SEMARANG (jatengtoday.com) – Masakan mangut identik dengan wilayah Pantura. Olahan ikan yang dimasak pedas dengan kuah santan kental itu sangat mudah kita jumpai di Pati, Kudus hingga Semarang. Dari kelas resto maupun warung kaki lima.
Salah satunya di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Tak perlu membayangkan tempat yang mewah dengan pengunjung orang-orang kantoran. Warung makan yang dikelola suami istri Nur Achmad (60) dan Yulaikah (55) ini hanya menggunakan mobil pikap yang sudah dimodifikasi untuk menjamu pelanggan.
Meski sederhana, warung ini menjadi jujugan para pekerja di kawasan pelabuhan, tepatnya Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS). Maklum saja, warung Yulaikah menjadi satu-satunya usaha kuliner di dalam area tersebut.
Warung mangut milik Yulaikah buka setiap hari mulai pukul 16.00-05.00 pagi sehingga menjadi langganan para pekerja yang biasa beraktivitas di pelabuhan saat malam menjelang.
“Saya berjualan sejak 2005 dan jadi satu-satunya warung makan di sini,” kata Yulaikah, saat ditemui belum lama ini.
Ibu lima anak ini bersyukur diberikan kemudahan fasilitas oleh pengelola setempat. “Kendalanya mungkin kalau pas hujan dan suara mesin-mesin di sekitar sini. Tapi pelanggan sudah terbiasa,” lanjutnya.
Soal omzet, jangan pernah meremehkan, karena sehari bisa tembus Rp 10 juta jika dalam kondisi ramai. Tak heran, Yulaikah dan Nur Achmad bisa menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang perkuliahan.
Kini usaha warung tersebut mulai dilanjutkan oleh anak ketiganya, Anik Widyawati.
“Ke depan kami berharap bisa mengembangkan usaha warung ini dengan menambahkan menu-menu baru. Termasuk bisa melayani pembelian secara online,” tutur Anik. (*)
Ditulis Munjayanah (Mahasiswa Universitas Semarang)