in

Ini Solusi agar Semarang Tak Kebanjiran saat Musim Hujan dan Kekeringan saat Kemarau

SEMARANG (jatengtoday.com) – Fenomena di Kota Semarang cukup memprihatinkan dan terbilang klasik. Pasalnya, setiap datang musim hujan sebagian wilayahnya selalu kebanjiran. Tetapi saat musim kemarau melanda ada daerah yang kekeringan.

Pakar lingkungan hidup Prof Sudharto P Hadi mengatakan hal ini dilatarbelakangi oleh buruknya manajemen terhadap air. Baik manajemen dari pemangku kebijakan kota maupun dari masyarakatnya sendiri.

Selama ini, kata Prof Dharto, persoalan air di Kota Semarang berkutat pada 3T, yakni too much, too little, dan too dirty.

Dia menjelaskan, yang dimaksud dengan too much yaitu terlalu banyak air saat musim hujan sehingga terjadi banjir. Too little artinya terlau sedikit air ketika musim kemarau. Serta too dirty, yakni air dimana-mana kotor karena pencemaran.

“Hal itu selalu berulang tiap tahunnya. Seperti banjir kan di Semarang tiap tahun terjadi. Seolah tidak pernah ada yang bisa mengambil hikmah,” ujar mantan Rektor Universitas Diponegoro (Undip) itu, Selasa (18/12/2018).

Menurutnya, hal paling simpel yang bisa dilakukan semua orang yaitu masyarakat harus akrab dengan air. Semua orang hendaknya membangun sumur resapan, membangun biopori. Supaya air yang masuk ke pekarangan rumah, bisa kembali ke dalam tanah. Meresap dan tidak menjadi air larian.

Sebab, ketika hujan masyarakat inginnya air yang ada di sekitarnya cepat lari, lalu halaman rumahnya dibeton. Akibatnya air tak bisa meresap, tetapi dipaksa mengalir dari hulu ke hilir yang berdampak pada persoalan banjir itu tadi.

“Dengan menyimpan air di dalam tanah kalau sumber air kita sumur, itu bisa menjadi cadangan air tanah, tidak akan kekeringan sumurnya. Jadi memanen air hujan ketika musim hujan, jangan membuang air,” jelasnya. (*)

editor : ricky fitriyanto