBKM-KKN Universitas Sebelas Maret. Pada Sabtu, 19 Oktober 2024, mereka menyelenggarakan pelatihan pembuatan permen jahe dan tepung dari kulit durian. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi produk lokal serta mengatasi permasalahan limbah kulit durian yang menumpuk.
Bertempat di Dukuh Karang Uluh, pelatihan ini diikuti oleh 29 peserta dari anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) dan ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Gempolan. KTH yang terlibat meliputi Harapan Makmur, Sumber Makmur, Giri Lestari , Marsudi Tani, Tani Maju Semang, dan Gading Sejahtera, serta Kelompok Wanita Tani D’Sekar. Dengan semangat kolaboratif, pelatihan ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
Permen Jahe Kenyal: Inovasi untuk Semua Usia
Salah satu inovasi utama adalah pembuatan “Gummy Ginger”, permen jahe bertekstur kenyal yang menarik bagi anak-anak dan orang dewasa. “Kami ingin membuat permen yang tidak hanya lezat, tetapi juga menyehatkan,” ujar salah satu peserta pelatihan, Ibu Sarti, dari KTH Harapan Makmur. “Dengan bentuk yang lucu dan rasa yang menghangatkan, permen ini pasti disukai banyak orang.”
Proses pembuatan Gummy Ginger melibatkan bahan-bahan sederhana seperti sari jahe, gula pasir, gelatin, pati jahe, dan gula halus. Semua bahan ini dicampur dengan sari parutan jahe, dicetak dalam bentuk menarik, dan ditaburi gula halus yang dicampur dengan tepung pati jahe. Permen ini kemudian dikemas dalam plastik kedap udara untuk memastikan keawetannya. Dengan alat dan bahan yang mudah ditemukan, masyarakat Desa Gempolan dapat memproduksi permen ini secara mandiri, membuka peluang ekonomi baru bagi UMKM setempat.
Mengubah Limbah Menjadi Tepung Bernilai
Setelah sesi Gummy Ginger, pelatihan berlanjut ke pembuatan tepung dari kulit durian. Proses ini dimulai dengan mencuci dan memotong tipis-tipis bagian putih dari kulit durian, yang kemudian dijemur selama 1-2 hari hingga kering. Setelah kering, kulit durian dihaluskan dan disaring menjadi tepung yang dapat diolah menjadi berbagai produk seperti snack cocol.
“Melihat kulit durian yang biasanya hanya jadi sampah kini bisa diolah jadi tepung, saya sangat terkesan,” ujar Pak Nardi, anggota KTH Harapan Makmur “Ini adalah solusi brilian yang tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga menambah pendapatan.”
Antusiasme dan Harapan
Antusiasme para peserta selama pelatihan sangat tinggi. Masyarakat menyadari bahwa inovasi ini dapat diterapkan di setiap KTH di Desa Gempolan, memberikan peluang baru yang bisa dimanfaatkan. “Kami berharap pelatihan ini bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” kata salah satu mahasiswa KKN, Intan. “Kami ingin melihat produk-produk ini membantu meningkatkan perekonomian lokal.”
Kreativitas dan dedikasi tim KKN Universitas Sebelas Maret dalam memanfaatkan sumber daya lokal menjadi produk bernilai ekonomis dan ramah lingkungan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan tetapi juga berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dengan mengurangi limbah organik. Dengan dukungan dan penerapan berkelanjutan, program ini dapat menjadi model bagi desa-desa lain dalam memanfaatkan sumber daya lokal secara efektif dan berkelanjutan.