DEMAK (jatengtoday.com) – Banyak cerita rakyat yang menjadi dongeng serta landasan dalam membangun sebuah daerah. Kuatnya dongeng rakyat tentang keberhasilan masa lalu menjadi pelecut semangat sekaligus menginspirasi dalam pembangunan masa kini.
Karena itu pula, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Pemkab Demak melalui berbagai kegiatan pembangunan kerap mengusung cerita rakyat dalam membangun sebuah narasi yang mengispirasi.
Plt Kabid Pembinaan Kebudayaan Dindikbud, Endra Faturrahman menyampaikan, dalam hal pengembangan kebudayaan tidak bisa lepas dari berbagai macam cerita-cerita rakyat.
Cerita semacam ini menjadi semacam legenda yang mendasari logika dalam bermasyarakat ketika itu. Maka, kebenaran cerita rakyat merupakan salah satu upaya membangun narasi yang kontemplatif dalam pembangunan.
“Cerita rakyat tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena itu, untuk menggali cerita rakyat ini, kita adakan lomba dongeng rakyat yang didalamnya mengkonstruksi keberadaan irisan-irisan cerita rakyat yang sebelumnya telah membumi. Dari cerita rakyat ini tentu dapat diambil spiritnya agar tetap bisa tegak lurus dalam melaksanakan pembangunan, utamanya di bidang kebudayaan,” ujarnya.
Sejumlah cerita rakyat yang melegenda di Jawa Tengah termasuk di Kabupaten Demak yang dapat memacu semangat dalam membangun kebudayaan antara lain, dongeng timun mas dan raksasa, Baru Klinting dan legenda Rawa Pening, kisah Jaka Tarub dan tujuh bidadari yang sedang mandi, Roro Jonggrang dan asal usul Candi Prambanan, Ajisaka dan asal usul aksara Jawa dan lainnya.
Juga ada cerita Cindelaras dan ayak sakti, kisah Lutung Kasarung, Sangkuriang dan Dayang Sumbi, dongeng Keong Mas, legenda Nyi Roro Kidul dan Laut Selatan Jawa, serta cerita rakyat lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), legenda adalah cerita rakyat pada zaman dulu yang ada kaitannya dengan peristiwa sejarah.
Sebagai contoh lain dari legenda atau cerita rakyat ini adalah Si Malin Kundang, cerita Danau Toba, Liliput, sentuhan emas Raja Midas, si Kancil mencuri mentimun, kancil dan buaya, anak katak dan anak lembu dan sebagainya. Bahkan, jika dicari secara lebih detail, ada sekitar 366 cerita rakyat Nusantara yang tersebar di seluruh Indonesia.
Cerita rakyat mempunyai fungsi untuk memperkokoh suatu kondisi masyarakat melalui nilai-nilai sosial dan budaya. Ini karena banyak cerita rakyat yang menyimpan ajaran tentang etika, moral dan ajaran kebaikan lainnya yang dapat menjadi pedoman bagi masyarakat.
“Di sinilah pentingnya membangun dan menceritakan kembali apa-apa yang pernah berkembang di masyarakat. Sejarah yang telah berlalu merupakan bagian dari konstruksi cerita yang banyak dibicarakan masyarakat pada zaman setelah itu,” katanya.
Cerita rakyat merupakan cerita masa lalu yang menjadi warisan turun temurun kepada generasi masa kini. Cerita itu ada di daerah-daerah dimana suatu daerah atau wilayah itu memiliki tokoh atau orang yang ditokohkan sehingga bisa menjadi sumber yang bisa dipedomani masyarakat sekitar.
Cerita rakyat adalah sebentuk tuturan yang telah terwarisi secara lisan dari orang ke orang yang di dalamnya mengandung alur cerita yang kemudian mengisi ruang-ruang berpikir masyarakat. Di dalam ruang itulah terbentuk sebuah pandangan tentang sejauh mana cerita rakyat itu memberikan secercah harapan bagi masyarakat.
“Di Demak ini dari kota sampai pelosok desa memiliki beragam cerita rakyat. Tinggal bagaimana kita bisa menggali dan merawatnya menjadi sebuah karya nyata dalam pembangunan. Mengambil spirit dari sejarah yang telah diceritakan dari generasi satu ke generasi lainnya adalah sebuah kebenaran yang sulit terbantahkan,” katanya.
Secara akademik, cerita rakyat memiliki ciri-ciri antara lain, cerita rakyat dituturkan secara lisan, disampaikan secara turun temurun, tidak diketahui siapa pembuatnya, mengandung nilai luhur masyarakat, memiliki sifat tradisional, banyak versi dan variasi, memiliki bentuk klise dalam struktur atau cara pengungkapannya.
Adapun, cerita rakyat memiliki fungsi sarana pendidikan, sarana hiburan, sosial budaya dan fungsi edukatif lainnya. (*)