in

Jepang Kucurkan 1,6 Juta Dolar AS untuk Pemulihan Krisis Tenaga Kerja Indonesia

Tidak kurang 29 juta pekerja di Indonesia terdampak pandemi. 2,6 juta orang kehilangan pekerjaan.

Ilustrasi. Sejumlah pekerja pabrik berjalan di luar area pabrik saat jam istirahat di Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (7/4/2020). (antara foto/aloysius jarot nugroho)

JAKARTA (jatengtoday.com) – Pandemi COVID-19 telah memicu situasi krisis tenaga kerja terburuk yang mempengaruhi 29 juta pekerja di Indonesia pada Agustus 2020. Tercatat, kurang lebih 7 juta pencari kerja kesulitan mendapatkan pekerjaan. 2,6 juta orang kehilangan pekerjaan dan 24 juta lainnya mengalami pemotongan jam kerja dan upah sebagai imbas pandemi.

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Kementerian Ketenagakerjaan dan Pemerintah Jepang bergabung untuk memulihkan kondisi kerja dan bisnis yang terkena dampak pandemi COVID-19 melalui sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Kegiatan bersama ketiga organisasi tersebut berlangsung selama tiga hari hingga 22 September 2022 di Grand Hyatt Hotel Jakarta.

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), bersama dengan Kementerian Ketenagakerjaan dan Pemerintah Jepang ini bertujuan untuk meningkatkan langkah-langkah pencegahan COVID-19 di tempat kerja di tengah pandemi yang akan memfasilitasi pembukaan kembali bisnis, kelanjutan dan ekspansi.

Ini menjadi upaya memulihkan situasi ketenagakerjaan dengan memperkuat sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tingkat perusahaan untuk memastikan keberlanjutan bisnis dan perlindungan pekerja.

Berdasarkan keterangan pers tertulis, proyek senilai 1,6 juta dolar AS yang didanai Pemerintah Jepang ini telah memperkuat sistem manajemen K3 terhadap sebanyak 1521 tempat kerja dan telah menjangkau 22154 pekerja. Berfungsi sebagai platform advokasi untuk pemahaman, kesadaran, dan tindakan K3 yang lebih baik, proyek ini telah menjangkau 15.218 orang di Indonesia.

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, menekankan pentingnya pemajuan prinsip dan budaya K3 agar Indonesia lebih tangguh dalam menghadapi dan menghadapi krisis di masa depan seperti pandemi COVID-19 saat ini.

“Investasi keselamatan dan kesehatan kerja berdampak langsung pada produktivitas perusahaan, mengurangi kecelakaan di tempat kerja dan meningkatkan citra perusahaan. Bagaimana agar secara bersama-sama meningkatkan ketahanan ekonomi. Dengan proyek yang berkolaborasi dengan banyak mitra dan pemangku kepentingan yang berbeda, ini telah menunjukkan pentingnya dan keserbagunaan proyek untuk mendukung berbagai kebutuhan K3 dari berbagai sektor,” katanya.

Selain itu, proyek ini mempertemukan mitra kerja utama seperti antara lain konfederasi serikat pekerja, Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI), Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Proyek ini juga bekerja sama dengan organisasi jurnalistik untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya K3 dalam mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa.

Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Michiko Miyamoto mengatakan ketika melihat ke belakang dan melihat pencapaian utama, maka harus mengingat bahwa ini adalah bagian dari perjalanan pemerintah, perusahaan, pekerja, dan generasi muda untuk menentukan keselamatan generasi mendatang.

“Termasuk investasi untuk bisnis dan masyarakat secara keseluruhan. dengan terus berupaya mengembangkan pendekatan baru untuk mengatasi tantangan dan kebutuhan keselamatan dan kesehatan kerja,” tegasnya.

Apresiasi serupa diberikan oleh Menteri dan Wakil Kepala Misi dari Kedutaan Besar Jepang, Masami Tamura. “Kami telah berhasil meningkatkan kapasitas ribuan tempat kerja dengan memperkuat langkah-langkah pencegahan COVID-19 di tempat kerja dan perlindungan pekerjaan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kami berharap banyak kegiatan yang dilakukan di bawah proyek ini akan meluas ke masa depan,” katanya. (*)

Abdul Mughis