Pikiran dan perilaku kita dipengaruhi oleh kekuatan dan faktor eksternal jauh lebih dari yang mungkin kita akui. Kamu bisa pelajari ini dan menggunakan buku ini untuk keuntungan kamu.
Info Buku
Judul: Invisible Influence: The Hidden Forces that Shape Behavior
Penulis: Jonah Berger
Penerbit: Simon & Schuster
Edisi: Paperback, Cetak-ulang
Tanggal Terbit: June 20, 2017
Bahasa: English
Halaman: 272 pages
ISBN-10: 1476759731
ISBN-13: 978-1476759739
Link Amazon: https://amzn.to/2Urfl1N
Apakah kamu sadar, dalam setiap pengambilan keputusan, termasuk keputusan kecil? Mengapa peristiwa tertentu, membuat seseorang memakainya sebagai nama anak mereka?
Ternyata, lebih banyak kekuatan dan pengaruh tersembunyi, yang membentuk perilaku kita. Terutama dalam tindakan konsumsi.
Membaca buku ini, akan menyingkap rahasia di balik pengaruh tersembunyi yang membentuk perilaku kita. Teori, studi kasus, dan pembuktian, mengapa kita lebih banyak secara tidak sadar melakukan sesuatu karena pengaruh tersembunyi.
Buku ini bisa kita jadikan “senjata” berpikir ketika ingin mempengaruhi orang lain sekaligus bagaimana kita menyadari pengaruh tersembunyi yang sering terabaikan.
1
Setiap keputusan yang kamu buat, dipengaruhi orang lain.
Mengidentifikasi pengaruh ini dapat membantu kamu mengatasi kendali dari luar.
Masih tidak percaya? Coba lihat pakaian dan motor kamu. Pernahkah kamu memikirkan alasan di balik pakaian atau motor yang kamu kendarai?
Ketika menjelaskan, orang bisa dengan detail bercerita tentang fitur benda-benda yang mereka pilih; kenyataan: kita cukup mudah dipengaruhi oleh tekanan sosial.
Kita tidak mau mengakui bahwa orang lain dan faktor-faktor eksternal, menguasai (punya peran besar) dalam keputusan kita. Tindakan, preferensi, dan persepsi diri kita, dipengaruhi dari luar.
Kita rentan terhadap segala macam faktor halus.
Psikolog Richard Moreland dari University of Pittsburgh:
Moreland meminta 4 perempuan menarik untuk ikut kuliahnya. Ada yang menghadiri 0, 5, 10, dan 15 sesi kelas. Foto 4 perempuan ini diberikan kepada para mahasiswa dan diminta menilai penampilan mereka. Kebanyakan mahasiswa memilih perempuan yang sudah ikut 15 sesi kelas. Para mahasiswa tidak menyadari, perempuan ini sudah 15 kali di sesi kelas bersama mereka.
Kita lebih suka orang yang akrab, dan pengaruh sosial adalah kekuatan yang kuat dalam hal ini.
2
Kita cenderung meniru orang lain dan mengadopsi pendapat mereka.
Apakah kamu masih merasa mandiri dalam berpendapat? Merasa tidak terpengaruh orang lain, dalam berpendapat?
Orang memilih meniru dan mengadopsi pendapat orang lain karena itu menghemat waktu dan tekanan sosial.
Psikolog Solomon Asch (1951): Eksperimen. Sekelompok orang diminta untuk mencocokkan panjang garis yang ditunjukkan kepada mereka pada kartu dengan salah satu dari tiga garis lain yang digambar di kartu lain. Setiap peserta kemudian dipanggil secara individu untuk mencocokkan. Ada 6 dari 7 peserta yang sebenarnya aktor di eksperimen itu, untuk mengkondisikan jawaban salah.
Hasilnya, peserta biasa (yang bukan aktor) memberikan jawaban salah.
Imitasi (meniru dan mengadopsi) tidak hanya mempengaruhi logika. Ada bentuk konformitas lain, bernama “mimikri emosional”.
Ekspresi orang lain, mempengaruhi kita, seperti sedang bercermin.
Imitasi bahkan dapat menjelaskan berbagai bentuk hype media.
Sementara penerbit dan produser ingin mengetahui seberapa populer sebuah buku, lagu, atau film, hampir tidak mungkin untuk mengetahuinya — karena kekuatan pengaruh sosial.
Kalau kita meminta orang mendengarkan lagu, mereka lebih memilih yang populer, dengan melihat jumlah view atau download.
3
Banyak orang ingin “terlihat” dalam beberapa hal – tetapi tidak semua orang.
Belum tentu semua orang dikendalikan pengaruh luar, namun tidak semuanya.
Bisa jadi, punya pilihan beda karena bosan dengan fenomena ikut-ikutan di sekitarnya.
Efek keangkuhan: Semakin banyak orang suka “ini”, semakin orang tidak tertarik.
Golongan menengah ke atas, melakukan efek keangkuhan ini.
4
Brand dan manusia bekerja keras untuk menunjukkan apa yang bukan mereka, kadang dengan hasil negatif
Dapatkah kamu bayangkan sebuah brand membayar kamu untuk tidak memakai pakaian mereka? Nah, untuk selebriti seperti Mike Sorrentino, karakter di reality show MTV Jersey Shore, ini adalah kenyataan.
