SEMARANG – Berjalan selama dua tahun, sejak 2016 hingga 2018, saat ini telah berdiri sedikitnya 370 Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tersebar di setiap kelurahan di Kota Semarang hingga level RT dan RW.
Mereka merupakan petani urban farming yang dibina Dinas Pertanian Kota Semarang. Dalam kurun waktu dua tahun, mereka sedikitnya bisa memproduksi 2 ton sayuran maupun buah-buahan.
Bahkan urban farming ini mampu memasok sayuran untuk pedagang sayur, rumah makan, hingga minimarket.
Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Wahyu Permata Rusdiana mengatakan, pertanian perkotaan atau urban farming ini merupakan salah satu program unggulan Wali Kota Semarang dengan memanfaatkan lahan sempit.
“Saat ini ada 370 Kelompok Wanita Tani di Kota Semarang,” kata Rusdiana, saat memberikan bantuan Kelompok Tani Dewaruci, dari Kementerian Pertanian bersama Anggota Komisi VI DPR RI, Juliari P Batubara, di Jalan Beruang Raya VII Nomor 29 RT 06 RW 2, Gayamsari, Kota Semarang, Jumat (7/12/2018).
Tidak hanya dibina oleh Dinas Pertanian Kota Semarang saja, lanjutnya, tapi juga didukung oleh dinas terkait yang lain. “Misalnya permodalan dibantu dari Dinas Koperasi. Untuk pemasaran hasil pertanian dibantu dari Dinas Perindustrian, dan lain-lain. Jadi, kami saling bersinergi,” katanya.
Dikatakannya, KWT ini merupakan aset Pemkot Semarang dalam mengembangkan pertanian. Yakni memberdayakan masyarakat melalui kelompok tani maupun KWT. “Pertama bisa mencukupi kebutuhan pangan keluarga sendiri. Kedua, menambah pendapatan mereka. Itu yang kami utamakan,” katanya.
Bantuan kali ini berupa benih. Tahap selanjutnya petani harus melakukan proses pembibitan. “Sehingga bantuan ini hanya diberikan kepada KWT yang memang dianggap sudah mampu, seperti di Kelompok Tani Dewaruci ini,” katanya.
Benih tersebut nantinya dibagikan ke warga sekitar untuk bisa menjadi kawasan atau landmark kampung urban farming. “Ini baru program percontohan, nantinya harus menuju ke satu RT, RW dan satu kelurahan. Sehingga akan membentuk kawasan pertanian perkotaan, khususnya tanaman sayuran, buah-buahan dan tanaman hias,” katanya.
Selain KWT, saat ada 40 kelompok tani perkotaan yang menjadi percontohan dan diberikan bantuan. Ada yang melibatkan satu RT, dua RT, dan seterusnya. Sejak 2016 hingga 2018, sedikitnya telah produksi 2 ton tanaman sayuran maupun buah-buahan.
Mengenai pemasaran, lanjutnya, pertanian perkotaan ini menunjukan hasil yang cukup signifikan. Sebab, mereka mampu memasok stok sayuran ke berbagai tempat. “Bahkan tukang sayur mengambilnya di ibu-ibu ini, karena ini sayuran organik yang segar dan sehat. Mereka juga kerjasama dengan sejumlah pihak seperti rumah makan, bahkan minimarket seperti Superindo,” katanya.
Setiap tahun, lanjutnya, setiap kecamatan ada penambahan kelompok tani maupun KWT. “Ke depan bisa dikembangkan sebagai kawasan kampung wisata agribisnis pertanian perkotaan. Yang sudah jalan di Kelurahan Purwosari Semarang Utara,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto