Saya tidak ingin kamu menjadi pelaku atau korban gaslighting.
Dalam bekerja, pacaran, pernikahan, dan hubungan sosial, sering terjadi gaslighting.
Saya pernah mengalami hubungan-kerja yang nggak enak. Dari menawarkan “kerja sama”, berubah menjadi “diperkerjakan”. Dari mengurasi energi dan waktu, mengajak terjadinya dialog, berubah menjadi permainan orkestra dengan aransemen yang tidak satupun orang merasa nyaman. Dari kreativitas menjadi perburuhan. Ada yang 6 bulan, ada yang 1 tahun. Saya memilih berpindah pekerjaan. Penyebabnya hanya bisa dijelaskan dengan 1 kata: “gaslighting”.
Saya akhirnya memilih tidak bekerja seperti orang kantoran.
Ternyata, di pekerjaan sebelumnya, saya mengalami “gaslighting”.
Apa itu gaslighting?
Bayangkan, ada suatu massa, disorot dengan cahaya, lalu cara mereka memandang realitas menjadi berbeda.
Seperti itulah gaslighting. Kamu menjadi korban dari kepemimpinan tunggal atau sosok yang diagungkan orang. Kamu sering disalahkan, tidak percaya lagi pada kemampuanmu, tidak bisa membedakan mana kreatif mana tidak, dan hidupmu bergantung pada pemantik gas itu. Bentuk singkatnya, “Bos yang selalu benar dan kamu digaji. Syarat dan ketentuan berlaku, menurut Bos saja.”.
Pernahkah kamu alami “gaslighting” di tempat kerja?
Sebenarnya bukan hanya di tempat kerja. Dalam pertemanan, hubungan cinta, gaslighting bisa terjadi. Dan tidak disadari pelaku maupun korban.
Gaslighting
Teknik penipuan dan manipulasi psikologis yang rumit dan berbahaya, biasanya dilakukan seorang penipu tunggal, atau “gaslighter”, pada satu korban selama periode yang lama. Efeknya secara bertahap melemahkan kepercayaan korban pada kemampuannya sendiri untuk membedakan kebenaran dari kepalsuan, benar dari salah, atau kenyataan dari penampilan, sehingga membuatnya secara patologis bergantung pada pemantik gas dalam pemikiran atau perasaannya.
*) Itu pengertian “gaslighting” menurut Britannica.
Apakah saya mengalami “gaslighting”?
Jika kambu bertanya itu, coba identifikasi dengan beberapa hal, berikut ini:
Mengabaikan Perasaan
Kamu mengabaikan perasaan dan kata hati kamu sendiri. Spoiler: para koruptor melakukan ini.
Apakah kamu meminimalkan perasaan ketika bekerja?
Seringnya, tempat kerja yang mengalami gaslighting, menganggap emosi dan perasaan bukan hal penting. “Korupsi itu biasa, kalau nggak korupsi bagaimana kita bisa bekerja?”. Kamu disalahkan karena bersikap berbeda dan masih pakai perasaan.
Cara mengatasi, kalau kamu masih enjoy bekerja dengan mengabaikan perasaan, lakukan saja. Kalau tidak, hentikan. Bertarung melawan perasaan sendiri, setiap hari, itu nggak enak sama sekali.
Menyangkal Diri-Sendiri
Kamu diposisikan melawan dirimu sendiri.
Kamu digiring untuk mempertanyakan apa yang kamu ingat, membuat detail baru, dan menyangkal apa yang kamu ingat dengan “kejadian sebenarnya” versi mereka. Ini bukan hanya di tempat kerja. Sekarang ini, media online menjadi teater konflik yang membuat orang melupakan ingatan karena diberi hal-hal yang bertentangan dengan apa yang sudah menjadi ingatan publik.
