in

Jateng Masih Jadi Supermarket Bencana, di Sini Titik Potensinya

SEMARANG (jatengtoday.com) – Potensi bencana alam masih menyelimuti nyaris seluruh wilayah di Jateng. Terutama banjir dan tanah longsor di sepanjang musim penghujan awal tahun ini.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Sarwa Pramana menjelaskan, terhitung ada 1.864 desa dari 336 kecematan yang berpotensi banjir. Kemudian 2.134 desa dari 344 kecematan berpotensi terjadi tanah longsor.

“Potensi banjir terjadi di wilayah Pantai Utara dari Brebes hingga Rembang, kemudian Pantai Selatan juga berpotensi banjir antara lain cilacap, Kebumen dan purworejo,” jelasnya, Sabtu (5/1/2019).

Menurutnya, penyebab terjadinya banjir selain cuaca ekstrim adalah karena prilaku manusianya, yaitu membuang sampah tidak pada tempatnya.

“Yang berat di sepanjang sungai Bengawan Solo dan Pemali Juwana. Sering tanggul jebol, harus diwaspadai karena banyak sampah yang menyumbat,” tegasnya.

Ada juga memiliki ancaman bencana tsunami. Terutama di wilayah Cilacap, Purworejo, Kebumen dan Wonogiri.

Sedangkan daerah yang berpotensi terjadi bencana tanah lonsor berada wilayah pegunungan, dan paling besar berpotensi di wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan Banyumas. Untuk mengantisipasi kerugian akibat bencana, pihkanya telah memasang 60 alat early warning system (EWS).

“Sudah dipastikan Ews dalam kondisi baik, kami punya sembilan Digital Video Broadcast, tiga Warning Receiver Syistem, dua Sirine Tsunami, enam pendeteksi gempa, dan tujuh Sensor Akselerograf,” terangnya.

Kemudian, Jawa Tengah juga memiliki ancaman erupsi Gunung Merapi. Kabupaten yang berdampak terdapat di Boyolali, Magelang dan Klaten.

“Sudah kami pasang rambu evakuasi di enam desa dari tiga kabupaten yang berdampak Erupsi Gunung Merapi,” tuturnya.

Menurutnya, bencana di Jawa Tengah mengalami penurunan. Pada tahun 2017, terdapat 2463 bencana, kemudian di tahun 2018 menurun menjadi 1734 bencana.

“Tahun 2017 jumlah kerugian akibat bencana mencapai Rp87 Miliar, ditahun 2018 kemarin sudah turun menjadi Rp47 Miliar. Ini karena masyarakat makin paham mitigasi bencana,” bebernya. (ajie mh)

Editor: Ismu Puruhito

Ajie MH.