SEMARANG – Puluhan remaja yang tergabung dalam Karang Taruna Kampung Jatiwayang, Kelurahan Ngemplak Simongan Kecamatan Semarang Barat mengajak masyarakat bangga menggunakan bahasa ibu. Ajakan itu dilakukan dengan menggelar acara bertajuk ‘Basa Ibu Ora Wagu’ di Kampung Jatiwayang, Kelurahan Ngemplak Simongan, Minggu (18/2) sore.
Dalam acara itu, para remaja Karang Taruna Ngemplak Simongan mengajak semua masyarakat khususnya generasi muda untuk tidak lupa akan bahasa ibu. Sebab selama ini, banyak remaja yang enggan menggunakan bahasa tradisi itu dan lebih bangga menggunakan bahasa modern.
“Kegiatan ini kami gelar untuk menyambut Hari Bahasa Ibu Internasional yang jatuh pada 21 Februari mendatang. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak segenap masyarakat khususnya remaja menggunakan bahasa daerah,” kata Ketua Karang Taruna RW 03 Ngemplak Simongan, Afik Dian Christanto.
Afik menerangkan, dalam kegiatan tersebut juga dimeriahkan dengan beberapa kelompok kesenian. Pertunjukkan itu dimulai oleh lagu bocah oleh anak-anak kampung Jatiwayang, kemudian dilanjutkan oleh, dengan pertunjukkan, Syiiran oleh Goenoeng, Wayanggaga, dan Wayang Dongeng.
“Kami sengaja mengundan teman-teman komunitas untuk mempertunjukkan kesenian dalam bahasa Jawa, supaya anak-anak bisa mendapat pertunjukkan yang khas berbahasa Jawa dan merangsang anak-anak supaya mengenal kembali bahasa daerah,” terangnya.
Sementara itu, budayawan Kota Semarang, Widyo ‘Babahe’ Leksono mengungkapkan kegembiraannya bisa menyaksikkan proses karang taruna yang sedemikian hebat. Bagi dia, greget yang dimiliki oleh remaja dalam menjaga bahasa daerah memang harus terus ditunjukkan.
“Apalagi dikemas melalui sebuah acara yang menarik. Ini contoh yang sangat bagus. Saya senang dan mengapresiasi,” ungkapnya.
Babahe juga mengatakan kalau perlunya anak-anak diajak mengenalkan budaya dan bahasa tradisional. Menurutnya, bahasa ibu memiliki nilai yang sangat kuat di masyarakat.
“Melalui bahasa ibu, mengajarkan anak-anak untuk menerapkan sikap saling menghormati. Saling menghormati itu kan budaya kita. Ewuh pekewuh, tepo seliro, empan papan, itu kan budaya yang telah melekat sejak lama. Ada baiknya diterapkan dan dilakukan,” pungkasnya. (andika prabowo).