in

Geliatkan UMKM Lokal, Tour de Borobudur Suguhkan Abon Lele Magelang Bercitarasa Unik

Pesanan abon lele dari acara TdB menjadi harapan baru untuk lebih getol membesarkan usaha

MAGELANG (jatengtoday.com) – Tour de Borobudur (TDB) XXIII tak sekadar menyuguhkan sport tourism. Pada puncak TDB di Candi Borobudur, Minggu (6/8/2023) mendatang, akan ada pameran kuliner dan UMKM.

Pameran ini menjadi magnet tersendiri. Bisa menjadi peluang bisnis bagi pengusaha lokal, sekaligus pemanja lidah bagi para peserta atau pengunjung TDB. Pelibatan UMKM ini merupakan salah satu ide Gubernur Ganjar Pranowo untuk memutar roda ekonomi.

Ada satu varian kuliner yang bisa dicicipi. Yakni abon lele. Pengusaha abon lele, Jacintha Chandrasari tidak menyangka, ia mendapat pesanan 200 bungkus abon lele untuk merchandise acara Tour de Borobudur (TdB) XXII 2023. Tidak hanya itu, ia juga berkesempatan mengisi stan pada puncak acara TdB di Candi Borobudur, 6 Agustus mendatang.

Perempuan yang akrab disapa Ayi ini adalah pemilik usaha Abon Lele Rere, di Bondowoso, Mungkid, Kabupaten Magelang. Usaha ini baru dirintis setengah tahun lalu bersama sang suami, Abdul Afif, dan dibantu oleh anak-anaknya.

Keunikan produk abonnya ini membuat usahanya terus berkembang. Meskipun diakui, kemampuan produksinya masih sedikit. Semua proses produksi dikerjakan secara manual, tanpa bantun mesin canggih. “Seminggu baru bisa membuat 50 bungkus abon lele kemasan 100 gram, dan lele frozen,” tuturnya, Kamis, (3/8/2023).

Lain kondisi jika mendapat pesanan dalam jumlah besar. Ayik langsung mengerahkan tenaga tambahan. Tetangganya atau temannya. Sehingga jumlah produksinya bisa lebih banyak.

Daya tahan abonnya yang masih singkat juga memengaruhi batasan jumlah produksi setiap minggunya. Keawetannya banyak  sepekan ketika disimpan dalam suhu ruangan normal. Sementara di lemari pendingin bisa bertahan sampai sebulan. “Karena produk kami ini tanpa bahan pengawet buatan, dan kami menggunakan bahan-bahan pilihan, bukan bumbu instan,” akunya.

Inilah yang membuat cita rasa abon lele buatannya begitu otentik. Bisa ketagihan, walau sekali icip. Bahan baku lelenya pun tidak sembarangan, yakni menggunakan lele jumbo yang beratnya mencapai 3-4 kilogram per ekor.

Dari 10 kilogram lele hidup,  beratnya menyusut menjadi 4 kilogram setelah menjadi abon. Ia membanderol harga abon lele buatannya Rp 25.000 per kemasan 100 gram dan Rp 25.000 per 4 ekor lele dalam sajian frozen.

Diakuinya, pesanan abon lele dari acara TdB menjadi harapan baru bagi dirinya untuk getol membesarkan usahanya. Ia punya mimpi  ingin membeli alat yang bisa mendukung proses produksi. “Karena acara ini, saya makin semangat untuk meningkatkan kualitas produk saya,” ujarnya dengan mata berbinar-binar.

Acara ini juga membuatnya banyak belajar. Tentang manajemen waktu, manajemen stok bahan, kemasan, dan pemasaran. Saat ini ia sudah mengirim produknya ke Jakarta, Surabaya, dan beberapa kota besar lainnya. Produksinya menyesuaikan jumlah pesanan konsumen.

Dengan keikutsertaannya di cara TdB nanti, ia harap pemasarannya makin meluas. Apalagi jika produknya mendapat kesempatan di promosikan langsung oleh Gubernur Jawa Tengah.

Ia juga senang menjadi bagian dari acara TdB. Karena acara tersebut tidak hanya bicara untuk kepentingan pengembangan sport tourism saja, tapi juga mengangkat produk-produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) naik kelas. Bahkan para disabiltas juga digandeng untuk mendesain jersey peserta TdB.

“Saya bangga menjadi bagian dari event besar ini,” imbuhnya bersemangat.

Diakuinya, UMKM seringkali menghadapi kendala dalam hal pemasaran. Tapi di TdB, kehadiran UMKM disambut dengan tangan terbuka. “Dukungan panitia sangat luar biasa terhadap produk-produk lokal,” terang ibu empat anak itu.

Diketahui puncak acara TdB akan berlangsung di Candi Borobudur, 6 Agustus. Acara yang mengangkat tema Unity in Diversity ini sedianya akan dihadiri Gubernur Ganjar Pranowo. (*)