SEMARANG (jatengtoday.com) – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mempersilakan tempat hiburan seperti karaoke keluarga membuka operasional di masa Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) Jilid IV. Kebijakan itu diberlakukan 14 hari ke depan, mulai 22 Juni hingga 8 Juli 2020.
Tidak hanya tempat hiburan, sejumlah tempat wisata di Kota Semarang juga akan dibuka dengan pembatasan pengunjung. Tempat wisata dan tempat hiburan keluarga dinilai menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang mendesak untuk sedikit mengatasi kejenuhan selama hampir tiga bulan karantina mandiri di rumah.
“Yang juga mendesak untuk dibuka adalah tempat karaoke keluarga. Kalau yang bukan karaoke keluarga, saya bilang ke Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, sepanjang tidak ada pemandu lagunya boleh, mereka harus membuat pernyataan tentang itu. Kalau masih menyiapkan yang begitu-begitu, sementara dilarang dulu,” ungkapnya, Minggu (21/6/2020).
Pengusaha tempat hiburan yang ingin membuka operasional diminta melakukan koordinasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang. Dengan diperbolehkannya tempat hiburan buka, mereka harus menjalankan standar operasional prosedur (SOP) Kesehatan sebagaimana diatur dalam kebijakan PKM Kota Semarang.
“Ditutupnya juga harus sesuai dengan PKM, yaitu pukul 22.00. Semua tempat wisata milik Kota Semarang seperti Goa Kreo, Semarang Zoo, dan lain-lain, mulai dibuka,” katanya.
Hendi sapaan akrab Wali Kota Semarang menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir maupun ragu-ragu melakukan kegiatan, selama menerapkan protokol kesehatan. Sedangkan bantuan sosial dari pemerintah, lanjut Hendi, juga akan terus disalurkan.
“Saat ini sudah berjalan, Juni ini, mulai tanggal 15-20, sudah disebarkan 120 ribu paket sembako, mengiringi paket Bantuan Sosial Tunai (BST) Kementerian Sosial jumlahnya 118 ribu. Jadi nanti totalnya ada 238 ribu KK di Kota Semarang yang mendapat bantuan dari pemerintah,” katanya.
Sedangkan kaitannya angka Covid-19 di Kota Semarang yang cenderung mengalami kenaikan, Hendi tidak mempermasalahkan hal itu. Ia menilai, justru dengan ditemukannya penderita Covid-19, pemerintah bisa melakukan pemetaan dan penanganan secara jelas. Dia menjelaskan, penambahan angka Covid-19 di Kota Semarang terjadi karena gencarnya dilakukan rapid test secara masif.
“Setiap hari setidaknya dilakukan rapid test di tiga tempat, kalau dirata-rata di kisaran 300-500 orang dlakukan rapid test,” katanya.
Hasil rapid test massal tersebut kemudian menemukan klaster-klaster baru penyebaran Covid-19 yang kemudian dilakukan tracking dan karantina. Sebaliknya, daerah yang tidak melakukan test dan tidak ada penambahan Covid-19, bisa jadi penyebarannya justru tidak diketahui.
“Bahkan terakhir, tenaga kesehatan menjadi penyumbang terbanyak (positif covid-19),” katanya. (*)
editor: ricky fitriyanto