SEMARANG (jatengtoday.com) – Usai bermain api asmara bersama kekasihnya, perut wanita itu terlanjur buncit. Kurang lebih sembilan bulan, ia menyembunyikan kehamilannya agar tak diketahui keluarganya.
Pasangan kekasih itu gelap mata karena dirasuki iblis. Lantas keduanya bersekongkol membuang bayi hasil hubungan gelap tersebut untuk menutupi rasa malu. Hal itu membuat warga Perumahan Bukit Beringin Lestari RT 4 RW 5, Kelurahan Gondoriyo, Kecamatan Ngaliyan, Semarang, gempar.
Sesosok bayi yang baru berumur beberapa hari ditemukan tergeletak di sebuah kursi di depan rumah milik salah satu warga, Nur Hamidah, Jumat (1/6) pukul 13.00. Nur terhenyak mendapati bayi tersebut dalam kondisi menangis.
“Tergeletak di atas kursi. Kondisinya terbalut selimut,” kata Nur yang menjadi saksi mata.
Ketika itu Nur kebingungan harus berbuat apa. Tak habis pikir mengapa ada orang tua yang tega membuang bayi begitu saja. Dalam waktu bersamaan, ia melihat seorang wanita berkerudung dan mengenakan jaket bergegas pergi membonceng motor jenis matik warna putih.
“Diboncengkan oleh seorang pria yang mengenakan helm dan jaket warna merah. Keduanya buru-buru pergi,” tuturnya.
Semula, Nur tak mengira kedua orang tak dikenal tersebut adalah pelaku pembuang bayi. Tetapi setelah membaca gelagatnya yang mencurigakan–karena buru-buru pergi, membuat Nur yakin betul bahwa kedua orang itu adalah pelaku yang membuang bayi tersebut.
Penemuan itu sontak membuat gempar di perumahan tersebut. Sejumlah warga berdatangan ke lokasi. “Pria dan wanita itu posisinya sudah di motor, tepatnya di depan rumah tetangga. Kemudian bergegas pergi berboncengan,” katanya.
Tak lama kemudian setelah dilaporkan, petugas kepolisian dari Polsek Ngaliyan tiba di lokasi penemuan untuk mengumpulkan keterangan saksi. Termasuk mencatat ciri-ciri pelaku yang membuang bayi tersebut untuk segera dilakukan pengusutan lebih lanjut.
Sedangkan bayi malang tersebut dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Dokter Fera Dewi yang melakukan penanganan menjelaskan bahwa bayi tersebut dalam kondisi sehat. (abdul mughis)
editor : ricky fitriyanto