SEMARANG (jatengtoday.com) – Uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan serentak di 140 sekolah di Jateng mulai hari ini, Senin (5/4/2021). Di hari pertama, ditemukan ada guru yang tidak menggunakan masker.
Di SMAN 4 Semarang, ada guru yang kedapatan hanya mengenakan face shield tanpa memakai masker. Padahal, face shield tidak bisa menjadi pelindung masuknya virus Covid-19.
Selain itu, di sekolah Jalan Karangrejo Semarang ini, tampak para guru masih berkerumun. Jarak mereka tidak ada 1 meter atau tidak sesuai dengan protokol kesehatan.
Baca juga: Minta Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka Ditunda, Legislator Ini Ingatkan Klaster SMK Negeri Jateng
Lepas dari itu, fasilitas yang disiapkan SMAN 4 Semarang sudah memenuhi standar prokes. Seperti menyediakan tempat cuci tangan dengan sabun, hingga membatasi jumlah siswa di ruang kelas. Satu meja yang biasa dihuni dua murid, kini hanya satu murid saja.
Salah satu murid, Keisya Kumala mengaku sangat berhati-hati mengenai prokes di sekolah. Dia juga akan menegur teman-temannya yang tidak taat prokes di uji coba PTM ini.
Hal itu dilakukan karena Keisya senang bisa belajar di sekolah. Bukan daring seperti yang setahun ini dilakoninya. Selain bisa ketemu teman-teman, dia mengaku PTM tidak sesuntuk daring.
Baca juga: Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka di Semarang Segera Dimulai, Begini Mekanismenya
“Jadi tetap harus jaga kesehatan, jaga prokes. Meskipun katanya grafik sudah turun, tapi jangan anggap sepele. Kalau nanti naik lagi kasusnya, kita nggak bisa kaya gini lagi, nggak bisa sekolah lagi. Jadi mari jaga prokes dengan baik,” ucapnya.
Menurutnya, selama pembelajaran daring, ia kerap mengalami kendala. Kendala yang paling sulit adalah memahami pembelajaran dari guru-gurunya.
“Kendalanya jaringan. Kadang-kadang jaringan ngelag dan informasi dari guru ke kami itu putus-putus dan tidak jelas. Akhirnya kami kurang bisa memahami pelajaran. Agak sulit memahaminya kalau daring,” jelasnya.
Dia pun meminta seluruh siswa di Jateng tetap disiplin menjaga protokol kesehatan dengan ketat. (*)
editor: ricky fitriyanto