in

Kisah Safuan, Naik Haji dari Hasil Tambal Ban

SEMARANG (jatengtoday.com) – Saufan Aziz jauh dari sebutan kaya harta. Dia hanya kakek 64 tahun yang menyandang predikat tukang tambal ban. Meski labanya pas-pasan, dia selalu menyisakan uangnya demi mengejar cita-cita. Berangkat ke tanah suci Mekah untuk menggenapi rukun Islam.

Tahun ini, obsesinya terwujud. Istrinya, Musharofah juga diajak naik haji bersamanya. Mereka dipastikan terbang ke tanah suci pada 6 Agustus 2018 nanti. Keduanya masuk kelompok terbang 70 Kota Semarang dan dijadwalkan terbang pukul 00.00 WIB dari Embarkasi Donohudan, Boyolali.

Kamis pagi, (26/7), Safuan tampak sedang memompa ban sepeda motor di bengkel tambal bannya di kampung Mangunharjo RT 02/RW II Tugu Semarang. Cuaca yang cukup panas tak membuat semangat kakek tua itu luntur dengan peluh membasahi dahinya. “Pagi ini sudah beberapa yang mampir. Ada yang nambal ban, ada juga yang beli bensin,” kata Safuan memulai pembicaraan.

Sambil mengerjakan tambalan ban motor, Safuan pun menceritakan kisahnya hingga bisa berhaji. Berawal sejak 2008 silam, Safuan dan istrinya tergerak hati ingin ke Mekah. Meski hanya bekerja menambal ban, kakek tujuh cucu itu percaya sedikit demi sedikit uang dikumpulkan akan semakin banyak.

“Yang sering mengumpulkan uang tabungan istri saya. Tiap saya kasih katanya ditabung, ” katanya.

Klimaksnya terjadi 2010 silam. Kala itu rumahnya diterjang banjir besar. Banjir bandang akibat luapan air dari sungai Beringin itu bahkan masuk ke dalam rumahnya. “Istri saya tanya, Pak, wakul nasi di kamar ditaruh mana. Saya jawab, masih ada di kamar. Ternyata setelah dibuka isinya uang Rp 50 juta,” katanya.

Kaget bukan kepalang. Safuan mengaku tidak percaya kalau istrinya bisa mengumpulkan uang sebanyak itu. Apalagi tabungan itu dari hasil nambal ban dan sisa uang istrinya yang bekerja di pabrik.

Dengan uang itu, dia mendaftar haji di tahun 2011. “Kurangnya Rp 35 juta karena berangkat berdua. Terus saya jual motor dan cari tambahan biar cukup,” lanjutnya.

Diceritakan, saat menjalani manasik haji di halaman Rumah Sakit Roemani Semarang Safuan dan istrinya sempat tidak percaya diri. Ketidakpedean Safuan lantaran diminta memperkenalkan diri dan pekerjaan di hadapan jamaah haji lainnya. Dia bilang mayoritas calon jamaah lainnya punya jabatan mentereng.

“Ada PNS, pengusaha, hingga dokter semuanya memperkenalkan diri. Saat saya diminta ngenalin diri, saya spontan saja bilang kalau saya juga seorang dokter. Tapi dokter ban. Lalu saya bilang saya juga bisa nyuntik ban motor. Malah semuanya pada ketawa,” ujarnya.

Safuan mengaku sangat beruntung bisa mendapat panggilan haji setelah menunggu 7 tahun lamanya. Apalagi penghasilannya menambal ban saban hari tak menentu. Kalau sepi hanya dapat Rp10 ribu dan saat ramai kadang ia dapat Rp50 ribu.

“Kalau dipikir-pikir penghasilan sama pengeluaran itu minus. Ndilalah Gusti Allah memanggil saya untuk ke Mekah. Allhamdullilah kami akan berangkat ibadah haji, semoga jadi haji mabrur,” jelas bapak empat anak ini. (ajie mh)

editor: ricky fitriyanto