SEMARANG (jatengtoday.com) – Sejumlah waduk di Jateng mulai mengalami penurunan debit air di pembuka musim kemarau ini. Penurunan debit air hingga mencapai 24 persen.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Dan Penataan Ruang Jateng, Eko Yunianto, menjelaskan, Waduk Tempuran, Kabupaten Blora yang paling parah. Dari ketersediaan air 1.532 juta meter kubik, kini sudah kering.
Melihat fenomena ini, pihaknya bakal menjaga debit air di 41 waduk. Antara lain Waduk Malahayu, Cacaban, Rawapening, Kedungombo, Wonogiri, Lalung, Wadaslintang, Sudirman, Jatibarang, Penjalin, hingga Waduk Jombor.
“Proses pemeliharaan di 41 waduk yang tersebar di hampir seluruh daerah di Jateng itu kami kebut untuk memperkuat daya tampung waduk tetap terjaga. Selain itu juga menjaga aliran air ke lokasi pertanian tetap berfungsi dengan baik,” ucapnya, Senin (14/6/2019).
Dijelaskan, kondisi ini juga selaras dengan informasi peringatan dini dari BMKG. Menurut dia, kemarau pada tahun ini akan berlangsung cukup panjang hingga mencapai tujuh bulan.
“Bukan hanya waduk saja, sungai juga mengalami penyusutan debit air,” tuturnya
Saat ini pihaknya melakukan pemantauan terhadap penyusutan debit air di beberapa wilayah di Jawa Tengah.
“Di area sungai kita juga punya 135 kontrol poin di sungai. Tepian semua sungai secara kasat mata sudah mengering,” imbuhnya.
Dengan kondisi irigasi yang masih mengandalkan aliran air sungai membuat kebutuhan air untuk lahan pertanian semakin menurun. “Sekarang sudah terasa ada banyak keluhan petani yang kekurangan pasokan untuk air irigasinya,” bebernya.
Lebih jauh Eko mengaku sudah berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait untuk menanggulangi persoalan kekeringan tersebut.
Dia juga meminta petani memanfaatkan sisa-sisa air untuk membantu mengaliri irigasi sawahnya. Selain itu, pihaknya akan memberikan bantuan pompa bagi petani yang mengalami kekeringan.
“Untuk itu, kami perkuat koordinasi dengan teman-teman kabupaten/kota. Karena harus disadari kalau itu bukan bersumber dari waduk, ya hanya bisa mengandalkan dari air yang mengalir. Apa pun itu harus ada upaya yang maksimal untuk menolong para petani,” tegasnya. (*)
editor: ricky fitriyanto