SEMARANG (jatengtoday.com) – Curug Gondoriyo pernah digadang-gadang menjadi destinasi andalan wisata alam di Kota Semarang. Air terjun yang berlokasi di Dusun Karang Joho, Kelurahan Gondoriyo, Kecamatan Ngaliyan tersebut menawarkan hal unik.
Kelompok Desa Wisata (Pokdawis) Gondoriyo bersama pemerintah setempat mendesain supaya curug tersebut bisa bercahaya di malam hari, dengan cara diberi sorot lampu. Sehingga, wisatawan tak hanya bisa menikmatinya di siang hari.
Curug tersebut diresmikan oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi pada 17 Februari 2019 lalu. Setelah hampir satu tahun berdiri, bagaimana kondisinya sekarang?
Jatengtoday.com mencoba mencari tahu dan melihatnya secara langsung. Berdasarkan informasi, terdapat dua waktu kunjungan di Curug Gondoriyo. Siang hari dibuka pukul 09.00-17.00, sementara malam hari mulai 19.00-24.00.
Namun, saat dikunjungi Senin (2/12/2019) pukul 09.00 pagi, kawasan curug masih sepi. Tak ada satu pun pengelola yang berada di lokasi. Sesekali hanya terdapat warga lokal yang berlalu-lalang menggunakan kendaraan bermotor.
Kondisi di sekitar kawasan wisata juga kotor. Banyak sampah berserakan di pinggir-pinggir jalan. Menurut penjelasan warga setempat, lokasi tersebut memang baru saja digunakan untuk kegiatan desa dan belum sempat dibersihkan, sehingga terlihat kumuh.
Meskipun begitu, area pintu masuk curug sebenarnya sudah tampak ‘hidup’. Selain gapura bertuliskan selamat datang, pengunjung juga disambut dengan tenda-tenda dan warung yang berjajar di sepanjang jalan.
Ada pula loket wisata. Di situ tertulis bahwa tiket masuk Curug Gondoriyo adalah Rp 5.000 untuk wisatawan di atas 5 tahun. Serta tarif parkir, motor Rp 2.000 dan mobil Rp 5.000.
Untuk bisa melihat curug lebih dekat, wisatawan harus berjalan ke arah bawah dengan melewati tangga-tangga. Bagi anak-anak dan orang usia lanjut yang berkunjung, tampaknya di sini perlu lebih berhati-hati.
Di pertengahan jalan ada sesuatu yang baru, yakni fasilitas kamar mandi dan toilet. Kabarnya, itu merupakan bantuan dari Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Disperkim) Kota Semarang.
Selain toilet, di dekat curug terdapat fasilitas umum berupa kursi-kursi yang terbuat dari kayu dan bambu. Ada pula gazebo tempat berteduh bernama Balai Winangun. Kadang balai ini digunakan untuk berkegiatan.
Jembatan Comblang yang memanjang di atas sungai juga masih ada. Jembatan yang terbuat dari bambu ini semakin instagramable lantaran ada payung-payung di atasnya. Sayang, beberapa payung warnanya sudah mulai memudar.
Hal yang cukup mencengangkan adalah ketika mengamati Curug Gondoriyo dalam jarak dekat. Musim kemarau membuat aliran sungai tak begitu deras sehingga curug kehilangan pesonanya.
Airnya juga sangat keruh, untung tidak bau. Kondisi itu diperburuk dengan banyaknya sampah berserakan, mulai dari botol bekas, plastik, styrofoam, hingga ranting-ranting pohon.
Bahkan, sampai ada pemulung yang mangkal. Menurutnya, pemulung tersebut kerap datang ke curug setiap kali habis hujan. “Sampahnya melimpah,” celetuk pria yang sudah berusia lanjut itu.
Tanggapan Pengelola
Jatengtoday.com berusaha mengkonfirmasi ke Pokdarwis Gondoriyo selaku pengelola. Bendahara Pokdarwis, Hariyanti tidak memungkiri tentang kondisi curug saat ini. Tidak seramai pasca peresmian dulu.
Namun untuk masalah lokasi yang kotor, menurutnya hanya karena habis digunakan untuk sebuah kegiatan. “Iya, baru aja habis ada acara,” jawabnya, Selasa (3/12/2019).
Yang jelas, kata Hariyanti, untuk memaksimalkan Curug Gondoriyo butuh banyak sentuhan tambahan. Kelengkapan sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang menjadi kuncinya.
Rencananya, ke depan Pokdarwis setempat bakal membangun kolam renang, taman bermain anak, terapi ikan, dan spot-spot foto yang menarik. Serta lapak-lapak dagang untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar.
“Tapi kami tidak bisa instan mewujudkan itu semua. Kami membuatnya dengan bertahap, karena terus terang terkendala dana. Syukur-syukur besok ada investor masuk,” jelasnya.
Di sisi lain, Suharyati juga berharap agar Curug Gondoriyo mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Selama ini, pemerintah melalui Disperkim sudah membantu pembangunan toilet dan penerangan.
Terakhir, Pemkot Semarang memberi bantuan untuk perbaikan akses jalan. “Ini sudah mulai pengerjaan,” ucapnya. (*)
editor : ricky fitriyanto