in

Ini Deretan Mega Proyek di Kota Semarang yang Tak Kunjung Terealisasi

SEMARANG (jatengtoday.com) – Sejumlah mega proyek di Kota Semarang yang telah lama direncanakan hingga 2020 ini tak kunjung terealisasi. Proyek-proyek besar tersebut telah melewati berbagai proses awal, mulai dari Detail Engineering Design (DED), studi kelayakan (feasibility study), hingga pembebasan lahan.

Salah satunya adalah megaproyek pembangunan Semarang Outer Ring Road (SORR) atau jalur lingkar yang mengelilingi Kota Semarang. Dalam pembangunan ini, sebagian lahan telah dilakukan pembebasan. Namun dalam perkembangannya, proyek ini mandek akibat terkendala minimnya anggaran. Sebagai gantinya, Pemkot Semarang akan mengerjakan proyek lain yakni Harbour Tol Road Semarang-Kendal.

Hanya saja, proyek Harbour Tol Road ini menggantikan Semarang Outer Ringroad di wilayah utara saja, yakni wilayah pesisir utara Semarang-Kendal. Proyek ini dikonsep multifungsi. Selain berfungsi sebagai jalan tol, Harbour Toll  Road juga didesain sebagai tanggul laut dan memuat polder yang berfungsi penyediaan air baku. Anggarannya berasal dari pemerintah pusat.

Berikutnya adalah pembangunan pusat perbelanjaan bawah tanah dan Underpass Simpang Lima Semarang. Selama dua tahun terakhir, Pemkot Semarang telah menyelesaikan DED. Sebetulnya, rencana mega proyek pembangunan pusat perbelanjaan bawah tanah dan Underpass Simpang Lima Semarang dicetuskan sejak 1997-1998 pada masa pemerintahan Wali Kota Semarang Soetrisno Suharto.

Lalu, pada masa pemerintahan Wali Kota Hendrar Prihadi ada keinginan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Hendi sapaan akrabnya, memiliki tekad akan merealisasikan proyek tersebut menggunakan semangat “bergerak bersama”. Pihaknya akan menawarkan proyek tersebut kepada para investor menggunakan model Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Selanjutnya adalah proyek pembangunan Simpang Susun Pedurungan dan Banyumanik. Konsep Simpang Susun ini merupakan akses jalan lintasan berbentuk fly over yang saling bersilangan dengan posisi bertumpuk. Salah satu Simpang Susun pertama yang telah dikembangkan di Indonesia adalah di Semanggi Jakarta.

Ada dua titik yang akan dibangun Simpang Susun, yakni di kawasan Pedurungan dan Banyumanik. Dua lokasi tersebut selama ini menjadi titik paling rawan kemacetan. Sehingga keberadaan Simpang Susun tersebut bisa memecah kepadatan arus lalu lintas dari arah timur dan selatan Kota Semarang.

Pemkot Semarang telah membuat kajian DED pada 2017 silam. Di 2018, dilakukan pembebasan lahan. Sesuai rencana, akhir 2018 hingga 2019 bisa dimulai pekerjaan fisik, sehingga 2020 diharapkan selesai. Namun demikian, hingga sekarang, proyek tersebut tak kunjung terealisasi.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengakui, masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah (PR) yang harus dituntasnya. Di antaranya sejumlah proyek pembangunan besar yang telah direncanakan.

Namun demikian, menurut dia, ada pekerjaan yang mesti didahulukan. Misalnya pelayanan kesehatan, pendidikan, serta penanganan kemiskinan dan pengangguran. “Pemkot Semarang tinggal menjalankan APBD yang telah disahkan oleh Gubernur Jawa Tengah pada Desember 2019 lalu. Sejumlah pekerjaan, misalnya peningkatan Jalan Sriwijaya, pembangunan jembatan kaca di Gunungpati, meneruskan pembangunan Pasar Johar, termasuk pemberdayaan perempuan dan kesehatan,” katanya.

Pihaknya mengaku akan fokus memanfaatkan anggaran untuk bisa membuat masyarakat Kota Semarang mendapat pelayanan kesehatan secara baik. “Murah, atau bahkan gratis. Sehingga bisa menjamin kesehatan warga Kota Semarang,” katanya.

Termasuk penanganan banjir di wilayah Tembalang dan sekitarnya. “Bagaimana menyelesaikan embung supaya wilayah tersebut tidak banjir, talud Dinar Indah bisa dikuatin,” katanya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto

Abdul Mughis