SEMARANG (jatengtoday.com) – Proses relokasi warga bantaran Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) untuk mendukung masih terganjal sejumlah kendala. Salah satunya adalah pembebasan lahan. Sebagian warga tetap menolak direlokasi, terutama pedagang di Jalan Barito Blok A-H, Kelurahan Karangtempel, Semarang Timur.
Sedikitnya ada 538 orang tetap bersikeras menolak direlokasi yang dilakukan oleh Pemkot Semarang. Hingga sekarang mereka masih menempati tempat semula. Setelah sempat ditunda, relokasi rencananya akan dilanjutkan setelah Lebaran ini.
Diperkirakan masih ada ribuan warga yang belum direlokasi. Diantaranya di wilayah Bugangan, Mlatiharjo, dan Karang Tempel.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang, Fajar Purwoto mengatakan, warga yang memiliki bangunan di bantaran sungai BKT dan belum dibongkar tersebut diberi batas waktu hingga 21 Juli harus sudah pindah. “21 Juli mereka harus sudah pindah. Pada 23 Juli kami bantu pembongkaran,” kata Fajar, Rabu (20/6).
Sebanyak 50 bangunan di wilayah Bugangan siap dibongkar. Termasuk di wilayah Mlatiharjo. “Nantinya, mereka kami tempatkan di Pasar Klitikan Penggaron. Kami targetkan 2 Agustus sudah klir semua,” katanya.
Sedangkan sebanyak 538 pedagang di Jalan Barito Blok A-H, Kelurahan Karang Tempel, Semarang Timur, yang bersikeras menolak direlokasi akan dilakukan komunikasi lebih lanjut. “Setelah Lebaran kami akan komunikasi lagi dengan ketua paguyubannya,” katanya.
Lebih lanjut, Fajar meminta agar warga maupun pedagang di BKT tidak bermanuver. “Tolonglah bapak ibu warga yang terkena dampak pembangunan tidak usahlah bermanuver, merekayasa, berpolitik dan seterusnya. Kami tidak ada urusan politik. Yang penting Kota Semarang bisa maju, Banjir Kanal Timur ini normalisasinya bisa berjalan baik,” katanya.
Fajar juga meyakinkan bahwa masyarakat di sekitar BKT akan senang dengan adanya normalisasi ini. Sebab, tidak hanya mengentaskan dari masalah banjir, tetapi juga menaikkan nilai jual tanah di kawasan tersebut. “Pertumbuhan ekonomi juga meningkat,” katanya.
Secara keseluruhan bangunan di sepanjang bantaran Sungai BKT kurang lebih 3.500 bangunan. Hingga saat ini kurang lebih 2.700 bangunan telah rata dengan tanah. Fajar menyebut tinggal menyisakan kurang lebih 800 bangunan.
“Kami segera menyelesaikan pembongkaran bangunan mulai Jembatan Majapahit hingga Jembatan Kartini,” katanya.
Jumlah 3.500 bangunan tersebut tersebar di 4 kecamatan yakni Kecamatan Genuk, Kecamatan Gayamsari, Kecamatan Semarang Utara dan Kecamatan Semarang Timur yang terdiri atas 12 kelurahan.
Dia juga mengaku telah menyiapkan banyak tempat. Pedagang bisa memilih tempat baik di Pasar Klithikan Barito Baru Penggaron, Pasar Waru, Pasar Banjardowo, Pasar Dargo, Pasar Peterongan dan Pasar Bulu. “Sehingga tidak merepotkan penghuni bantaran sungai BKT menentukan pilihannya karena berdekatan dengan domisili,” katanya.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Pedagang Karya Mandiri Barito Blok A-H, Rahmat Yulianto mengatakan Pemkot Semarang sampai saat ini belum memiliki alternatif tempat lain yang digunakan untuk menampung pedagang Blok A-H tersebut. Pasar Klitikan yang selama ini disebut-sebut sebagai tempat penampungan pedagang tidak cukup untuk menjadi tempat rekolasi.
“Kami sudah komitmen, dan mohon kepada pemerintah agar kami PKL Barito di Kelurahan Karangtempel Blok A-H bisa menempati di sini lagi (Barito),” katanya.
Dikatakannya, Pasar Klitikan Penggaron yang sejauh ini digembar-gemborkan untuk menampung pedagang Barito, tidak sesuai dengan prediksi. “Jelas tidak mampu memuat pedagang sebanyak di Barito. Pemerintah sendiri masih kekurangan tempat,” katanya. (abdul mughis)
editor : ricky fitriyanto