Tercatat sebanyak 1.5035 orang mahasiswa UIN Gus Dur menjadi peserta KKN, mereka terbagi ke dalam 98 kelompok yang tersebar di Kabupaten Pemalang.
Kelompok 41, terdiri dari 16 orang, melaksanakan KKN di Desa Tlagasana, Kecamatan Watukumpul Pemalang. Mereka mengadakan sosialisasi pendidikan untuk mencegah anak putus sekolah di desa itu.
Pendidikan 12 tahun atau wajib belajar 12 tahun merupakan salah satu kebijakan pemerintah agar terlaksananya Program Indonesia Pintar (PIP). Selain itu, wajib belajar 12 tahun ini juga dapat dikatakan sebagai bentuk perpanjangan dari tujuan pendidikan nasional yang tercantum pada UUD 1945 alinea ke-4 yakni “..mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Faktanya, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mampu melaksanakan wajib belajar 12 tahun.
Desa Tlagasana masih banyak warga yang hanya bersekolah sampai tingkat SD. Mereka terkendala ketika mau melanjutkan ke jenjang SMP. Salah satu faktor utamanya, karena jarak tempuh yang jauh dan sulitnya akses jalan.
Tema sosialisasi ini adalah “Pentingnya Peran Orang Tua Terhadap Kesadaran Pendidikan Anak”.
Sasaran ini adalah orang tua, karena mereka berperan penting dalam mendorong dan membantu pendidikan anak mereka. Pendidikan merupakan proses pembentukan dan pengembangan pola pikir, untuk membina kepribadian, dan mengembangkan potensi anak dalam kehidupan mereka nanti.
Sosialisasi dimulai dengan sambutan Adinda, kepala dusun Tembelang. Adinda mengatakan, “Saya sudah lama ingin memberitahu masyarakat khususnya Dusun Tembelang ini tentang pentingnya melanjutkan pendidikan, tetapi kendalanya susah untuk mengumpulkan masyarakat disini karena kesibukan masing-masing, nah bertepatan dengan adanya kegiatan sosialisasi pendidikan.” Menurutnya, kedatangan mahasiswa KKN UIN Gus Dur ini merupakan momen yang tepat.
Selain itu, menurutnya, keinginan masyarakat memasukkan ke pondok itu bagus, namun perlu memikirkan pentingnya sekolah formal.
Session utama dari acara ini berisi pemaparan materi sosialisasi, dilanjutkan dengan tanya jawab. Antusias masyarakat cukup tinggi. Mereka bertanya tentang seluk-beluk pendidikan dan mahasiswa memfasilitasi masalah masyarakat untuk menemukan jalan agar anak-anak desa itu tidak mudah putus sekolah. [rsk]
Adinda Riski Amalia, mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid, Pekalongan.