in

Gawat, Sekolah di Jateng Disusupi Doktrin Radikalisme Lewat Guru dan Buku Ajar

SEMARANG (jatengtoday.com) – Pemprov Jateng telah mengendus ada tujuh kepala sekolah yang terindikasi melakukan doktrin tentang radikalisme. Meski bukan hal baru, penyebaran radikalisme di sekolah harus diberangus sesegera mungkin.

Pengamat Radikalisme dan Terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP), Tayyip Malik menilai, aktor terorisme memang lebih suka menyasar dunia pendidikan untuk menyebarkan paham radikal. Ada banyak cara yang dilakukan. Mulai dari merancang buku ajar, kegiatan ekstrakurikuler, hingga menugaskan orang untuk menjadi pengajar di sekolah-sekolah dan pondok pesantren.

“Selain guru, penyebaran radikalisme juga marak dilakukan melalui kurikulum. GP Ansor belum lama ini menemukan banyak buku-buku ajar yang isinya mendoktrin tentang radikalisme,” jelasnya ketika dihubungi, Selasa (17/9/2019).

Dia pun meminta pemerintah untuk mengambil langkah tegas. Memberikan sanksi berat kepada oknum guru yang terlibat radikalisme. Sebab menurutnya, radikalisme itu sulit diluruskan karena sudah terpatri dalam hati para penganutnya.

“Saya setiap hari bergelut dengan teman-teman eksnapiter. Memang yang paling sulit adalah mengubah mindset dan ideologi mereka, karena sudah terpapar sejak lama,” terangnya.

Pembinaan kepada oknum dunia pendidikan yang mengajarkan paham radikal memang penting. Tapi dirinya meyakini, hal itu akan sulit berhasil.

“Sanksi tegas berupa penurunan pangkat, pengurangan gaji hingga pemecatan terkadang diperlukan sebagai shock therapy. Saya rasa pemerintah bisa melakukan hal itu,” tegasnya.

Untuk mengantisipasi adanya penyebaran paham radikal di sekolah, pemerintah harus gencar melakukan sosialisasi tentang kebangsaan. Selain itu, pemantauan kurikulum serta buku ajar harus dilakukan berjenjang untuk memfilter adanya doktrin radikalisme.

“Lingkungan sekolah baik kegiatan ekstrakurikuler keagamaan serta lingkungan sekitar sekolah juga harus diawasi agar penyebaran paham radikal dapat diantisipasi. Intinya, radikalisme dalam dunia pendidikan harus dilawan demi masa depan generasi bangsa,” pungkasnya.

Sementara itu, Psikolog Universitas Diponegoro Semarang, Hastaning Sakti mengatakan, penyebaran radikalisme melalui dunia pendidikan memang menjadi andalan para pelaku terorisme. Sebab menurutnya, dunia pendidikan yang didominasi anak-anak akan mudah dipengaruhi dan ditanamkan paham itu.

“Dibanding orang tua, penanaman paham ke anak-anak akan lebih mudah dan efektif. Anak-anak itu secara psikologis akan mudah menerima apapun itu yang diberikan, mencernanya dan masuk ke otak. Paham itu kemudian akan terekam dalam otak sejak kecil dan menyatu,” terangnya.

Berbeda dengan orang dewasa, dimana pengetahuan membuat orang dewasa akan memilah mana informasi yang baik atau buruk. Orang dewasa sudah bisa berfikir mendalam dalam menerima setiap pengaruh dari luar.

“Untuk melawan itu, orang tua harus peka dalam mengawasi pendidikan anaknya. Pemerintah juga harus terlibat dengan melakukan pendidikan budi pekerti, nasionalisme dan kebangsaan untuk melawan paham-paham radikal itu,” terangnya. (*)

editor : ricky fitriyanto

Ajie MH.