Contohnya, ketika kamu merasa terjadi kejadian A, orang-orang di sekitarmu meyakinkan, membujuk, bahwa yang terjadi adalah B. Gaji terlambat diberikan dan dipotong sana-sini, permasalahan yang sebenarnya administratif, berubah menjadi diskusi tentang balasan moral dan “nggak enak sama beliau”. Intinya, di sini persepsi kamu tentang realitas dibelokkan menjadi bias ketika memandang realitas. Atau kamu ingat benar tentang suatu kejadian, orang lain malah menunjukkan yang sebaliknya.
Bagaimana mengatasinya? Saya terbebas dari masalah ini dengan melakukan dokumentasi pribadi. Jangan hapus file, chat, foto, apa saja yang kamu butuhkan dalam pekerjaan. Ketika orang mempertanyakan fakta, kamu punya bukti. Tidak perlu menunjukkan bukti, kecuali sangat diperlukan dan bukan rahasia.
Memotong
Mereka tidak ingin berdiskusi denganmu.
Kamu mendapat tuduhan membingungkan mereka. Kesibukan mereka jauh lebih berharga daripada janjian yang sudah kamu buat. Harapanmu untuk bisa bicara panjang, akan berganti dengan permintaan, “Jelaskan dengan singkat. Waktu kita tidak banyak”, “Kamu lebih paham dengan pekerjaan ini. Kapan ini bisa kamu selesaikan?”, “Kita tidak perlu serumit ini, yang simpel saja”.
Saya tahu cara mengatasi masalah ini. Selalu berikan “gambar besar”, agar masing-masing orang mengerti posisi dan hubungan mereka dalam pekerjaan. Pastikan ada visi yang sama tentang apa yang sedang dikerjakan. Jika tidak, energi dan waktu kamu akan terbuang untuk menjelaskan dan “asal selesai”. Buatlah standard operating procedure yang jelas, setidaknya pada pekerjaan yang kamu lakukan. Terjadinya gaslighting di tempat kerja, sering karena ketidakjelasan prosedur operasi.
Mengalihkan Pembicaraan
Penanda mereka tidak mau mendengarkanmu, adalah menganggap pembicaraanmu tidak penting.
Ketika datang orang lain, topik beralih, dan kamu hanya didengarkan. Kamu tidak mendapatkan pemahaman, apalagi kesepakatan.
Percakapan yang penuh toleransi itu berbahaya. Jika masalah dianggap tidak lagi penting, lupakan saja.
Melupakan
Ketika kamu melakukan konfirmasi, datanglah penyangkalan.
Kamu diberitahu “kejadian sebenarnya” versi yang menyalahkan kamu. Orang yang suka melakukan gaslighting, sangat sering mengutip “sejarah”, “peran” seseorang (biasanya, dirinya), senioritas, serta menyelesaikan banyak hal dengan “pengalaman”.
Bagaimana bisa, suatu berita yang sudah jelas dikonsumsi publik, disangkal dengan “begini kejadian sebenarnya”, namun penjelasan itu tidak boleh dikonsumi publik?
Mendiskreditkan
Kamu disalahkan. Dianggap tidak accountable. Dipertanyakan.
“Katanya kamu bisa, kenapa malah jadinya begini?”. Kamu dikelaskan di level bawah. Kamu diberi label yang tidak bisa diubah. Profile kamu di-blur agar semua autofocus pada pimpinan.
Cara mengatasi diskredit, dengan “tindakan”. Bukan dengan membalas penyangkalan dengan penyangkalan.
Mental diktator sering tidak menyadari bahwa dia melakukan gaslighting. Pekerja di lingkungan diktator, lebih banyak tidak menyadari bahwa dia terkena gaslighting. Menganggap hal-hal di atas itu normal.
Melawan gaslighting adalah demi produktivitas dan menghargai kemampuanmu. Bukan mencari siapa pemenang dan siapa yang benar di tempat kerja.
Kemampuan kamu, usaha kamu, dan imajinasi kamu, tidaklah sepadan jika harus menyerah kepada gaslighting. [dm]