Faktanya, merek dan orang sama-sama berusaha keras untuk memastikan bahwa mereka tidak bingung dengan sesuatu atau orang lain – terutama jika entitas lain itu tidak diinginkan.
Pakaian bermerek (branded) adalah salah satu cara untuk berkomunikasi tentang identitas pemakainya, dan merek bekerja keras untuk menjauhkan diri mereka, dan pelanggan mereka, dari identitas yang tidak sesuai.
Misalnya, Abercrombie & Fitch membayar Sorrentino untuk tidak mengenakan pakaian mereka karena dia tidak sesuai dengan citra merek tersebut.
Atau ambil merek mewah Burberry, yang pola Burberry uniknya digunakan untuk menandai pemakainya sebagai pria terhormat. Namun, saat ini, citra kelas atas ini telah diambil alih oleh citra yang sangat berbeda: kelompok hooligan sepak bola tertentu telah menjadikan pola itu sebagai bagian integral dari seragam mereka.
Akibatnya, Burberry menghapus pola dari sebagian besar lini produk mereka.
Jadi, membuktikan apa yang kamu “tidak bisa” sama pentingnya dengan membuktikan “inilah saya”. Orang sering melakukan bahaya ketika melakukan yang pertama.
Membuat diri kita berbeda, menciptakan rasa aman. Pada akhirnya, fakta bahwa tidak semua orang mampu membeli hal-hal yang tidak penting ini membuat mereka secara inheren eksklusif.
5
Orang mendambakan keakraban, perbedaan, dan keseimbangan keduanya.
Bayangkan kamu disihir orang lain, kemudian selamanya kamu punya menu sarapan yang itu-itu saja. Namun menu ini, menurut banyak orang, sangat baik. Berapa kali “iklan” menyarankan kita makan hanya “menu ini” saja? Atau yang “mengandung ini” terus-menerus? Dan sebagian dari kita, mengikuti saran itu. Mengapa?
Manusia cenderung lebih menyukai orang dan benda yang akrab, dan dengan alasan evolusioner yang baik: tertarik pada orang yang dikenal meningkatkan peluang kita untuk membentuk kelompok yang erat.
Demikian juga, makanan yang sudah dikenal, bahkan puding cokelat, adalah taruhan yang lebih baik untuk bertahan hidup daripada jamur yang tampak menarik di kebun.
Ini tentang tarikan ke arah yang akrab. Disihir tidaklah masalah, asalkan menu itu masih akrab bagi kita dan baik menurut kita.
Fenomena “menarik diri ke arah keakraban” membuat orang menamai anak mereka dengan peristiwa, ide, pengetahuan budaya, dll.
Keakraban adalah atribut favorit manusia, selain itu, manusia juga mendambakan hal-hal baru.
Efek Coolidge: Mamalia, hamster jantan kehilangan semua minat pada betina dari spesies sama, setelah bersanggama dengannya beberapa kali. Pada betina juga demikian, walaupun tidak sekuat jantan.
Terhadap hal-hal baru, orang sangat menginginkan, namun memastikan bahwa itu aman.
6
Orang lain dapat menjadi sumber motivasi besar atau pengalih perhatian utama, tergantung pada tugas yang ada
Mengapa begitu banyak orang bergabung dengan kelompok ketika bekerja untuk mencapai tujuan seperti menurunkan berat badan atau memenuhi syarat untuk kompetisi?
Untuk tampil lebih baik. Mengalihkan perhatian. Pengaruh sosial. Agar tidak mengalami kebergantungan pada tugas yang rumit. Agar mandiri.
Berada di tengah penyelesaian tugas yang mudah, membuat orang lebih mudah termotivasi.
Dalam hal ini: orang lain dapat mengganggu (kita menjadi tidak fokus), namun membuat kita lebih waspada — secara fisik.
Tubuh kamu akan siap untuk bertarung, melarikan diri, atau bermain, tidak ada yang banyak membantu saat menyelesaikan persamaan matematika yang rumit.
Pada saat sama, orang bisa memakai pengaruh sosial untuk memotivasi orang lain untuk bertindak berbeda, tetapi perangkat ini terbatas. Strategi ini hanya berhasil jika ada harapan bahwa kamu dapat mengalahkan persaingan.
Jika seorang siswa tertinggal jauh dalam tugas sekolahnya sehingga dia tidak memiliki kesempatan untuk mengejar ketinggalan, membandingkannya dengan teman-teman sekelas, hanya akan semakin merusak moral siswa itu.
Takeaway
Tindakan yang dapat diambil dari buku ini:
- Sadari, faktor-faktor luar yang mengendalikan pembuatan keputusan kamu, sampai di tingkat terkecil.
- Tiru dan adopsi pendapat orang lain, hanya jika itu sangat penting. Jangan menjadi hype dan ikut arus.
- Menjadi unggul dan terlihat, berbeda dari orang lain, bukanlah untuk orang lain.
- Jangan terlalu negatif dalam menunjukkan siapa dirimu, kepada dunia.
- Menangkan persaingan pengaruh-sosial.
Buku ini tentang pengaruh yang tak-terlihat, seperti judulnya. Agar tidak terpengaruh dengan ringkasan ini, sebaiknya kamu baca sendiri bukunya. [dm]