in

Hindari Kontak Langsung saat Belanja: Barang Taruh Meja Teras, Bayar Pakai Gopay

SEMARANG (jatengtoday.com) – Layanan pesan antar dirasa menjadi opsi agar tidak sering-sering keluar rumah saat pandemi Covid-19. Risiko terpapar virus corona jadi minim, tapi kebutuhan berbelanja tidak terbengkalai.

Hal itu diungkapkan Tri Waskito (31). Warga Gunungpati Semarang ini lebih memilih berbelanja melalui layanan pesan antar berbasis aplikasi. Mulai dari kebutuhan rumah tangga, hingga kebutuhan perut.

“Daripada harus keluar rumah, ada risiko terpapar Covid-19, mending belanja dari rumah. Bisa online, bisa pakai Gojek,” ucapnya kepada jatengtoday.com, Senin (26/10/2020).

Dia merasa Covid-19 memaksa warga menjadi ekstra waspada. Untuk mengisi perut di warung saja, tetap ada rasa was-was. “Kita juga tidak tahu bagaimana cara mencuci alat-alat makan di warung itu. Untuk jaga-jaga, mending jajan, tapi makanya di rumah. Pakai alat-alat makan sendiri,” imbuhnya.

Tri mempercayakan pengiriman makanan yang dipesan kepada driver Gojek. Ada banyak pertimbangannya. “Kalau kita bicara Covid-19, di aplikasi sudah ada keterangan kalau driver sudah melakukan pengecekan suhu dan kendaraannya sudah didisinfektan. Selain itu, kami tidak melakukan kontak langsung. Barang ditaruh di meja teras, bayarnya pakai Gopay. Beres,” paparnya.

Senada dengan Diko Taruna (38). Warga Ngaliyan Kota Semarang ini juga mempercayakan tugas belanja kepada driver Gojek. Tak hanya soal pesan jajan atau menu makan malam, belanja kebutuhan lain pun sama.

Dia memanfaatkan fitur GoShop atau GoMart untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan. “Sejak awal pandemi, memang orang rumah pada takut ke minimarket. Ke pasar juga. Paling beli-beli kebutuhan di warung kelontong dekat rumah,” jelasnya.

Alasannya nyaris sama dengan Tri Waskito. Driver Gojek dinilai lebih ‘steril’ soal Covid-19. Dia yakin, sistem protokol kesehatan yang diterapkan Gojek bisa menjaga mitra-mitranya dari risiko terpapar Covid-19.

Sementara itu, Head of Corporate Affairs Gojek Jabar & Jateng DIY, Arum K Prasodjo menjelaskan, pihaknya memang mengedepankan J3K. Menjaga jarak fisik, menghadirkan pengantaran tanpa kontak, serta mewajibkan mitra driver Gojek menggunakan alat pelindung diri. Masker dan hand sanitizer menjadi piranti utama para driver Gojek saat bertugas.

Selain itu, mereka secara berkala mengecek suhu tubuh dan disinfektan kendaraan di lima Posko Aman Bersama Gojek yang tersebar di Kota Semarang.

“Kami menjaga mitra driver kami untuk menjaga warga dari paparan Covid-19,” jelasnya.

Mengenai inovasi saat pandemi Covid-19, kata Arum, Gojek telah menghubungkan masyarakat dengan ribuan pedagang dan pelaku UMKM di 46 pasar rakyat di Jateng untuk belanja kebutuhan harian dari rumah. Selain mengurangi risiko penyebaran Covid-19, inovasi ini juga membantu roda ekonomi tetap berjalan. Saat ini ada 8 kabupaten/kota dan 41 pasar rakyat di Jateng yang terlayani fitur GoShop.

“Sebelum pandemi, mitra Gojek dari lima layanan (GoFood, GoPay, GoSend, GoCar dan GoRide) yang ada di Kota Semarang berkontribusi sebesar Rp 13,5 triliun pada ekonomi Kota Semarang di 2019. Jika menggunakan metode PDRB (Perhitungan Pendapatan Domestik Regional Bruto), nilai produksi di ekosistem digital Gojek selama tahun 2019 mencapai Rp 13,1 triliun atau setara dengan 6 persen PDRB Kota Semarang,” paparnya.

Dikatakan, saat pembatasan kegiatan masyarakat (PKM), ada dampak ekonomi masyarakat. Pendapatan para pedagang di pasar dan pelaku UMKM anjlok hingga sekitar 40 persen. Sementara pada periode Juni-Agustus 2020, ada peningkatan transaksi melalui GoShop sebesar 38,8.

“Layanan teknologi GoShop hadir untuk turut membantu mitigasi penyebaran pandemi Covid-19, dengan mendorong masyarakat untuk belanja secara daring hanya melalui genggaman tangan dan tidak berkerumun di pasar rakyat,” terangnya.

Seiring dengan inisiatif ini, GoShop membantu memfasilitasi pasar rakyat untuk mengedepankan protokol J3K di pasar. (*)

editor: ricky fitriyanto

Ajie MH.